All Chapters of Ketika Istri Mulai Berubah: Chapter 51 - Chapter 60
107 Chapters
bab 51
"Mas, apelnya satu kilo, ya?" ucap Luna pada pedagang buah itu. Sedangkan Arka baru saja sampai."Air mineralnya satu, Pak," ucap Arka sambil mengambil dompet di saku celananya. Seketika Luna merasa mengenali suara itu, dirinya sangat yakin kalau suara itu berasal dari pria yang masih mengisi penuh ruang hatinya juga pria yang telah menorehkan luka begitu dalam, sampai maaf pun sepertinya sulit diucapkan. Posisi mereka saat ini bersebelahan dan sepertinya Arka belum menyadari kalau wanita di sampingnya adalah istrinya. "Ma, mimi," ucap Arsya dengan gaya khas anak kecil. Ia menunjuk air yang berada di sana, memang selain menjual buah, bapaknya juga menjual air mineral, tidak hanya air mineral, susu botol juga ada. Bukan hanya Luna, Arka juga seperti mengenali suara itu. Dirinya sangat yakin kalau suara kecil tersebut milik anak semata wayangnya bersama Luna."Arsya?" panggil Arka sambil menoleh ke arah samping. Mungkin ikatan batin mereka sangat kuat, bocah kecil itu lantas menoleh
Read more
bab 52
PLAK! Satu tamparan keras mendarat di pipi mulus istrinya. "Berani kamu, ya! Kamu udah berani membuatku malu di depan banyak orang!" bentak Aldo. Bukannya takut, tapi Alfi malas semakin menantang.Sambil mengusap bekas tamparannya, ia pun menatap tajam ke arah Aldo."Apa karena wanita itu kamu menceraikanku, Mas? tanya Alfi dengan menatap tajam ke arah suaminya."Bukan karena dia, tapi karena kamu yang egois!" bentak Aldo. Kini sama sekali tak peduli dengan anaknya yang ketakutan karena pertengkaran keduanya."Kamu nyalahin aku? Padahal letak kesalahan ada pada dirimu sendiri, Mas!" Alfi masih nampak tak terima. Padahal anaknya sudah menangis histeris tetapi sebagai Ibu ia sangat abai dan tak memperdulikan anaknya yang tangah menangis tersebut."Ah, aku muak sama kamu! Aku tegaskan, kamu ku talak, aku talak kamu dengan talak tiga!" ucap Aldo sambil beranjak pergi. Tak ada waktu untuk meladeni Alfi yang gila ini."Kamu harus ingat, Mas. Anak ini juga anakmu, kamu juga tak bisa lepas b
Read more
bab 53
"Bagaimana, Sayang? Kamu mau kan kembali padaku?" tanya Arka dengan tatapan sayu. Ia sangat berharap kalau istrinya itu bisa melunak.Luna menggeleng, ia tetap pada pendiriannya untuk tidak kembali pada suaminya."Baiklah, Arsya akan ikut bersamaku," ucap Arka dan beranjak pergi sambil menggendong tubuh anaknya. Mungkin karena rindu pada ayahnya, Arsya sama sekali tak menangis.Sedangkan Luna tak membiarkan anaknya dibawa oleh Arka, walau dia tahu kalau ayahnya tak mungkin berbuat jahat, tapi dirinya tak bisa kalau harus jauh dari sang anak. Arsya adalah hidupnya."Mas, jangan bawa anakku," ucap Luna sambil menahan kepergian suaminya."Dia juga anakku, kalau kamu tidak mau kembali maka Arsya akan bersamaku," tegas Arka."Aku tidak bisa hidup tanpa anakku.""Dan aku pun tak bisa hidup tanpamu, Luna. Kita sama, kamu tak bisa hidup tanpa anak kita dan aku pun tak bisa hidup tanpamu," ucap Arka. Rasanya sudah sampai puncaknya ia memohon pada istrinya. Luna tetap keras hatinya seperti dul
Read more
bab 54
