All Chapters of Goodbye School: Chapter 81 - Chapter 90
136 Chapters
Bab 81
“Aku ke sini buat ketemu sama kamu. Anak kita minta ketemu,” ucap Sania dengan wajah riang menatap Attar. Ia juga tersenyum senang menampilkan deretan gigi putihnya yang rajin.Kedua mata Ayra membelalak kaget saat mendengar pengakuan Sania. Ia melepaskan tangannya yang sempat memegang erat lengan tangan Attar. Gadis itu benar-benar terkejut atas kalimat yang Sania ucapkan. Rasa sakit perlahan menusuk hati sampai ia tak sanggup menanggapi dengan sepatah kata. Lidahnya terasa kelu.Ayra tidak tahan berada di sana. Ia langsung meninggalkan ruangan tersebut dan berlari menuju tempat yang jauh dari keberadaan Attar dalam keadaan kecewa dan menahan tangis.Attar bingung dengan sikap Sania yang gila itu. “Kamu apa-apaan sih?!” sentak Attar tertahan. Ia langsung berjalan untuk menarik wanita di hadapannya agar keluar dari ruangan miliknya.“Sebaiknya kamu keluar sekarang, Sania. Kita nggak ada hubungan apa-apa lagi,” paparnya sembari menarik lengan tangan Sania.“Haha. Aku ke sini bukan untu
Read more
Bab 82
Seorang gadis baru saja menaiki taksi online setelah menjauh dari gedung yang membuatnya pening dan sakit hati. Ayra menitihkan air mata sepanjang perjalanannya yang entah ke mana, kali ini gadis itu tidak memiliki tujuan.Seharusnya saat ini masih ada Fera yang bisa menolongnya. Menjadikan sebagai tempatnya berbagi cerita. Ayra butuh bahu dan telinga. Namun orang itu tidak ada. Ia bersandar lemah di sandaran kursi mobil.Ayra tahu dan sadar sejak tadi ponselnya terus berbunyi dan itu adalah Attar yang melakukan panggilan suara. Ayra ingin membuat ponselnya mati, tetapi rasanya enggan. Lebih baik bisa dihubungi meskipun tidak akan pernah ia jawab. Supaya Attars semakin tahu kalau ia sungguh marah dengan apa yang terjadi.Ayra merenungkan semua kejadian yang menimpa pada hidupnya. Merasa dunia sangat tidak adil terhadapnya. Apa yang terjadi semuanya serba menyakitkan dan menjauhkannya dari sebuah kebahagiaan.Semua yang Ayra miliki seolah direbut oleh alam semesta. Orang tua, sahabat,
Read more
Bab 83
“Sania itu bohong, Ay. Dia nggak hamil. Aku saja nggak pernah menyentuh dia. Kamu percaya sama aku,” tutur Attar dengan jelas.“Dia cuma mau bikin hubungan kita ini pecah,” lanjut lelaki yang masih mendekap Ayra dengan erat. Ia memperdalam pelukannya.Ayra hanya terdiam sembari tetap membalas pelukan Attar. Ia dapat merasakan kejujuran yang lelaki itu ungkapkan. Semoga saja instingnya memang benar. Kalau sampai Ayra dikecewakan lagi, maka ia tidak akan tahu harus mempercayai manusia lagi atau tidak di dalam hidupnya.“Kamu percaya sama aku ‘kan, Ay?” tanya Attar dengan suara lembut. Ia mengecup kepala Ayra guna menyalurkan rasa sayang yang ia punya.“Nikahi aku, Pak. Aku mau menikah sama Pak Attar secepatnya. Itu kalau memang Pak Attar benar-benar mencintaiku.” Kali ini Ayra sungguh tidak ingin kehilangan sosok lelaki yang ia cintai lagi. Maka dari itu, Ayra menginginkan pernikahannya dengan Attar segera dilaksanakan.“Baiklah, Ay. Kita akan menikah selepas kamu selesai ujian kelulusa
Read more
Bab 84
