All Chapters of Goodbye School: Chapter 111 - Chapter 120
136 Chapters
Bab 111
“Aku yakin kalau aku cuma salah lihat. Masa iya dia di sini?” Sepanjang perjalanan pulang menuju ke rumah, Reti tak hentinya memikirkan perempuan yang sempat dilihat olehnya di dalam kedai tempat dia membeli makanan tadi.Perempuan yang Reti lihat bersama dengan seorang pria itu sangat mirip dengan Ayra, masa lalu suaminya. Reti sengaja buru-buru menghindari tatapan Ayra saat itu guna menghindari kalau saja dirinya dihampiri oleh Ayra.“Tapi itu jelas-jelas Ayra. Di sini nggak mungkin ada orang yang mirip banget sama dia, apalagi wajahnya sangat khas asli Indonsesia. Tapi buat apa dia datang jauh-jauh ke sini? Bersama seorang pria juga? Pria itu siapanya dia?” Reti menggigit bibir bawahnya.Dia mulai merasa gelisah sekaligus ketakutan. Takut kalau saja itu benar bahwa yang dilihatnya di sana memang Ayra. Itu tandanya keberadaan Ayra sangat dekat dengan Rendra?Bagaimana kalau dalam waktu dekat ini mereka saling bertemu atau masing-masing berjanjian untuk bisa saling bertemu? Bagaimana
Read more
Bab 112
Menjelang malam, Ayra dan Attar masih berada di salah satu toserba yang tidak jauh dari penginapan keduanya. Mereka sengaja pergi ke sana karena Ayra ingin membeli beberapa kebutuhan serta camilan untuk dibawa ke dalam hotel.“Mas Attar, ini kebanyakan nggak, sih? Aku ambil jajan banyak buat makan di dalam hotel nanti malam. Malam nanti rencananya mau istirahat aja di hotel. Ternyata jalan-jalan seharian bikin aku jadi capek.” Ayra memperlihatkan troli belanjaan supaya suaminya melihat isi di dalamnya. Padahal yang sedang mendorong troli tersebut adalah Attar.Attar hanya melihat sekilas apa yang Ayra ambil dari rak barang. Menurutnya, barang-barang tersebut tidak terlalu banyak. “Masih ada lagi yang mau kamu beli?” Attar justru bertanya demikian yang membuat Ayra merasa senang.“Boleh, Mas?” tanya Ayra. Dia berharap masih bisa mengambil jajanan lagi meskipun di dalam troli masih banyak.Kepala Attar mengangguk yakin. Dia tidak pernah keberatan apabila istrinya itu menghabiskan uang u
Read more
Bab 113
“Mas, aku lupa beli biskuit! Aku pengin biskuit.” Ayra tiba-tiba merengek saat mereka menunggu layanan antar jemput kendaraan umum.Attar pun terlihat bingung harus masuk ke toserba lagi atau bagaimana, sedangkan barang bawaan mereka banyak.“Mas Attar nunggu di sini aja. Aku yang masuk sendirian buat nyari biskuit. Janji nggak akan lama, Mas,” kata Ayra untuk meyakinkan suaminya. “Aku juga seharusnya beli pads buat jaga-jaga kalau tiba-tiba datang bulan. Ini udah masuk ke tanggal on period.”Kepala Attar mengangguk seraya menghela napas panjang. “Ya udah sana masuk lagi. Aku nungguin kamu di sini. Jangan lama-lama,” peringatnya.“Oke, Mas. Mas Attar mau nitip sesuatu atau nggak?”“Nggak. Semuanya udah punya.”Ayra segera berbalik badan. Kemudian berjalan cepat memasuki toserba itu lagi. “Ada aja yang kurang,” gumam Ayra.Karena toserba itu lumayan besar, Ayra mekangkah lumayan jauh untuk bisa tiba di rak khusus snack. Pikirannya hanya fokus tertuju pada apa yang dia inginkan.Sesampa
Read more
Bab 114
