Cerita berkisah tentang seorang laki-laki bernama Argam. Sudah 10 tahun menikah dengan wanita bernama Suci, tapi belum juga mendapatkan keturunan. Argam yang awalnya menerima saja kekurangan sang istri kini mulai terhasut dengan kata-kata sang Ibu. Perempuan bernama Rusmana itu sangat ingin menjodohkan Argam dengan anak temannya yang kaya. Namun, ditengah perjalanan Rusmana bertemu Calista, gadis kaya anak seorang pengusaha terkenal. Pertemuan yang tak disengaja karena sebuah kecelakaan itu merubah kehidupan mereka selanjutnya. Argam jatuh cinta pada Calista, tapi tak mau berpisah dengan Suci. Keegoisan Argam itu tak menyurutkan langkah Suci untuk berpaling. Namun, semua tak seperti biasanya. Calista tak mau menerima Argam yang masih berstatus suami orang. Suci pun sama, tak mau diduakan. Hingga rencana demi rencana Suci lakukan dengan rapi. Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Apakah sama dengan kisah-kisah lain yang berujung perceraian?
Lihat lebih banyakKADO UNTUK PERNIKAHAN SUAMIKU 1
"Tak ada yang ketinggalan lagi, Mas?" Ucapku memastikan.
Mas Argam menggeleng pelan, lalu menatapku lembut.
"Hanya satu yang ketinggalan disini, separuh hatiku." katanya, Ucapan yang kuyakin hanya sebuah gombalan.
Kini aku sedang mengantarkan kedepan pintu lelaki gagah yang sudah sepuluh tahun menjadi suamiku itu, Mas Argam. Dia akan dinas keluar kota. Tak lama, hanya seminggu, tapi rasanya hati ini berat melepaskan. Karena mungkin setelah ini kami tak akan bertemu sebagai suami istri lagi. Setia ditengah hati yang mendua membuatku memutuskan mengalah.
"Jangan sedih gitu, hanya seminggu saja." ujarnya sembari menjawil daguku.
Aku tersenyum tipis, teringat masa pertemuan pertama kami dulu. Dia adalah customer di tempatku bekerja sebagai seorang kasir swalayan. Lelaki itu sering sekali membeli jus lemon disana. Sebulan bisa delapan bahkan sepuluh kali. Katanya kalau tak minum minuman itu dia tak semangat menjalani hari, ada-ada saja.
"Hati-hati ya, Mas." Ucapku sambil mengurai pelukannya. Tak apa, anggap saja ini pelukan perpisahan.
Mas Argam tersenyum begitu riang. Ya, wajar saja dia akan dapat perawan lagi di pernikahannya yang kedua. Setelah mobil Mas Argam hilang dipenghujung jalan, aku meraih ponsel dan menelpon seseorang.
"Hai, Dan. Apakah semua sudah siap?" Tanyaku kepada Daniel, teman semasa sekolah dulu sekaligus adalah orang kepercayaan Mas Argam. Beruntung Mas Argam tak mengetahui itu.
"Sudah, Ci. Sebentar lagi aku sampai." Jawabnya.
Dengan gerakan cepat aku mengganti kostum dan mengeluarkan tas travelingku, jaga-jaga jika harus menginap lama.
"Mbok, nitip rumah ya. Kalau Tuan nelpon, bilang saja saya lagi keluar atau ke salon." Pesanku pada Mbok Ina, pembantu rumah tangga kami.
"Baik, Bu." Sahutnya sopan.
Tak lama mobil Daniel datang. Aku bergegas masuk dan menyapanya.
"Langsung jalan, Dan."
Daniel menatapku tak percaya.
"Wow, aku pangling lihat penampilan kamu?" Serunya takjub.
Aku tersenyum tipis. Demi misi ini, aku mengubah casing luarku agar tak ketahuan. Gamis biru muda dan kerudung warna senada menjadi pilihanku.
"Kamu yakin, Ci?" Tanya Daniel setelah kami terdiam cukup lama.
"Kira-kira apa alasan yang membuatku tak yakin?" Tanyaku balik.
Daniel tersenyum hambar, kami sudah berteman lama. Daniel tahu karakterku, sekali melangkah pantang surut kebelakang. Apalagi aku sudah menyiapkan semua kejutan sebagai kado pernikahan buat Mas Argam.