"Kondisi pasien sedang koma, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, semua tinggal menunggu mukjizat dari Tuhan."Bagai disambar petir saat Luna mendengar penuturan Dokter tersebut. Tak terasa air matanya luruh, walaupun ada amarah di sana, tapi belum sanggup ditinggal suaminya.Kini ia menyesal, kenapa tadi tidak menahan kepergian suaminya? Kenapa tadi ia mengajak suaminya bertengkar?"Mas, bangun," lirih Tania. Ia duduk di bangku yang disediakan di sini, dirinya sangat lema, ia tak tahu lagi harus berbuat apa. Semuanya hanya bisa ia pasrahkan dan meminta yang kuasa untuk segera menyadarkan suaminya.***Kabar tentang kecelakaan Arka sudah tersebar luas, keluarga ataupun rekan bisnisnya, banyak yang simpati dan mendoakan untuk kesembuhan temannya tersebut.Sedangkan Arsya sendiri dititipin pada ibunya selama Luna menunggu suaminya.Wanita itu sama sekali tak beranjak dari sisi Arka. Kecewa boleh, tapi ia tak tega jika harus meninggalkan Arka sendiri.Setiap hari dirinya selalu menga
Read more
bab 55
"Kenapa dengan Arka, Sayang? Apa yang telah terjadi?" tanya ibunya.Bukannya menjawab, Luna malah menghambur memeluk ibunya."Mas Arka mulai siuman, Bu. Tapi dia hilang ingatan," jawab Luna. Saat sadar tadi Arka terlihat kebingungan, dia pun memandang Luna lama, tak lama kemudian bertanya siapa kamu. Luna diam tapi setelahnya m"Nanti pasti akan sembuh kok, kamu jangan khawatir," ucap ibunya menenangkan. Setelahnya Dokter yang menangani Arka pun keluar. Luna dan ibunya buru-buru menghampiri "Setelah ini Pak Arka akan dipindahkan ke ruang rawat," ucap Dokter tersebut."Suami saya tidak ingat dengan saya, Dok.""Benturan di kepala yang sangat keras mengakibatkan Pak Arka kehilangan ingatannya, tapi Bu Luna tidak perlu khawatir karena nanti ingatannya akan berangsur kembali, Ibu yang sabar saja, jangan lupa pasrahkan semuanya pada Tuhan."Apa saya bisa menemui suami saya, Dok?""Silahkan, Bu. Semoga setelah didampingi orang terdekatnya bisa membuat penyembuhannya lebih cepat," jawab san
Read more
bab 56
Semua yang berada di sana diam membisu melihat pemandangan itu, sebenarnya tidak masalah jika mereka mengatakan kalau Arsya adalah anak Arka dan mengatakan sebenarnya siapa Luna, tetapi Luna tidak mau.Baginya biarlah Arka mengenal dirinya sebagai teman, bukan istri, karena itu jauh lebih baik untuk saat ini."Papa," panggil Arsya sekali lagi. Biasanya ketika melihat anaknya Arka selalu menggendongnya, kini ia hanya bisa diam sambil menatap bocah kecil itu."Arsya sama nenek saja, ya?" ucap neneknya sambil mengangkat tubuh sang cucu. Tetapi di sana Arsya memberontak dan tetap memegang tangan papanya.Karena merasa kasihan, Arka pun langsung menarik lengan anaknya dan membawanya ke dalam pangkuan."Adik kecil namanya siapa?" tanya Arka. Sedangkan Luna sendiri masih diam membisu dan tak tahu harus berkata apa."Sasa, Pa," jawabnya dengan girang. Setelah lama tak bertemu, kini Arsya bisa bermanja dengan papanya, sangat terlihat kalau bocah kecil merindukan papanya."Maaf, Mas. Mungkin Ar
Read more
bab 57
"Aku tahu, kamu adalah orang yang sangat berati di hidupku," ucap Arka sambil tersenyum karena menangkap ekspresi yang tak biasa dari wanita di depannya "Ingatanmu sudah kembali, Mas?" tanya Luna. Kini ia pun menatap suaminya dengan tatapan menelisik."Kata siapa, bahkan jati diriku sendiri saja aku tidak tahu," jawab Arka. "Lalu kenapa kamu tahu kalau aku wanita berarti dalam hidupmu?"Luna masih tak percaya, dalam benaknya ia mengira kalau suaminya tengah pura-pura hilang ingatan agar dirinya bisa terus bersamanya."Lihat di dinding, di sana banyak foto kita, juga foto adik kecil yang memanggilku dengan sebutan Papa, ternyata dia memang anakku," jawabnya.Arsya sendiri sudah dibawa oleh mertuanya ke dalam untuk istirahat.Sedangkan Luna baru sadar kalau di ruangan ini banyak banget foto dirinya dan suami, ia baru menyadari akan hal ini. Pantas saja Arka mengatakan kalau dirinya adalah wanita berarti, jadi setelah melihat ini semua."Kamarku yang mana? Aku capek, aku mau istirahat