Ayra dan Attar tiba di hotel. Mereka membongkar kantong plastik berisi barang belanjaan hari ini dan hendak diletakkan di tempat yang tersedia di dalam hotel tersebut.“Loh, Mas, kok jajannya jadi tambah banyak gini? Perasaan aku nggak ambil yang ini? Yang ini juga aku ngambil? Kenapa tiba-tiba ada?” Ayra terkejut melihat barang belanjaan mereka yang ternyata lebih banyak dari yang sebelumnya dia ambil.“Itu aku yang ambil. Aku juga mau makan snack buat nemenin kerjaan nanti.” Attar menggeser gorden untuk menutupi sebagian kaca jendela karena hari sudah menggelap.“Loh, Mas Attar kerja? Katanya libur?” tanya Ayra. Dia menatap suaminya dengan tatapan kurang percaya.“Nggak. Cuma mantau dikit aja. Kalau nggak dipantau takutnya berantakan.” Pria itu kembali ke dekat Ayra. Mereka duduk di sofa yang tersedia tak jauh dari tempat tidur.“Oh, kirain tetap kerja full. Ada-ada aja. Udah libur masih disuruh kerja. Nggak enak banget jadi orang dewasa.” Ayra mendengkus kesal.Attar hanya memaklum
Read more
Bab 115
Pagi itu, Reti terbangun dari tidurnya. Dia melihat Rendra sudah tidak ada di sebelahnya. Padahal, biasanya dia yang bangun lebih awal dari suaminya.Reti segera keluar dari kamar. Memasak adalah tujuan utamanya selepas bangun. Wanita tersebut pun berjalan menuju ke dapur dan dia dibuat terkejut saat mendapati Rendra ada di sana.“Ren? Kok kamu udah bangun? Terus kenapa malah jadi kamu yang masak?” ucap Reti merasa bersalah karena membiarkan suaminya memasak sendirian. Apakah dirinya yang bangunnya terlambat?Rendra menoleh dan menatap wajah Reti yang baru bangun dari tidur. “Kamu udah bangun? Duduk aja di ditu. Nggak usah ke sini,” ujarnya, mencegah Reti yang hendak mendekatinya.“Aku bantuin kamu aja.” Reti mencuci tangan di wastafel yang ada di sebelah Rendra. Dia berniat membantu suaminya memasak.Belum sempat Reti mengambil wajan untuk dipasang di atas kompor, Rendra buru-buru menghentikan aksi wanita itu. Rendra mendorong Reti sampai ke meja makan dan akhirnya Reti duduk di sana
Read more
Bab 116
Kotak bekal sudah siap dengan isi yang lengkap. Reti telah memasukkan beberapa lauk ke dalamnya sebagai bekal Rendra kuliah. Meskipun bukan dia yang memasak, wanita itu tetap membantu suaminya menyiapkannya.“Ren, udah aku siapin semuanya,” ucap Reti dengan wajah ceria. Kedua tangannya menenteng tas bekal lalu diberikan kepada Rendra.Laki-laki itu menerimanya dengan baik. Mereka sudah selesai sarapan dan Rendra hendak berangkat.“Aku berangkat dulu, ya?” pamitnya membuat Reti menganggukkan kepala. Seperti biasa, dia mencium punggung tangan Rendra sebelum suaminya melenggang pergi dari sana.Terkadang, Reti berharap lebih. Dia mengharapkan sentuhan yang lebih intens dari Rendra. Namun kenyataan menyadarkan dirinya bahwa laki-laki itu kemungkinan belum mencintainya dengan sepenuh hati. Jadi, tidak akan pernah bisa dipaksakan untuk melakukan sesuai apa yang dia inginkan.Reti ikut mengantarkan Rendra hingga ke ambang pintu rumah. Dia terus menatap kepergian Rendra yang semakin menjauh d
Read more
Bab 117
“Apa kamu bilang? Sekali-sekali?” sahut Attar tak terima. Dia menatap wajah istrinya dengan tatapan geram. “Jangan pernah coba-coba walaupun cuma sekali!” tegasnya sambil menunjuk wajah Ayra.Ayra justru memamerkan cengiran tengilnya. Merasa senang karena sudah berhasil membuat Attar marah sebab cemburu.“Aku suka ngeliat Mas Attar cemburu. Wajah seramnya nggak bikin aku takut. Malah bikin ketawa,” lontar Ayra sembari terkikik. Dia mencubit pipi Attar dengan gemas.Ayra melihat ekspresi wajah Attar yang tidak berubah. “Aku cuma bercanda aja, Mas. Hihi lucu banget suami tuaku ternyata mudah cemburu.”“Siapa yang tua? Apa kamu nggak liat kalau aku ini masih tampan rupawan?” balas Attar.“Hihi, emang Mas Attar ganteng, tapi tetap aja umurnya udah tua, wlee!” Lidah Ayra mencuat dari kedua belah bibirnya.Karena merasa bertambah gemas, Attar sontak menggelitiki wanita muda di sebelahnya itu hingga Ayra tertawa-tawa menahan geli.“Bocah nakal! Awas aja nanti malam di hotel. Bakal aku kasih
