All Chapters of Goodbye School: Chapter 101 - Chapter 110
136 Chapters
Bab 101
Jerman, 2022Rumah yang dihuni oleh dua orang itu tampak sepi. Beberapa lampu di dalam ruangan sudah mati. Semua gorden jendela pun telah ditutup rapat . Seperti tidak ada manusia yang sedang beraktivitas di dalamnya. Namun sebenarnya, salah satu penghuninya sedang duduk di dalam sebuah kamar. Dia tengah melamun di sudut kamar seorang diri.“Kamu di mana, Ren?” gumamnya pelan. Sejak beberapa jam yang lalu, Reti sudah merasa kelaparan. Dia duduk di sana menahan tubuhnya yang lemah sembari mengusap perut beberapa kali.Reti menghela napas panjang. Setiap malam dia harus menunggu Rendra pulang telat. Karena Reti juga sama sekali tidak paham bahasa Jerman dan dia takut untuk keluar seorang diri, maka satu-satunya hal yang bisa dilakukan hanyalah berdiam diri di dalam rumah lalu menunggu Rendra pulang jika ingin mendapatkan makanan.Waktu yang ditunggu akhirnya tiba. Reti mendengar suara pintu rumah yang diketuk. Dia segera berjalan cepat menuju pintu untuk membukanya.“Itu pasti Rendra,”
Read more
Bab 102
Selesai membersihkan diri, Rendra mengenakan pakaian lengkap di tubuhnya. Badannya terasa lebih segar dari sebelumnya yang berkeringat karena aktivitas dari pagi hingga malam.Pria itu berjalan di dalam kamar sembari mengelap rambut yang masih lembab menggunakan handuk kecil. Dia menuju ke meja belajar untuk mencari ponsel yang ada di dalam tas kuliah.Kegiatan Rendra sehari-hari adalah berangkat kuliah, lalu sepulang kuliah langsung menuju ke tempat kerja tanpa sempat pulang lebih dulu. Hal itu membuatnya jarang sekali berkomunikasi dengan Reti bahkan saat berada di dalam rumah pun, mereka masih sibuk dengan kegiatan masing-masing.Seperti halnya saat ini. Rendra sudah makan malam di tempat kerjanya. Setibanya di rumah, dia hanya akan mandi lalu membuka buku sebentar. Setelah itu, biasanya barulah beristirahat dan tidur. Dia jarang sekali menemani Reti makan malam. Nyaris selalu membiarkan istrinya berada dalam kesepian.Rendra memegang ponsel hanya untuk memastikan, adakah pesan pen
Read more
Bab 103
Layar bioskop menampilkan credit title. Pertanda bahwa film telah berakhir. Lampu-lampu pun sudah menyala dan beberapa orang mulai beranjak dari tempat duduk.Ayra mengangkat tangan kirinya untuk melihat jam tangan. Jarum pendek menunjuk ke angka sembilan. Tidak terasa hampir dua jam mereka menghabiskan waktu untuk menonton film di bioskop yang terdapat di dalam gedung mall.“Ternyata udah malam banget, Mas. Padahal kita belum sempat belanja. Aku mau beli baju dan beberapa buku,” keluh Ayra. Dia kembali menyandarkan kepalanya di punggung kursi sembari menunggu orang-orang keluar terlebih dulu sebab malas berjalan di antara banyak orang.“Kalau nanti masih ada toko baju yang buka, aku temenin kamu beli baju. Udah jangan kesal gitu. Harusnya habis nonton film ‘kan senang. Masa cemberut gitu?” bujuk Attar sambil merangkul pundak Ayra. Dia mencubit pipi Ayra dengan perasaan gemas.“Memangnya nanti pulangnya jadi nggak kemalaman, Mas?” Ayra menatap Attar yang sejak tadi memperhatikannya. D
Read more
Bab 104
