Semua Bab Terjebak Skandal Panas dengan Putra Suamiku: Bab 41 - Bab 50
108 Bab
Jangan-jangan Itu Selingkuhan Kamu, ya?
"Ada apa, Bu. Kok tumben Ibu nelpon? Ibu baik-baik aja, kan?" tanya Leta cemas.Wanita itu tampak terkejut karena melihat ibunya menghubunginya berkali-kali. Dia takut kalau terjadi apa-apa pada ibunya, apalagi saat ini ibunya tengah sendiri, tidak ada yang menemaninya, itulah yang membuat Leta dilanda gelisah."Ibu nggak apa-apa kok. Ibu cuma pengen tahu gimana kabarmu di sana, sehat, kan?" tanya Tika dari ujung sana, suara wanita itu begitu lembut.Leta menghela napas lega. "Syukurlah kalau Ibu nggak apa-apa, aku khawatir."Leta mendengar kekehan dari ujung sana."Memangnya kamu ini berharap Ibu kenapa? Doain Ibu sakit ya?""Ish! Ibu ini ngomong apa sih, kok ngomongnya kayak gitu? Nggak boleh, Bu!" tegur Leta."Ibu di sini nggak apa-apa. Ibu cuma kesepian aja, makanya Ibu nelpon kamu. Tadi Ibu juga nelpon abang kamu, tapi ya gitu, dia selalu sibuk sampai-sampai telpon dari Ibu aja nggak diangkat," celoteh Tika.Leta tersenyum miris ketika mendengar ucapan ibunya, sejujurnya dia juga
Baca selengkapnya
Temani Aku Tidur!
"Langit," panggil Leta pelan. Dia menautkan kedua jari telunjuknya karena saking gugupnya ketika berhadapan dengan pria itu.Langit menatap Leta dengan kedua alis bertaut, terlihat begitu jelas kalau wanita itu ingin mengatakan sesuatu. Akan tetapi Langit ingin tahu sampai mana wanita itu ingin merayunya.Setelah mengelap mulutnya menggunakan tisu, pria itu pun langsung bangun dari duduknya dan pergi meninggalkan Leta seorang diri di meja makan.Langit tersenyum menyeringai ketika mendengar Leta mengikutinya dari belakang."Langit, aku ingin bicara sama kamu." Kali ini Leta berdiri tepat di hadapan Langit, membuat pria itu langsung menghentikan langkahnya.Pria itu mendengkus pelan seraya membuang pandangannya ke samping. Pura-pura kesal dengan wanita itu."Aku capek, bicaranya besok aja," tolak pria itu.Leta menggeleng dengan cepat."Aku mau istirahat, minggir!"Lagi-lagi Leta menggeleng."Jangan bikin kesabaranku habis, Aleta! Jangan selalu membuat emosiku selalu naik!" geram pria
Baca selengkapnya
Urus Aja Dirimu Sendiri
Mahendra mendengkus keras ketika melihat siapa yang mengetuk pintu rumahnya begitu tidak sabaran."Kamu lagi, kamu lagi. Mau ngapain kamu datang ke sini?" tanya pria itu ketus.Langit tersenyum mengejek. "Anda tidak mungkin tidak tahu apa tujuan saya untuk datang ke sini.""Soal Leta?" Mahendra mencibir."Apa tujuan kamu mencarinya?" tanya Langit to the poin. Tidak ada lagi basa-basi dari raut wajahnya."Memangnya ada yang salah? Asal kamu tahu, Langit, dia itu istriku. Kamu nggak pantas bicara seperti itu padaku," kata Mahendra emosi.Bibir Langit berkedut, akan tetapi tangannya mengepal erat. "Persetan dengan yang namanya istri. Sedari awal dia itu adalah milikku, maka jangan coba-coba kau mengambil apa yang sudah menjadi milikku, berengsek!" umpat Langit dengan tatapan tajamnya.Mahendra tampak memijit pelipisnya, makin lama berhadapan dengan anak tirinya itu membuat dirinya darah tinggi. Harus berusaha apa lagi dia itu agar menyadarkan Langit kalau Leta sebenarnya sudah menjadi is
Baca selengkapnya
Aku Boleh Titip Sesuatu?
