All Chapters of Hutang Dibayar, Nikah!: Chapter 21 - Chapter 30
38 Chapters
Bab 21. Gagal Maning! Gagal Maning!
Di mana-mana kalau mau berperang itu pasti butuh strategi. Enggak bisa langsung serang karena disinyalir akan jadi babak belur.Mungkin itulah yang sedang terjadi sekarang padaku. Kepindahan rumah kami ke kawasan komplek 'Asal Semua Senang' ternyata bukan tanpa alasan.Perhitungan yang mendalam dan rencana Pak Rifat pindah ke sini tak lain hanya untuk mempermudah mobilisasi pengintaian pada para penghutang karena komplek ini lokasinya cukup strategis.Selain bertetangga dengan Bu Tejo, komplek ini juga dekat dengan kawasan perkampungan yang dihuni oleh Ki Satria, Wak Onah dan Ceu Odah sementara Neng Raisa katanya masih abu-abu. Info dari Pak Rifat sih begitu, semoga saja benar nggak modus."Alhamdullilah!" Aku menarik napas lega ketika mengecek buku warisan data penghutang milik almarhumah Ibu.Tanpa terasa ternyata kini tugasku kian ringan. Hanya tinggal lima orang lagi target yang harus bayar hutang dari dua puluh lima orang dan semua i
Read more
Bab 22. Jebakan
Melamun. Tampaknya akan menjadi kegiatan baru bagiku setelah hati ini terjangkiti virus Rifat.Kami gagal berciuman dan kami  khilaf. Itu faktanya. Dia hanya terbawa suasana, aku juga.Lalu, apa yang mesti dibingungkan? Aku hanya perlu bersikap biasa saja. Tapi ... aku malu!Bisa-bisanya aku menutup mata pas dia mendekatkan wajahnya? Kenapa aku mudah sekali terpancing?Murahan sekali aku ini! Apa kata si Rani? Kalau tahu kakaknya seperti ini.Ah, entah! Pokoknya mulai detik, menit dan ke depannya  aku tak mau tergoda. Karena Pak Rifat juga kayaknya nggak terpengaruh. Seakan kejadian itu tak berefek apa-apa pada hatinya.Nggak adil.Fiuuh!Setelah menghembuskan napas berulang kali, aku siap membuka pintu kamar.Cklek.Kulongokan kepala sambil menoleh ke kanan dan ke kiri."Aman!" Aku menyeringai puas. Sudah kuprediksi sebelumnya, pasti Pak Rifat belum keluar kamarnya.Dengan la
Read more
Bab 23. Adegan Mengenaskan
Jika boleh aku menyamakan Flo dengan siluman yang ada dalam mitos. Maka, aku ingin menyamakannya dengan siluman rubah ekor sembilan.Tahu kan siluman rubah? Itu loh yang katanya siluman jahat yang berwajah cantik tapi kerjaannya menjebak laki-laki.OH MY GOD! ASTAGHFIRULLAH! ALLAHU AKBAR!Benar-benar berdosa sekali si Flo ini. Demi mendapat perhatian Pak Rifat dia rela menjerumuskanku.Kejam oh, kejam. Kalau tahu Raisa adalah sekutu si Flo, aku malas menerima baju terkutuk ini.Coba gatal lagi!"Ini fitnah! Enak saja tu si Raisa yang gak mirip artis Raisa nuduh-nuduh aku. Sumpah Mas! Bukan aku beneran yang melakukan itu, Flo hanya mengada-ngada! Nggak mungkin aku bertindak bar-bar kayak rentenir dan memukuli orang!" elakku bersikeras. Setelah perbuatan kedua wanita itu, mulutku malas sekali menyebut mereka dengan embel-embel 'Mbak Flo' atau 'Neng Raisa' alaaaahh ... TIDAK SUDI!Kupandang Pak Rifat dengan perasa
Read more
Bab 24. Seranjang
Pak Rifat menghembuskan napas lega setelah berhasil mendudukan badanku di atas tempat tidur. Lelaki tampan itu menyeka keringatnya yang mengalir ke dahi.Aku jadi bertanya-tanya. Apa mungkin aku seberat itu? Hingga dia kelelahan? Ataukah gara-gara bajuku yang basah membuatnya salah tingkah?"Mari kita ganti baju kamu dulu ya," ujarnya gugup sembari mengalihkan pandangannya ke arah lain.Akibat terjatuh dengan gaya tidak elit, baju atas dan bawahku basah kuyup hingga terlihat transparan. Untunglah Pak Rifat segera menutup bagian bawahnya dengan jas yang ia miliki ketika tadi dia menggendongku ke kamar. Mungkin dia takut bermimpi buruk jika melihat pakaian dalamku.Tanpa bertanya, lelaki itu gegas mengambil bajuku yang ada di lemari seperti tahu kebiasaan istrinya selama ini.Apa dia mengamatiku selama ini?"Apa baju ini bikin kamu nyaman?" tanyanya meminta pendapatku. Di tangannya sudah terdapat satu kaos dan celana tidur.