“Kamu mandi sendiri saja kalau nggak mau kuserang sekarang. Aku akan pergi ke kamarku,” ujar Attar lalu mengusap ujung kepala Ayra dan pergi dari kamar itu dengan menenteng kemeja miliknya yang tidak dipakai lagi.Sesampainya Attar di depan kamar Ayra, ia berpapasan dengan Mbok Inah dalam keadaan tanpa mengenakan baju atasan. Attar cuek dan terus berjalan begitu saja tanpa merasa malu. Padahal Mbok Inah sangat terkejut hingga mematung saat mendapati Attar keluar dari kamar Ayra dalam keadaan seperti itu. Ia menjadi berpikir yang macam-macam. Wanita yang semula ingin mengantarkan minuman dan camilan untuk Ayra itu merasa ragu untuk mengantarnya. Haruskah dibatalkan?Tidak, nanti yang ada sia-sia camilan dan minuman buatannya. Itu sangat berguna bagi Ayra guna menemani belajar gadis tersebut.Akhirnya Mbok Inah meneruskan langkahnya yang sempat terhenti di anak tangga paling atas. Ia segera berjalan menuju kamar Ayra dan masuk ke sana. “Non, saya mau mengantar minuman hangat buat neme
Read more
Bab 85
“Pak, aku masih belum selesai mencuci piring,” ucap Ayra dengan perasaan sedikit takut sekaligus gugup sebab tatapan intens Attar terus menghunjam bola matanya.Bukannya pergi, Attar justru merapatkan jarak di antara mereka. Ia membuat Ayra tidak bisa keluar dari jeratannya usai kedua tangannya memagari tubuh Ayra dengan cara menumpu di badan kitchen bar.“Bagaimana kalau kita selesaikan urusan kita saja?” Tatapan Attar sudah menggerayangi seluruh inci wajah Ayra. Ia bahkan ingin melahap gadis itu sekarang juga dan menguasainya. Berdekatan dengan Ayra membuat otak Attar tidak waras. Ia kehilangan akal sehatnya.“Maksud Pak Attar? Urusan ap—” Pertanyaan Ayra terpangkas ketika Attar segera membungkam bibirnya dengan bibir lelaki itu.Ayra memejamkan mata dan kembali merasakan aktivitas yang sempat ia dambakan untuk dilakukan bersama Rendra. Namun karena moment rusak, Ayra melakukannya bersama pria yang lebih membuatnya percaya. Ia tidak pernah menyesal setiap melakukan itu bersama deng
Read more
Bab 86
“Pak, aku turun dulu. Nanti pulangnya naik taksi saja.”“Oke, selamat mengerjakan ujian, ya?” lontar Attar sambil menyunggungkan senyuman tipis.Ayra membalas dengan anggukan serta senyuman simpul. Kemudian membuka pintu mobil dan keluar dari kendaraan itu.Saat tiba di depan pintu gerbang, Ayra melihat Reti. Gadis di depannya itu terlihat begitu pucat hingga mengenakan jaket untuk menutupi tubuhnya yang mungkin terasa dingin. Ayra mengamati Reti dari keseluruhan tubuh gadis itu. Reti lebih banyak menekuk kedua tangan di depan perut. Seolah sedang melindungi bayi mungilnya di dalam sana. Atau justru takut ketahuan dirinya tengah mengandung meskipun perut itu masih datar.Reti berjalan menunduk. Ia melewati Ayra tanpa sadar. Kemudian Ayra berjalan di belakang Reti dengan tenang.Satu pesan di dalam hidup Ayra adalah, tidak perlu ikut-ikutan dalam pergaulan teman yang kurang sehat. Biarkan mereka menjauh, yang penting diri ini selamat. Daripada tetap berteman, tetapi ujung-ujungnya ma
Read more
Bab 87
“Pak Attar tumben pulang malam banget?” Ayra menyambut kepulangan Attar yang lebih malam bahkan sampai Mbok Inah sudah pulang dari sana. Gadis itu baru saja menapakkan kaki di lantai satu.Attar berjalan dengan lemah ke arah Ayra dan langsung memeluk gadis itu dengan erat. “Aku habis kena mental,” cetus Attar.Ayra membalas pelukan Attar. Ia mengusap punggung lelaki itu dengan lembut. “Kena mental gimana, Pak?”“Aku tadi ke rumah orang tuanya Sania buat meminta maaf karena kejadian pernikahan yang batal. Mereka benar-benar marah dan mengusirku. Aku merasa bersalah. Aku merasa diriku manusia paling jahat. Maaf kalau kamu ikut kecewa dengan caraku itu,” ungkap Attar dengan perasaan sedih melanda hatinya.“Pak Attar sudah melakukan yang terbaik.”“Aku melakukan ini semua demi kamu, Ay.”“Aku tahu.”Keduanya terdiam sejenak. Ayra semakin merasa kalau Attar memang sungguh mencintainya. Ia merasa bersalah karena sempat salah paham saat Sania mengatakan kalau wanita itu hamil anaknya Attar.