Leta meringis pelan karena menurutnya kali ini Langit bermain agak kasar. Setelah mencapai pelepasan, pria itu pun langsung bangun dari tubuh Leta, membuat wanita itu bernapas lega.Leta sangat yakin pasti ada sesuatu yang tidak beres pada Langit."Kenapa? Apa perutmu sakit?" tanya Langit seraya mengerutkan keningnya karena melihat wanita itu tampak meringis.Langit agak menyesal karena memperlakukan Leta agak kasar, semua itu karena pria sialan itu yang saat ini benar-benar mengganggu ketenangannya, ya siapa lagi kalau bukan Mahendra. Sialnya, kenapa dia harus melampiaskan kemarahannya itu pada Leta yang jelas-jelas saja wanita itu tidak tahu-menahu tentang masalah mereka."Nggak, cuma sedikit nyeri aja," sahut wanita itu pelan.Mendapat jawaban seperti itu bukannya tenang, pria itu malah menyugar rambutnya dengan kasar.Dia merasa bersalah sekarang. Pria itu bingung harus berbuat apa, ingin sekali membawa wanita itu pergi ke rumah sakit, tapi untuk saat ini kondisinya benar-benar ti
Baca selengkapnya
Mana Mungkin Dia Berani
"Kita ketemuan yuk, Let," ajak Sisi. "Pacar gue akhir-akhir ini sibuk, kesepian nih aku. Biasanya kamu sering banget main ke sini, sampe jengah aku lihatnya. Eh nggak tahunya aku malah kangen kamu juga kalau kamu nggak ke sini. Sibuk nggak nih," tanya Sisi dari ujung sana."Akunya sih mau, tapi ... kamu tahu sendiri, kan, kondisiku saat ini gimana?" lirih Leta.Sisi mendengkus keras. "Kamu juga ngapain mau-mau aja digituin sama Langit, kalau seandainya aku jadi kamu, udah aku kasih racun dia itu, biar mati sekalian, terus hartanya aku ambil deh. Beres, kan? Hidup kok dibikin ribet," cibir Sisi dari ujung sana."Ya kalau bunuh orang ujung-ujungnya nanti kamu berakhir di penjara seumur hidup, Si. Emangnya kamu mau? Ya mending kayak aku gini, masih bisa hidup bebas, masih bisa makan enak. Kalau di penjara gimana? Bisa-bisa mati kelaparan aku." Tawa Leta seketika pecah."Aish! Susah ya ngomong sama kamu yang udah terlalu bucin sama Langit. Ngomong-ngomong nggak bisa kamu usahain aja apa,
Baca selengkapnya
Kamu Meluknya Kekencengan!
"Wah, gokil kamu, Let. Akhirnya bisa keluar juga dari sangkar emas," decak Sisi ketika melihat Leta sedang duduk di hadapannya."Ini juga aku butuh perjuangan biar sampai sini," sahut wanita itu jutek."Apa perjuangannya? Apa tadi kamu ikutin saran aku? Gaya apa yang kamu pakek sampe-sampe Langit mau kasih kamu izin untuk keluar?" tanya Sisi penasaran.Leta berdecak malas. "Ish! Apaan sih kamu, Si. Pikirannya kenapa ngeres terus sih?"Sisi tampak manggut-manggut. "Oh, bukan karena itu ya? Aku kira cuma itu jalan satu-satunya agar Langit luluh," ringis Sisi.Leta memutar bola matanya malas. "Ya nggak dong, masih ada cara lain. Tapi ya ... meskipun aku berhasil keluar dari rumah pria itu, aku yakin sih pasti setelah ini hidupku nggak bakal tentram lagi, mungkin dia bakal bikin hidupku lebih sudah dari yang kemarin-kemarin," keluh wanita itu dengan kepala menunduk.Sisi termangu menatap wajah Leta, wanita itu tampak begitu murung."Kamu sih, ngapain juga harus kenal sama Langit. Tapi ya
Baca selengkapnya
Harus Apa?
"Kamu yakin sama ucapanmu barusan? Apa ini nggak terlalu beresiko, Let. Oke, aku sama sekali nggak khawatirkan diri aku, tapi yang aku khawatirkan itu kamu. Nanti kalau kamu diapa-apain sama Langit gimana?" tanya Sisi frustrasi.Leta menggeleng pelan. "Kita harus main cantik, Si. Terus apa dong gunanya aku minta tolong ke kamu."Sisi menggigit bibir bawahnya, jelas saja dia takut kalau terjadi sesuatu pada sahabatnya itu.Tadi Leta sudah merencanakan sesuatu yang menurutnya sangat-sangat amat berisiko. Benar-benar berisiko!"Pertama, kita buat Langit terkecoh. Selama ini aku selalu yakin kalau dia itu selalu mantau aku, caranya dengan datangin kekasihnya yang namanya Citra itu. Kamu tahu orangnya, kan?" tanya Leta memastikan.Sisi menjawab dengan anggukan saja."Nah, rencana kedua adalah Mahendra, yang aku tahu selama ini dia juga diam-diam mencari keberadaanku."Mata Sisi menyipit. "Kok kamu tahu?"Leta mengangguk sambil tersenyum. "Iya, beberapa kali aku dengar pembicaraan Langit de
Baca selengkapnya
Masih Kayaknya, ya?