Sekitar satu jam-an kami sudah sampai didepan hotel tempat Mas Argam menginap dan akan mengadakan acara resepsi pernikahan nanti malam. Dia bukan keluar kota seperti pengakuannya padaku, lelaki itu mau melangsungkan pernikahan di sebuah hotel masih dibilangan kota Jakarta.
"Makasih, Dan." Ucapku sembari turun dari mobil.
Daniel mengangguk pelan. "Suci...!" Panggilnya.
Aku menoleh, Daniel menatapku lekat.
"Hati-hati." Aku membalas senyumannya dan mengangguk cepat.
Gegas aku menuju kamar yang sudah dipesan Daniel sebelumnya untukku. Ingin mengistirahatkan tubuh dan otakku yang mulai kelelahan.
Jam menunjukkan angka tujuh malam. Itu artinya sebentar lagi resepsi pernikahan Mas Argam segera dimulai.
Aku pun berdandan cantik, selama ini Mas Argam selalu puas jika aku memamerkan tubuh langsingku dalam balutan dres mini yang mencetak lekuk tubuh. Kini aku memakai gamis modern dengan pasmina warna cream muda. Tak perlu mencolok cukup dandan natural tapi menawan.
Saatnya aku menjadi saksi atas kekacauan pernikahan suamiku sendiri. Meski ada perih yang menyayat hati, tapi aku tak menampakkan. Bagiku suami itu hanya titipan, aku sudah berusaha menjaganya, merawat cinta kami. Tapi, kekuranganku yang belum juga hamil sampai saat ini mungkin menjadi alasan dia mendua.
MC mulai membuka acara dengan meriah. Tamu yang hadir juga terlihat dari kalangan atas. Tak mudah untuk masuk kesini, kecuali dengan membawa undangan, hal yang mudah bagiku selama ada Daniel.
Tampak Mas Argam berdiri dengan bahagianya di atas panggung yang dihias begitu istimewa. Warna gold mendominasi pemandangan mata malam ini. Tak lama seorang wanita menggunakan pakaian pengantin berwarna putih menghampiri. Tepuk tangan penonton begitu riuh. Terlebih saat mereka berdua saling menggenggam tangan dan beradu pandang.
Aku memalingkan wajah, perih. Seorang laki-laki setengah baya maju dan meraih microphone. Wajahnya juga begitu bahagia.
"Saya sangat bangga mempunyai seorang menantu yang punya skill dan kepintaran yang luar biasa. Berharap nanti dibawah pimpinan nya Hadiyaksa Lesmana Group bisa berkembang lebih pesat lagi ditangannya." ucapan itu disambut meriah oleh hadirin.
Aku mengangguk-anggukan kepala, tak salah lagi. Ini pasti Pak Hadiyaksa pemilik Hadiyaksa Lesmana tbk, Perusahaan manufaktur terbesar di negeri ini.
Entah apa alasan Mas Argam tega menghancurkan biduk rumah tangga yang telah terbina, dengan menikahi anak pengusaha kaya itu.
Aku menunduk menghapus setitik bening yang tiba-tiba mengalir pelan. Semua tamu terpukau dengan acara mewah itu, belum lagi sovenirnya berupa sebuah mini gold. Sangat berbeda dengan pernikahan kami dulu. Hanya akad nikah sederhana, mungkin karena orang tua Mas Argam yang tak merestui kami saat itu. Dan aku yang hanya anak seorang guru disebuah sekolah swasta.
Saat aku kembali melihat ke panggung, keluarga Mas Argam sudah berada disana. Ada Bude Yati, Bibi Nani, Bude Sri dan suami-suami mereka. Berarti Mas Argam direstui oleh keluarga. Betapa menyedihkannya nasibku.
[Sekarang!] Ketikku.
Si penerima pesan langsung membalas dengan emoticon jempol.
Tak lama tayangan di infocus berubah dengan menampilkan pemandangan yang indah menurutku tapi mengerikan mungkin bagi Mas Argam.
"Saya terima nikah dan kawinnya Suci lidiawati binti Ahmad Baihaqi dengan mahar seperangkat alat sholat dibayar, tunai!"
"Saah! Sah!"