Read more
Bab 88
Saat berada di dalam kelas, Ayra mengedarkan pandangan ke belakang. Mencari keberadaan Rendra. Ayra mendapati pria itu tengah menidurkan kepala di atas meja dengan tengan menekuk sebagai bantalan.Padahal bel masuk sudah berbunyi dan sebentar lagi pengawas pasti akan datang. Bisa-bisanya Rendra tidur?Ayra masa bodo. Itu bukan urusannya, bukan? Hanya saja ia merasa aneh. Apakah Rendra dan Reti habis berbuat sesuatu? Kalau benar, selama ini ucapan Rendra hanya bualan semata? Katanya, Rendra tidak mencintai Reti?Kepala Ayra menepis dugaan-dugaan yang tidak bermanfaat baginya. Lebih baik, ia berdoa untuk diri sendiri yang hendak melaksanakan ujian kelulusan.Ujian hari berikutnya siap dimulai. Pengawas datang dan memimpin doa. Kemudian membagikan soal ke seluruh peserta ujian. Mereka duduk dengan tenang, kecuali Rendra yang baru saja terbangun dari tidurnya. Mata lelaki itu merah dan wajahnya sedikit pucat.“Kamu kurang tidur?” tanya seorang pengawas ujian membuat beberapa murid lain me
Read more
Bab 89
Ayra tengah memasak untuk makan malam. Ia telah menyudahi kegiatan belajarnya karena merasa pening jika terus-menerus berkutat dengan buku. Lagipula hasilnya sama saja. Mau belajar atau tidak, besok pagi merupakan mata pelajaran yang paling tidak ia suka. Jadi, baginya tidak masalah jika esok Ayra tidak bisa mengerjakan ataupun nilainya jelek.Gadis berpostur sedang itu berdiri di depan kompor untuk mencicipi makanan yang sudah jadi. Memastikan apakah rasanya sudah pas atau belum. Ayra merasa hasil masakannya semakin ke sini semakin enak.“Mau juga dong, suapin.” Attar tiba-tiba berdiri di sebelah Ayra dan mengagetkan gadis itu. Lelaki yang baru saja selesai mandi dan masih bau sabun itu membuka mulut lebar. Berharap Ayra menyuapinya hasil masakan di depan mereka untuk merasakan rasanya.Ayra tersenyum dan ia menuruti kemauan Attar. Ia mengambil sepucuk sendok makan kuah makanan lalu ia dinginkan dengan cara dikibas menggunakan tanganya. Kemudian disuapkan ke mulut Attar.Ayra sunggu
Read more
Bab 90
Sepanjang mengerjakan soal ujian di hari terakhir, Ayra merasa tidak tenang. Ia terus kepikiran tentang Attar. Semua tentang lelaki itu memenuhi isi kepalanya. Dugaan-dugaan tidak enak selalu bersarang dan mengganggu tiada henti. Ayra memutuskan untuk menyudahi soal ujiannya pertama kali. Ia langsung keluar dari kelas karena sudah selesai mengerjakan meskipun ia menjawabnya dengan asal. Ayra tidak peduli lagi. Attar yang sudah membuatnya seperti itu.Gadis itu memesan mobil grab lagi untuk mengantarkannya pulang. Ayra benar-benar tidak menyangka dengan sikap Attar yang ternyata diam-diam suka menghilang. Atau jangan-jangan lelaki itu sengaja pergi dan kabur demi perempuan lain? Seperti halnya saat Attar kabur dari pernikahannya Sania lalu pergi untuknya?Apakah selama ini Attar memiliki perempuan lain di belakang Ayra? Kalau sampai hal itu terjadi, maka Ayra tidak akan segan membakar rumah Attar.Berkali-kali mata Ayra memandang layar ponsel. Ia baru sadar kalau selama ini ponselnya
Read more
PREV
1
...
7891011
...
14
DMCA.com Protection Status