Ayra berjalan mendekati lemari pakaian. Dia mencarikan pakaian kerja untuk suaminya pagi ini. Satu-persatu Ayra amati dan melihatnya dengan jeli, mana yang akan diambil olehnya yang kira-kira cocok untuk Attar.“Selamat pagi, Sayang,” sapa Attar yang baru selesai mandi. Dia keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk yang melilit di perut hingga lutut.Pria itu berjalan mendekati sang istri. Kemudian memeluk Ayra dari belakang. Attar menunggu Ayra memilihkan pakaian untuk dipakai pergi ke kantor olehnya. Seketika aroma sabun yang berbau madu bercampur susu menyapa indra penciuman Ayra. Hal itu sudah terbiasa di setiap paginya.“Pagi, Mas.” Ayra menyahut tanpa menoleh. Matanya sibuk menyapu kemeja yang ada di depannya.“Mas, mau pakai baju yang mana? Aku bingung mau milih yang mana,” tanya Ayra. Kebanyakan pakaian yang Attar digunakan untuk bekerja mempunyai warna pastel.“Eumm ....” Attar tampak memilih. “Hari ini aku mau pakai yang warna biru pastel aja,” ucapnya sambil menunju
Read more
Bab 105
“Loh, loh? Mau ke mana? Ini arum manisnya udah aku beliin, Sayang. Kamu mau pergi ke mana? Wajah kamu kenapa sedih gitu?” Begitu tiba di dalam rumah, Attar mendapati Ayra yang baru menuruni tangga dengan pakaian serba gelap seperti orang yang tengah berduka. “Mas, kamu mau nemenin aku nggak?” Ayra membalas tatapan Attar dengan tatapan sendu. “Ke mana? Ini udah sore, loh.” “Aku mau ke makam mama sama papa. Aku kangen sama mereka, Mas,” ucapnya. Attar menyaksikan air bening di pelupuk mata Ayra, menghalangi bola mata indah yang menjadi pusat perhatiannya. Dia segera memeluk wanita itu dengan lembut. “Tunggu aku mandi sebentar, ya? Nggak akan lama, kok. Aku akan nemenin kamu ke sana.” Attar berbisik. Kepala Ayra mengangguk pelan. “Aku tunggu, Mas.” Attar pun melepaskan lagi pelukannya dari Ayra. Kemudian meletakkan dua bungkus arum manis di meja ruang tamu. Padahal saat pulang tadi, Attar berniat untuk langsung memberikan kabar gembira yang dia peroleh. Namun sepertinya suasana hat
Read more
Bab 106
“Rendra.” Reti memanggil suaminya sebelum lelaki itu berangkat kuliah. Mereka belum bersalaman, tetapi Rendra malah hendak pergi begitu saja.Pemilik nama yang dipanggil itu pun berbalik badan. Dia hampir lupa pada kebiasaan istrinya yang terkadang masih belum bisa diterima. Seharusnya yang seperti ini padanya adalah Ayra, bukan Reti sebab Rendra dan Ayra pernah berjanji untuk saling menikah.Namun Rendra segera tersadar bahwa dia tidak boleh terus berlarut dalam ingatan masa lalu dirinya tentang Ayra. Ayra sudah berbahagia dengan pria lain, sedangkan dia pun harus bertanggung jawab terhadap wanita yang tengah mengandung anaknya.“Maaf, aku lupa.” Rendra membalas tatapan Reti, tepat pada netra legam wanita itu. Kemudian menyodorkan tangannya untuk bersalaman dengan sang istri. Ucapan maaf dari Rendra barusan membuat hati Reti meleleh.Senyuman tipis terpatri di wajah Reti. Dia lalu mencium punggung tangan Rendra. “Ren, aku boleh minta uang lebih nggak?” tutur Reti dengan penuh kehati-
Read more
Bab 107
Satu pertanyaan lagi yang membuat Reti benar-benar merasa bahwa Rendra saat ini bukanlah Rendra yang kemarin. Semenjak tadi malam, Rendra sudah terlihat berbeda.Wanita itu masih membeku dengan suara Rendra yang masih terngiang di telinganya. Beberapa detik setelahnya, Reti baru menjawab, “aku nggak benci sama kamu, Ren. Kadang aku cuma sakit hati karena perlakuanmu padaku.”“Aku ngerasa kalau aku ini suami yang buruk buat kamu dan calon ayah yang nggak pantas untuk anak kita. Aku selalu nggak bisa gimana caranya perbaiki hubungan kita karena udah terlanjur sering nyakitin kamu.” Rendra masih mendekap Reti. Dia merenungi kesalahannya selama ini. Ingin memperbaiki berulang kali meskipun selalu gagal. Kali ini, Rendra berharap dirinya bisa menjadi orang yang lebih baik lagi.“Aku ngerti keadaan kamu, kok, Ren. Kamu pasti masih syok buat jadi seorang suami sekaligus calon ayah. Dua gelar ini terlalu cepat buat kamu karena sebenarnya kamu belum siap. Aku yang salah. Aku yang lebih dulu me