Semua mata menatap dengan tatapan aneh, mereka yang menyangka Mas Argam lelaki single tentu terheran-heran. Rasain kamu, Mas. Walau nikah secara sederhana videonya masih aku simpan sebagai kenang-kenangan!
Wajah Mas Argam panik.
"MATIKAN! MATIKAN PROYEKTOR ITU!" Teriaknya lantang.
Suasana syahdu mendadak menjadi ricuh. Para suruhan Pak Hadiyaksa berlari serentak ingin menghentikan video yang jelas akan merusak namanya dan juga putrinya itu. Wartawan sibuk mengabadikan momen penting dalam lensa kamera mereka.
Sedangkan aku duduk sambil menikmati makanan penutup dengan santai menonton kepanikan Mas Argam dan Ibu mertua yang berteriak-teriak seperti orang kesurupan.
Selamat hari pernikahan, Suamiku.
Bersambung.
KADO UNTUK PERNIKAHAN SUAMIKU 19POV Argam.Perceraianku dengan Suci menjadi pukulan berat bagiku. Bagaimana tidak, apa yang dia tinggalkan, sama seperti apa yang dulu kami miliki saat pertama kali menjadi suami istri, alias tak punya apa-apa. Aku terpaksa selamanya tinggal bersama Ibu. Makian dan omelan Ibu hampir tiap hari terdengar. "Pengangguran kamu! Kerja yang benar! Cari duit. Punya istri dua, nyusahin dua-duanya!" Hardik Ibu yang sudah sangat kuhafal.Calista, perempuan sok cantik itu menikah hanya sebatas status. Jangankan hartanya, Jatah malam pertama saja dia tak berikan. Sehingga aku tak merasa rugi bercerai dengannya, Terlebih seperti Pak Hadiyaksa tak lagi mengancam seperti sebelum-sebelumnya. Dasar tua-tua sombong, punya harta segitu saja udah merasa memiliki nyawa orang lain."Abaaaang! Pakaian dalamku mana? Kamu umpetin, ya!" Nanyian Rasti hampir tiap pagi. Gadis itu bahkan tak bisa mencuci pakaiannya sendiri. Tapi setiap aku menasehati, Ibu selalu marah padaku.Seb
Aku terkekeh, begitu juga dengan Calista. Hari-hari kami jalani tanpa ada beban. Sesekali kulihat Mas Argam datang ke butik mengemis pada Calista, yang endingnya justru malah di usir.Jika dia tahu alamatku, pasti aku juga akan jadi korbannya. Ah, Mas Argam nyali begitu aja, sudah nekad punya istri du**Pulang jalan-jalan dari luar negeri aku pun menemui Daniel, sesuai janji sudah lima bulan berlalu sejak pinangannya waktu it"Kamu makin cantik aja, Ci?" Basa-basi yang menghangatkan wajah in"Lima bulan berasa sangat lama, aku rasanya mau lari mencarimu karena rindu ini begitu menyiksaAku tersenyum, jujur aku juga merasakan hal yang sama. Ternyata aku merindukan laki-laki itu. Mungkin udah saatnya aku mengakhiri penantian ini. Semoga saja ini pernikahan terakhirk"InsyaAllah, aku siap, Dan." Ujarku pela"Alhamdulillah... Ga sia-sia kesabaranku menantimu, CiBeberapa Minggu kemudian, pernikahan pun dilangsungkan. Ibu dan Bapak begitu bahagia, kini beliau tinggal bersamaku. Walau sese
POV Suci.[Gimana kado pernikahanmu dariku, Mas? Suka ga?]Aku mengirim pesan itu kepada Mas Argam. Pesan langsung terbalas.[Perempuan jahann4m kamu, Suci! Benar-benar kurang aj4r!] Ketiknya.Aku tertawa, dari balik horden rumah Bu Laras ini, aku dapat melihat wajah Mas Argam dibawah terang lampu. Selepas mobilnya dibawa, pesan ucapan selamat langsung aku kirim. Beruntung laki-laki itu memainkan gawainya diteras, jadi aku bisa melihat dengan jelas reaksinya.[Kembalikan semua hartaku, wanita bod0h!]Kali ini sepertinya kesabaran Mas Argam sudah lossdoll kayak mobil tak ada rem. Awah nyebur jurang!Aku terus memperhatikan Mas Argam, berkali-kali dia menyugar rambut sesekali menatap layar benda pipih ditangan, berharap aku menjawab pesannya.[Aku lagi mengurus paspor dan menunggu sudah perceraian kita selesai. Biar bisa jalan-jalan keluar negeri dengan status jomblo!]Aku yakin hati Mas Argam jika ditaruh telur diatasnya pasti tu telur langsung matang.[Jangan main-main kamu, Suci! Itu