Read more
Bab 118
“Jangan gila kamu, Ren! Kita udah punya pasangan masing-masing!” Seketika Ayra langsung bangkit dari tempat duduknya karena terkejut dengan pengakuan Rendra. Bisa-bisanya laki-laki itu mengatakan kalau dia mencintai Ayra tanpa berpikir panjang lebih dulu?Sempat terbesit di dalam kepala Ayra memikirkan Rendra. Hanya sekilas. Namun perasaannya saat ini sudah tidak untuk Rendra lagi.“Kamu juga masih ada rasa sama aku ‘kan, Ra?” Rendra turut berdiri. Dia menatap mata Ayra dengan tatapan lekat.Napas Ayra tersenggal. Dia marah karena sikap Rendra yang seperti itu. “Cukup, Ren. Jangan pernah mengungkit-ungkit sesuatu yang udah berlalu. Udah bukan saatnya lagi kita bersikap kayak gini. Kita udah dewasa dan udah punya pilihan masing-masing. Kenapa kamu nggak bisa dengerin aku, sih?”Rendra perlahan meraih tangan Ayra. Pertama kali meraihnya, dia ditepis kasar oleh wanita itu. Kemudian Rendra tidak menyerah. Dia mencobanya lagi untuk yang ke-dua kali dengan lembut.“Ra, jangan marah-marah sa
Read more
Bab 119
“Mas Attar, dengerin aku, Mas. Aku sama sekali nggak janjian sama dia. Aku juga nggak tahu kalau Rendra ternyata kuliah di sana.” Ayra terus mengejar Attar yang berjalan menghindarinya.Attar benar-benar muak terhadap dua orang itu. Dulu saat Rendra hendak pergi, dia menyaksikan Rendra dan Ayra saling berpelukan. Sekarang saat keduanya bertemu di negeri orang pun masih sempat-sempatnya melakukan hal yang sama? Harus percaya pada siapa lagi Attar?Attar menghentikan langkahnya secara mendadak. “Jangan sebut namanya lagi di depanku,” ucapnya dengan suara rendah.“Aku mohon jangan bersikap kayak gini, Mas. Yang kamu lihat tadi cuma sekilas kejadian yang bikin salah paham. Kamu nggak tahu kejadian sebelumnya.” Ayra berusaha menjelaskan pada suaminya.Sayangnya, Attar terlihat tidak peduli sama sekali dengan penjelasan istrinya. Dia melanjutkan jalannya, menyusuri jalanan khusus untuk pejalan kaki. Mereka belum sampai ke hotel, masih di tengah perjalanan.Ayra pun tetap mengejar pria itu.
Read more
Bab 120
Attar berjongkok di depan Ayra yang duduk di atas sofa. Dia membantu mengolesi betadine ke luka yang ada di kaki Ayra dengan telaten.Semenjak beberapa detik yang lalu, Ayra menatap wajah Attar tanpa beralih. Perlahan tangannya bergerak menyentuh surai legam suaminya lalu membelainya. “Kamu masih marah sama aku, Mas? Kamu nggak percaya sama aku?” tanyanya dengan suara sedih.“Kenapa kamu diam aja waktu dia meluk kamu?” Attar bertanya balik tanpa menatap wajah Ayra.“Aku nggak bermaksud nerima pelukan dia. Aku cuma kaget sampai rasanya susah buat gerak. Apalagi saat itu kamu langsung lihat aku sama dia. Gimana aku nggak makin syok? Aku yakin Mas Attar pasti langsung salah paham.”“Mas Attar nggak tahu kalau sebelumnya aku marah dan memaki dia. Tapi dia nggak mau dengerin aku,” lanjutnya mengadu.“Besok kita pergi dari sini. Aku nggak mau kalau sampai dia nyariin kamu lagi,” ucap Attar. Kemudian setelah selesai mengobati kaki Ayra, dia mengangkat wajah untuk menatap bola mata istrinya.
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status