Read more
bab 58
Dara semakin merinding, kini ia pegang tangan suaminya yang juga nampak dingin, jujur saja, selama ini ia tak pernah menemui hal-hal seperti ini."Bu, sadar. Di sini tu nggak ada siapapun, Ibu sadar dong! Jangan bilang Budhe ke sini, Budhe sudah lama nggak ada," ucap Dara sedikit ketus karena rasa takutnya, sedangkan sang suami sendiri mencoba menenangkan istrinya itu, dirinya sangat paham tapi keadaan Ibu mertuanya sedang tidak memungkinkan."Tadi dia datang terus hilang," jawabnya setelah dibentak Dara agar tak mengatakan tentang budhenya.Kini pandangannya kembali kosong sambil menatap lurus ke depan.***Di tempat lain...Suasana malam ini begitu canggung, Luna yang biasanya bebas tidur di atas kasur kini harus meringkuk di sofa kamarnya, ia sendiri tak mau satu ranjang dengan Arka. "Kalau dingin tidur di sini saja," ucap Arka yang melihat istrinya menggigil kedinginan. Andai ia bisa berjalan sendiri, sudah tentu ia akan membopong tubuh Luna dan membaringkannya ke ranjang mereka.
Read more
bab 59
Luna diam, bingung mau menjawab apa. Tidak mungkin ia memberikan hak pada suaminya, dirinya sama sekali tak mau disentuh, jangankan disentuh, tidur seranjang saja ia ogah-ogahan."Kamu kok bicara begitu, Mas?" tanya Luna"Boleh aku meminta hakku?" tanya Arka. Padahal ucapannya tidaklah serius, ia hanya ingin menguji sang istri saja, tetapi respon yang didapatnya malah diluar kepala."Aku tidak tahu ingatanmu sudah kembali atau belum, tetapi melihatmu seperti ini kurasa jika kamu sudah mengingat semuanya. Baiklah, Mas, mari kita berpisah dan mengakhiri hubungan ini," ucap Luna dengan tegas. Jika memang suaminya sudah mengingat semuanya, tidak ada alasan baginya untuk tetap di sini. Semua yang ia lakukan selama suaminya sakit karena tak tega, walaupun hatinya mengatakan cinta, tetapi rasa sakit yang sudah ia rasa sangat sulit dimaafkan."Aku tidak ingat apa pun," jawab Arka karena memang dia belum ingat semuanya.Apa yang diucapkannya semata-mata karena ingin menguji istrinya dan statu
Read more
bab 60
Luna melihat Arka tak sadarkan diri dan anaknya yang mencoba membangunkan sang Papa tetapi tidak berhasil. Mungkin sebab itu Arsya menangis kencang, bocah kecil itu takut dengan kondisi papanya yang seperti ini."Biar Ibu telepon Dokter," ucap ibunya dan langsung ke bawan untuk mengambil ponselnya. Sedangkan Luna sendiri mencoba membangunkan suaminya dengan cara memberi suaminya minyak kayu putih.Arsya sendiri yang ketakutan langsung memeluk mamanya."Sudah, jangan takut, Papa tidak apa-apa kok," ucap Luna. Kini ia pangku anaknya."Papa," ucap Arsya sambil menangis terisak."Sudah Sayang, Papa tidak apa." Luna menenangkan anaknya.Tak lama kemudian, ibunya pun datang bersama Dokter langganan keluarga."Tadi tidak apa-apa, Dok, setelah saya keluar tiba-tiba saja Mas Arka sudah tak sadarkan diri," ucap Luna.Dokter itu tersenyum sambil mengangguk, setelahnya ia pun memeriksa keadaan Arka."Semua normal, tapi alangkah baiknya di bawa ke rumah sakit agar ditindak lanjuti, karena sepertin
Read more
PREV
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status