Read more
Bab 108
“Ren, aku udah masak enak buat kamu. Aku harap kamu belum makan malam di luar.” Reti menyambut kepulangan Rendra seperti biasa, yakni pada malam hari. Dia berjalan di belakang Rendra yang baru saja masuk ke rumah.Reti melihat tas Rendra dan berinisiatif untuk membawakan benda tersebut karena sepertinya Rendra terlihat begitu lelah.“Ren, aku bawain tas kamu, ya?” ucap Reti sembari tangannya yang sudah mengambil tas di punggung Rendra.Rendra pun mendadak menghentikan langkah kakinya. Dia menoleh ke arah Reti, menatapnya dengan lekat.Embusan napas panjang pun terdengar di indra pendengaran Reti. Membuat wanita itu menjadi sedikit takut. Takut apabila tiba-tiba Rendra justru marah karena dirinya yang banyak bicara.Tatapan Rendra mengubah nyali Reti menjadi ciut. Dia pun menundukkan pandangannya dan siap menerima omelan dari sang suami. Namun yang Reti dapat justru sebaliknya.Kedua tangan Rendra menangkup bahu Reti. Kemudian dia membungkuk, menyejajarkan wajahnya dengan wanita di dep
Read more
Bab 109
Rendra tidak merespon apapun. Juga tidak menyingkirkan tubuh Reti. Dia hanya terdiam membiarkan wanita di sebelahnya memeluk dirinya. Tidak ada pikiran untuk menyentuh lebih.Rendra mengecup Reti sebelumnya juga hanya bermaksud agar Reti merasa lebih disayang dan lebih tenang.Pria itu mencoba mengatur napasnya supaya lebih teratur. Dia sedikit kurang nyaman karena posisinya yang tercapit tangan dan tubuh Reti. Namun Rendra tidak mau mengusik tidur istrinya yang telah lelap.“Harusnya suami istri yang udah menikah secara sah, hidup mereka akan bahagia dan saling menyayangi, saling berbagi kasih. Bisa bergurau dan tertawa. Kenapa sekarang aku justru merasa hambar? Padahal Reti pernah jadi wanita impianku.”“Apa karena aku udah dapatin apa yang dulu aku mau, makanya sekarang rasa penasaranku udah hilang, berganti jadi hambar?” Rendra mengeluhkan diri sendiri yang dirasa membingungkan atas perasaannya.Saat ini dia hanya menjalani hidup dengan mengikuti alur yang ada, dengan menjaga Reti
Read more
Bab 110
Setelah menjelajahi beberapa tempat wisata yang Ayra inginkan bersama Attar, mereka pun beristirahat di sebuah kedai makanan. Keduanya membeli olahan ayam beserta makanan lain untuk mengisi perut yang sudah terasa begitu lapar.Sembari menunggu pesanan datang, Ayra sibuk melihat-lihat hasil foto objek wisata yang diambil olehnya. Ada beberapa gambar dirinya dan Attar, baik sendiri-sendiri maupun foto bersama.Berulang kali Ayra tersenyum bahkan tertawa kecil saat sebagian besar hasil gambar di layar pipih itu tidak mengecewakan sama sekali.“Ahaha, lucu banget,” gumam Ayra. Jemari tangannya masih menggeser-geser layar ponsel yang tengah dipandanginya.Attar yang duduk di depan Ayra hanya menyaksikan kesenangan istrinya seharian ini. Sesekali ikut tersenyum dengan perasaan bersyukur.“Ih, fotonya Mas Attar baru sedikit banget. Di sini kebanyakan fotoku sama foto objek wisata. Mas Attar kenapa susah banget buat diajak foto, sih?” Ayra melempar tatapan kesal ke arah suaminya.Dia menatap
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status