"Gimana, Let, kamu nggak diapa-apain sama Langit, kan?" tanya Sisi cemas."Santai aja, aku nggak apa-apa kok. Kamu nggak usah khawatir ya?"Sisi mendengkus keras. "Gimana nggak khawatir coba? Kemarin tuh wajah Langit sengak banget, belum lagi dia itu juga kasar sama kamu. Aku takut kalau kamu kenapa-kenapa, dia itu tempramennya buruk sekali. Takut banget aku tuh, tapi kamu beneran nggak diapa-apain, kan? Dipukul atau gimana gitu? Dari kemarin juga nomor kamu nggak pernah aktif, aku coba telpon terus, tapi nomornya selalu di luar jangkauan. Beneran nggak apa-apa?" tanya Sisi memastikan."Iya, aku nggak apa-apa. Emang waktu itu Langit marah banget, tapi kamu tenang aja, meskipun dia marah, mulutnya aja yang suka bicara tajam, tapi kalau soal main tangan dia nggak pernah ngelakuin hal itu. Kamu tenang aja ya. Aku oke kok."Sisi bernapa lega. "Oke lah kalau gitu, aku seneng banget dengarnya. Eh tapi omong-omong, mengenai pembicaraan kita waktu itu, apa Langit juga ikut dengar, Let?" tanya
Baca selengkapnya
Jadi Benar Kamu Ingin Kabur Dariku, huh?!
"Kamu yang namanya Citra ya? Pacarnya Langit yang kerjanya jadi model itu?" tanya Sisi to the poin.Dia bertanya seperti itu ketika Citra sedang berkumpul dengan teman-temannya."Siapa kamu? Kok tiba-tiba tanya kayak gitu?" tanya Citra heran."Bisa kita bicara? Hanya berdua saja loh ya?" pinta wanita itu."Maaf, aku lagi sibuk. Lain kali saja."Citra pikir itu hanya orang iseng saja, atau bisa jadi wanita yang memintanya berbicara berdua itu adalah salah satu fansnya, mungkin. Itulah pikirnya."Ini tentang Langit. Kalau kamu mau lebih dekat dengan dia, silakan ikuti aku." Sisi berbicara dengan penuh arogan.Citra aja bisa bicara seperti itu pada Sisi, jadi ya Sisi harus diam aja gitu? Oh, tentu saja tidak bisa!Citra mendengkus keras, dia melihat teman-temannya yang sedari tadi juga agak risih melihat kedatangan Sisi, pada akhirnya Citra pun bangkit dari duduknya."Guys, sorry ya. Aku mau kelarin urusan dulu sama dia. Kalian kalau mau pesan sesuatu juga nggak apa-apa kok. Biar nanti a
Baca selengkapnya
Gimana? Apa Kamu Mau?
"Katakan kalau apa yang aku bilang tadi itu nggak benar?" sentak pria itu."Nggak. Aku nggak ada niat buat kabur, Langit. Hentikan, ini sakit," lirih Leta.Wanita itu tampak meringis ketika diperlakukan kasar oleh pria itu. Ketika Langit sudah mencapai pelepasannya, barulah Leta tampak bernapas lega."Kalau sampai ucapanmu tidak terbukti benar, aku akan membuat hidupmu dilanda menyesal, Leta. Pegang kata-kataku ini," ancam pria itu seraya membenarkan resleting celananya.Leta tak menyahut, dia hanya membuang pandangannya ke sembarang arah. Tekadnya memang sudah bulat untuk pergi meninggalkan pria itu.'Aku tidak takut dengan ancaman kamu. Apapun yang terjadi, aku tetap akan pergi dari hidupmu. Percuma saat ini aku selalu bersamamu kalau perlakuanmu aja selalu seperti itu,' batin Leta."Bersihkan tubuhmu. Setelah itu makan, aku tidak mau kalau bayiku kekurangan gizi," titah pria itu, yang tidak mau dibantah.Karena tidak ingin melihat amukan Langit lagi, akhirnya dia pun menuruti perin
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status