Read more
Bab 25. Sebuah Perlawanan
Okey, tarik napas Lu! Tarik napas!Entah berapa kali aku sudah mensugesti diri saat menuruni tangga untuk menuju ke lantai satu. Selang tiga hari dari adegan tidur bersama dengan Pak Rifat, ini pertama kalinya lagi aku makan bareng sama pria itu.Biasanya aku akan menghindar dan salah tingkah jika tak sengaja bertemu, bahkan gara-gara kejadian itu diriku berlaga kuat dan menolak bantuannya. Padahal dua hari kemarin kakiku masih cenat-cenut, untung sekarang sudah lumayan karena sudah bisa diajak jalan dan siap pecicilan lagi. Obat dan pijitan Pak Rifat emang mujarab."Pagi, Lu?" sapa Pak Rifat yang pagi ini telah siap dengan pakaian casualnya.Lelaki itu melihat ke arahku yang terhenti di tengah tangga."Pa ... pagi," jawabku tidak bisa menutupi kegugupan.Bayangan dadanya yang nyaman dan peluk-able kembali hadir di benak. Nyut-nyutan hati ini jika mengingat itu lagi seolah ingin terulang kembali.Andai ...."Ayo
Read more
Bab 26. Cemburu
Di mana-mana kucing itu temannya kucing, tikus dengan tikus nggak ada namanya tikus dan kucing bersahabat. Emangnya Tom N Jerry? Eiy! Itu hanya ada di film kartun. Termasuk Raisa, pasti temannya enggak jauh beda.Jika dia penipu maka ada yang lebih penipu dibanding Raisa. Siapa itu? Aku yakin itu Flo. Sekarang, tugasku adalah membuktikan pada suamiku kalau si Flo ini biang keladi dari semuanya. Namun, bagaimana caranya? Apa aku harus bersandiwara lagi?Hoaaah! Ada-ada aja."Ngelamun lagi, ya? Gosong dong makanannya," tegur seseorang yang entah sejak kapan sudah ada di dapur. Lelaki itu bersandar ke pintu sambil melipat tangan di dada.Aku terperanjat kaget tapi berusaha memasang muka normal."Eh, enggak gosong dong. Nih buktinya udah jadi soto dan ayam serundengnya ayo makan," ajakku sambil tersenyum.Sepulang dari apartemen Raisa dan mengunjungi kantor polisi, entah kenapa bukannya kerja Pak Rifat malah mengajakku pulang. Katanya dia ingin sekali memakan makananku. Padahal masih ban
Read more
Bab 27. Kejutan yang Tidak Menyenangkan
Tak kusangka ternyata dunia memang selebar daun kelor. Tanpa perlu mencari, ternyata pria yang dinanti datang sendiri. Bedanya, bukan aku yang ada di sampingnya tapi orang lain dan itu membuatku cemburu.Sungguh luar biasa ternyata takdir mempermainkan hati seorang gadis sepertiku. Niatnya ingin mengejutkan eh, aku yang malah dapat kejutan.Sebenarnya, kalau di drama-drama jika si pemeran utama berada dalam posisi ini, pasti dia akan berlari menghindar sambil berurai air mata agar si suami merasa bersalah tapi nyatanya tak semudah itu.Aku hanya mematung tanpa berkedip dan bertanya-tanya dalam hati.Kenapa kami jadi kayak tukar pasangan gini, sih?Seharusnya aku yang bersama Mas Rifat dan Ayman bersama Flo."Kita makan bareng aja gimana? Bukannya kalian mau makan siang? Tadi Lulu cerita kalau dia mau makan siang sama Mas. Ya kan, Lu?" celetuk Ayman semakin mempertegang wajah Mas Rifat.Aku bergeming mendapat pertanyaan Ayman karena pandangan Mas Rifat yang terlalu lekat pada wajahku.