Suara adzan Maghrib sudah menggema beberapa saat lalu. Ketika tiba-tiba suara bel berbunyi. Siapa Maghrib begini bertamu. Aku pun beranjak menuju pintu setelah sebelumnya menandaskan minuman yang ada dimeja pasti minuman milik Rasti."Siapa, Gam?" Teriak ibu dari kamarnya."Belum tau Bu, ini baru mau dibukakan pintu."Dua orang laki-laki dengan tubuh besar bertato berdiri didepan pagar."Nyari siapa, Pak?" Laki-laki itu saling pandang. Lalu menatapku dengan pandangan tajam."Saya mau ambil mobil yang telah dibeli oleh Boss Burhan!" Ucapnya tegas."Mobil? Bos Burhan?" Aku mengerutkan kening. Salah satu dari mereka menyerahkan sebuah nota pembelian, bukit transaksi legal yang ditanda tangani oleh Suci. Suci? Damn! Perempuan itu benar-benar membuat kesabaranku terkikis habis."Maaf saya tak menjual mobil ini. Ini mobil saya satu-satunya. Minta saja kepada perempuan yang menanda tangani surat itu." Laki-laki dengan rambut gondrong sebahu yang memiliki tato hampir di seluruh lengannya ma
POV Argam."Rumah ini sudah lama dijual, Pak. Kita malah ga tau Bu Hasna dan Pak Ihsan pindah kemana. Perginya dadakan." Ungkap salah satu warga yang lewat didepan rumah orang tua Suci. Rumah itu tampak tak terurus.Aku berdecak kesal. Bagaimana cara mencari tahu keberadaan mereka. Padahal rencananya aku ingin melumpuhkan Suci dengan menggunakan orangtuanya."Jadi rumah ini sekarang milik siapa, Pak?""Wah kalau itu saya kurang tau, Pak. Karena sejak dijual dan ada yang beli, belum ada yang datang kesini."Buntu, kini jalanku buntu. Mau nyari kemana mereka? Menyisir kota ini itu tidak mungkin."Memang istri mandulmu, itu tak tau malu! Merampok harta suami seenaknya. Dia kira mencari uang itu gampang!" Ibu terus merutuk kesal.Aku hanya diam, walau sebenarnya dalam hati aku merasa Suci tidak salah, 10 tahun bersama dia tak pernah beli apa-apa. Uang belanja pun aku batasi. Dengan dalih untuk tabungan hari tua.Kini mobil melaju dengan tujuan tak jelas, hingga telepon dari Rasti membuatk
Setelah mencari tahu lewat tukang kembun tetangga yang merupakan teman Darno akhirnya aku tau, jika Darno itu penipu. Dia telah membohongiku. Dia pulang kampung tanpa berniat kembali lagi. Alasannya mengurus kerbaunya yang sudah tua, apa hubungannya? Angel wes angel!!Tiga puluh lima juta raib begitu saja. Tidak ada yang tahu alamat Darno, bahkan Pak Aries pun tak bisa memberikan jawaban pastinya, dia hanya tau Darno orang Sukabumi, entah dimana tepatnya dia juga tak paham. Lagipula Pak Aries sudah terlanjur marah padaku, ngambek an banget kayak Emak-emak lagi pms!"Kamu kenapa sih, Gam. Dari tadi adi ibu lihat gelisah, bolak balik, mondar mandir. Kamu tidak kerja?""Harus berapa kali sih Argam, ngasih tau ibu Argam, itu dipecat! Di pecat!" Aku menaikkan suara. Capek menyakinkan Ibu ini. Padahal aku jarang lho, bohong apalagi sampai pencitraan masuk gorong-gorong, eh."Ibu tak percaya sama kamu Argan. Kamu sengaja kan berbohong agar ibu tidak minta uang terus?" Nah kan, mulai lagi. A
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen