Semua Bab KADO UNTUK PERNIKAHAN SUAMIKU : Bab 11 - Bab 20
21 Bab
Bab 11
"Mbak Suci, kelanjutannya gimana nih? Uang Mas Argam yang berhasil saya ambil baru 35juta. Saya udah minta 10juta lagi tapi Mas Argam tak mau ngasih, katanya ga punya uang segitu.""Gapapa, Mang. Uangnya Mang Darno pakai untuk kebutuhan Mamang dan keluarga, sisanya sedekahkan ke panti asuhan yang ada di kampung, Mamang aja.""Tapi, Mbak...!""Udah ambil aja, itu hak saya selama sepuluh tahun ini. Anggap aja untuk membersihkan harta Mas Argam." Selaku langsung. Mang Darno tukang kebun Pak Aries yang kini sudah pulang kampung, ke daerah Sukabumi itu, sangat senang. "Seumur hidup belum pernah megang duit sebanyak ini saya, Mbak. Terima kasih banyak, Mbak. Semoga Mbak Suci Allah berikan kesehatan, umur yang panjang juga suami yang setia."Aku terkekeh, tak ada niat lagi hendak nikah lagi saat ini.Setelah menyuruh Mang Darno membuang semua nomor telepon yang pernah berhubungan dengan Mas Argam, aku pun mengakhiri percakapan. Satu persatu rencanaku berjalan lancar.Kini aku sudah kembali
Baca selengkapnya
Bab 12
Hari ini ketika aku sedang duduk santai di apartemen yang kubeli dari uang milik Mas Argam. Tiba-tiba ponselku berbunyi. Panggilan dari Ibu mertua tercinta."Suci ini Ibu. Kamu ada di mana?""Suci masih ada di kampung, Bu. Ada apa Ibu, tumben menelpon Suci? kabar Ibu sehatkan?Aku masih berusaha bersikap biasa saja pada mertuaku itu."Baik! kabar Ibu baik. Ibu cuma mau menanyakan, apa kamu yang menjual rumah?"Jawaban Ibu masih terdengar ketus."Menjual rumah? Rumah yang mana ya Bu?" Aku pura-pura tidak tahu. Padahal rumah itu sudah dilimpahkan kepada notaris karena sudah ada yang berminat untuk membelinya. Dalam waktu 2 atau 3 bulan ini rumah itu akan segera berpindah tangan."Ya, rumah kamu dan Argam. Rumah siapa lagi? bukannya sertifikat rumah itu kamu yang pegang?""Bukan, Bu. Rumah itu tak mungkin dijual, itu kan rumah satu-satunya milik kami. Lagipula sertifikatnya disimpan Mas Argam dalam brankasnya, bahkan Suci tidak tahu kode untuk membuka brankas itu.""Jangan-jangan Argam
Baca selengkapnya
Bab 13
POV Argam.Keadaan kantor tak lagi nyaman, ibarat menjadi seorang raja tiba-tiba turun tahta, rasanya menyakitkan sekali. Terlebih sindiran dari teman-teman-teman membuat semangat bekerjaku menurun drastis.Sementara karier Daniel makin menanjak, sering keluar negeri. Tentu saja uangnya juga makin banyak.Sedangkan aku berkutat dengan kertas-kertas laporan yang biasanya tidak aku pegang kini menjadi tulisan-tulisan yang begitu membosankan. Waktuku lebih banyak gunakan untuk tidur, melamun, bermain ponsel dengan game online yang kudownload disana.Gaji yang biasa kuterima banyak, kini hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Juga kebutuhan ibu dan Rasti yang separuhnya saja tidak sampai."Bang, Aku tidak pernah lagi memberiku uang? Semenjak Abang punya istri dua, Abang semakin pelit!" Protes dari Rasti kuabaikan. Saat ini aku benar-benar bergantung kepada kemurahan hati Calista. Gajiku hanya cukup untuk membayar cicilan kartu kredit, itupun yang sering pakai adalah Ibu."Iya
Baca selengkapnya
Bab 14
'DUA WANITA CANTIK INI MENJADI KORBAN BUAYA DARAT HATI-HATI, GAES, BUAYA INI JAGO BERKATA MANIS.'"Apaan sih kalian brisik banget!" Ibu yang baru keluar dari kamar langsung melangkah ke arahku dan merebut benda pipih itu."Ya ampun, kerjaan siapa ini? Kamu lapor ke polisi Gam, usut sampai tuntas siapa pemilik akun ini."Akun dengan nama Cengceremen itu terus dibanjiri komentar-komentar pedas yang rata-rata menghujat diriku."Akunnya masih baru, Bang. Sepertinya emang sengaja nyari followers.""Kamu klik laporin coba! Biar akunnya ditutup!""Ga bakal ngefek, Bang. Kalau cuma satu yang lapor.""Aaarrgggh... Masalah mulu, kapan enaknya nih hidup!" Rutukku sambil menyugar rambut.'Elu baru kaya dikit aja udah belagu sih, pake segala punya istri dua!' samar-samar kudengar suara itu, entah dari bathinku, entah dari cicak yang sedari tadi menatapku curiga, juga penuh tanya.Drrrrrt!Teleponku bergetar, panggilan dari Suci. Mati! Apa jangan-jangan Suci udah tau."Siapa, Bang?""Suci!""Udah g
Baca selengkapnya
Bab 15
"Bu-bukan Sayang!" Kilahku."Tapi, itu ada foto kamu dan, tunggu, tunggu... Nama istri kamu siapa, Mas?""Suci, sayang. Kenapa memangnya?""Oh, aku kira namanya Lidya. Ya sudah pokoknya aku ga mau tau, Mas. Jika sampai Papa melihat, kamu harus bisa mengatakan alasan yang dapat diterima akal sehat." Telepon terputus. Aku mengusap wajah dengan kasar. Masalah ini kenapa makin rumit. Tak kuat lagi berpikir, aku pun merebahkan diri di sofa. Rasti sudah ke kamar, tinggal aku yang masih setia menunggui malam, berharap esok pagi datang, masalahku hilang.****Sesampainya di kantor, pandangan mata mendelik yang kudapatkan. "Pak Argam, Bapak dipanggil Pak Irfan ke ruangannya." Ucap Nia sekretaris Pak Irfan.Dadaku berdegup kencang, tak biasanya pagi-pagi gini Pak Irfan memanggilku, lagi pula sekarang kerjaanku hanya sebagai staff admin."Bapak memanggil saya?""Masuk! Duduklah."Aku mengikuti instruksi dari Pak Irfan. Duduk sambil memainkan jari jemariku. Entah apalagi yang akan dikatakan ole
Baca selengkapnya
Bab 16
Setelah mencari tahu lewat tukang kembun tetangga yang merupakan teman Darno akhirnya aku tau, jika Darno itu penipu. Dia telah membohongiku. Dia pulang kampung tanpa berniat kembali lagi. Alasannya mengurus kerbaunya yang sudah tua, apa hubungannya? Angel wes angel!!Tiga puluh lima juta raib begitu saja. Tidak ada yang tahu alamat Darno, bahkan Pak Aries pun tak bisa memberikan jawaban pastinya, dia hanya tau Darno orang Sukabumi, entah dimana tepatnya dia juga tak paham. Lagipula Pak Aries sudah terlanjur marah padaku, ngambek an banget kayak Emak-emak lagi pms!"Kamu kenapa sih, Gam. Dari tadi adi ibu lihat gelisah, bolak balik, mondar mandir. Kamu tidak kerja?""Harus berapa kali sih Argam, ngasih tau ibu Argam, itu dipecat! Di pecat!" Aku menaikkan suara. Capek menyakinkan Ibu ini. Padahal aku jarang lho, bohong apalagi sampai pencitraan masuk gorong-gorong, eh."Ibu tak percaya sama kamu Argan. Kamu sengaja kan berbohong agar ibu tidak minta uang terus?" Nah kan, mulai lagi. A
Baca selengkapnya
Bab 17
POV Argam."Rumah ini sudah lama dijual, Pak. Kita malah ga tau Bu Hasna dan Pak Ihsan pindah kemana. Perginya dadakan." Ungkap salah satu warga yang lewat didepan rumah orang tua Suci. Rumah itu tampak tak terurus.Aku berdecak kesal. Bagaimana cara mencari tahu keberadaan mereka. Padahal rencananya aku ingin melumpuhkan Suci dengan menggunakan orangtuanya."Jadi rumah ini sekarang milik siapa, Pak?""Wah kalau itu saya kurang tau, Pak. Karena sejak dijual dan ada yang beli, belum ada yang datang kesini."Buntu, kini jalanku buntu. Mau nyari kemana mereka? Menyisir kota ini itu tidak mungkin."Memang istri mandulmu, itu tak tau malu! Merampok harta suami seenaknya. Dia kira mencari uang itu gampang!" Ibu terus merutuk kesal.Aku hanya diam, walau sebenarnya dalam hati aku merasa Suci tidak salah, 10 tahun bersama dia tak pernah beli apa-apa. Uang belanja pun aku batasi. Dengan dalih untuk tabungan hari tua.Kini mobil melaju dengan tujuan tak jelas, hingga telepon dari Rasti membuatk
Baca selengkapnya
Bab 18
Suara adzan Maghrib sudah menggema beberapa saat lalu. Ketika tiba-tiba suara bel berbunyi. Siapa Maghrib begini bertamu. Aku pun beranjak menuju pintu setelah sebelumnya menandaskan minuman yang ada dimeja pasti minuman milik Rasti."Siapa, Gam?" Teriak ibu dari kamarnya."Belum tau Bu, ini baru mau dibukakan pintu."Dua orang laki-laki dengan tubuh besar bertato berdiri didepan pagar."Nyari siapa, Pak?" Laki-laki itu saling pandang. Lalu menatapku dengan pandangan tajam."Saya mau ambil mobil yang telah dibeli oleh Boss Burhan!" Ucapnya tegas."Mobil? Bos Burhan?" Aku mengerutkan kening. Salah satu dari mereka menyerahkan sebuah nota pembelian, bukit transaksi legal yang ditanda tangani oleh Suci. Suci? Damn! Perempuan itu benar-benar membuat kesabaranku terkikis habis."Maaf saya tak menjual mobil ini. Ini mobil saya satu-satunya. Minta saja kepada perempuan yang menanda tangani surat itu." Laki-laki dengan rambut gondrong sebahu yang memiliki tato hampir di seluruh lengannya ma
Baca selengkapnya
Bab 19
POV Suci.[Gimana kado pernikahanmu dariku, Mas? Suka ga?]Aku mengirim pesan itu kepada Mas Argam. Pesan langsung terbalas.[Perempuan jahann4m kamu, Suci! Benar-benar kurang aj4r!] Ketiknya.Aku tertawa, dari balik horden rumah Bu Laras ini, aku dapat melihat wajah Mas Argam dibawah terang lampu. Selepas mobilnya dibawa, pesan ucapan selamat langsung aku kirim. Beruntung laki-laki itu memainkan gawainya diteras, jadi aku bisa melihat dengan jelas reaksinya.[Kembalikan semua hartaku, wanita bod0h!]Kali ini sepertinya kesabaran Mas Argam sudah lossdoll kayak mobil tak ada rem. Awah nyebur jurang!Aku terus memperhatikan Mas Argam, berkali-kali dia menyugar rambut sesekali menatap layar benda pipih ditangan, berharap aku menjawab pesannya.[Aku lagi mengurus paspor dan menunggu sudah perceraian kita selesai. Biar bisa jalan-jalan keluar negeri dengan status jomblo!]Aku yakin hati Mas Argam jika ditaruh telur diatasnya pasti tu telur langsung matang.[Jangan main-main kamu, Suci! Itu
Baca selengkapnya
Bab 20
Aku terkekeh, begitu juga dengan Calista. Hari-hari kami jalani tanpa ada beban. Sesekali kulihat Mas Argam datang ke butik mengemis pada Calista, yang endingnya justru malah di usir.Jika dia tahu alamatku, pasti aku juga akan jadi korbannya. Ah, Mas Argam nyali begitu aja, sudah nekad punya istri du**Pulang jalan-jalan dari luar negeri aku pun menemui Daniel, sesuai janji sudah lima bulan berlalu sejak pinangannya waktu it"Kamu makin cantik aja, Ci?" Basa-basi yang menghangatkan wajah in"Lima bulan berasa sangat lama, aku rasanya mau lari mencarimu karena rindu ini begitu menyiksaAku tersenyum, jujur aku juga merasakan hal yang sama. Ternyata aku merindukan laki-laki itu. Mungkin udah saatnya aku mengakhiri penantian ini. Semoga saja ini pernikahan terakhirk"InsyaAllah, aku siap, Dan." Ujarku pela"Alhamdulillah... Ga sia-sia kesabaranku menantimu, CiBeberapa Minggu kemudian, pernikahan pun dilangsungkan. Ibu dan Bapak begitu bahagia, kini beliau tinggal bersamaku. Walau sese
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status