Read more
Bab 28. Sisi Lain Rifat
Lengan Mas Rifat berdarah karena tanpa sengaja bergesekan dengan aspal."Aw! Sakit Lu, kamu mau ngobatin apa nyiksa, sih?" protes Mas Rifat.Aku nyengir sengaja sambil menekan lebih kuat kapas ke arah kulitnya yang baret.Sungguh unik melihat pria kekar ini merintih, biasanya aku."Nyiksa. Emang kenapa? Suruh siapa Mas meledek aku, hah? Pake ngatain aku gendut lagi, aku udah turun lima ons loh Mas," jawabku mencak-mencak.Masih baper tentang ucapannya saat kami terjatuh bertumpukan di atas aspal gara-gara aku hampir tetabrak mobil saat mengejar Ki Satria."Idih! Lima ons juga bangga.""Ya bangga dong, susah tahu lima ons itu," selorohku lagi tak mau kalah.Mas Rifat terkekeh geli. Akan tetapi, tak lama tiba-tiba dia terdiam lalu melihat intes ke arah wajahku.Aku sangat hapal sekali sikap dia yang seperti ini. Dia mau menciumku? Masa sih? Ini kan di mobil!Jangan bilang kalau dia ingin melakukannya di kondisi yang begini?Mas Rifat mencondongkan tubuhnya ke arahku, sontak aku menghind
Read more
Bab 29. Belah Duren
"Ayo ...!" Mas Rifat mengulurkan tangannya setelah mobil berhenti di salah satu rumah kayu yang di depannya terdapat halaman luas."Mas ini rumah siapa? Kok, main ayo aja?" tanyaku bingung.Perasaan tadi dia ngajak bikin anak, terus sekarang tiba-tiba mampir ke sebuah rumah yang tampaknya bisa disebut villa.Apa dia mengajakku berbulan madu? Sebenarnya niat Mas Rifat ini apa? Kan, aku jadi grogi nggak jelas. "Pokoknya ayo dulu, nanti Mas jelasin di dalam," katanya kekeuh sumekeuh sambil tersenyum. Demi wajah manis Mas Rifat akhirnya aku mengalah. Aku bergegas masuk ke dalam mengikuti langkah panjang suamiku. Sampai di dalam, aku terkejut melihat ruang tengah villa ini telah penuh dengan dekorasi yang indah."Ya Allah! Bagus banget."Mataku membelalak takjub hingga tak bisa berkata-kata karena yang mendominasi pandanganku sekarang yaitu sebuah peristiwa yang di luar ekspektasi.Aku berputar mengelilingi ruangan. Kulihat ada beberapafotoku yang dijadikan rangkaian hias dan tergantung
Read more
Bab 30. Kejutan Menyakitkan
Kata orang tua zaman dulu, jika mau lihat pengantin baru berhasil atau tidaknya di malam pertama, lihatlah raut wajahnya madesu atau layaknya bulan purnama? Dan ... kukira pendapat itu tak sepenuhnya salah.Setelah melewati pertempuran panjang di ranjang semalam di villa, Mas Rifatku sayang tampak lebih cerah dan ceria. Siapa pun yang ditemuinya hari ini dia lempar dengan senyuman hingga hawa positif itu terbawa ketika kami kembali ke kota. Meski cuman sehari berbulan madu tapi entah mengapa kenangannya menancap di hati. Bagaikan dua pemuda yang sedang dimabuk cinta, kami melaluinya dengan berpegangan tangan seraya sesekali mencuri pandang. Dari sepanjang jalan sampai ke toko klontong almarhumah Ibu, tak henti suamiku memperlakukanku bagaikan Ratu. Kalau diibaratkan lebaynya, Mas Rifat menjagaku terlalu over sampai nyamuk pun tak ia biarkan menggigit. Bucin banget emang, tapi aku suka. Hari ini tak seperti biasanya, dia mau menemaniku membuka toko dan membereskannya. Si pria dewas
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status