Semua Bab Wanita Penghibur Berkelas: Bab 21 - Bab 30
62 Bab
21. Ada Ibu yang Membunuh
Setelah menutup pintu kamar, ketenangan Serina menghilang. Tubuhnya bergetar hebat dan ia segera berlari ke kamar mandi.Tangan lentik yang bergetar itu mengisi bath up dengan air, lalu mulai masuk setelah menghidupkan pancuran shower. Tak peduli jika ia belum melepas bathrobe-nya.Serina telungkup di dalam bath up, menyembunyikan dirinya entah pada siapa. Segalanya berantakan. Perasaannya kacau balau. Dibiarkannya bath up itu penuh sampai airnya meluber tumpah. Dia izinkan air yang menderas dari pancuran shower memberondong tubuhnya tanpa ampun.Serina mengigit bibir kuat-kuat. Membiarkan air menembus paru-parunya dan mengisi jantungnya. Ia terus di sana, untuk menghilangkan getaran yang membabi buta itu.“Dia bukan Ibu. “ Gumamannya tenggelam di dasar bath up. “Bukan Ibu.”Dicekik seperti tadi bukanlah yang pertama kali bagi Serina. Ia sudah mengalami berbagai macam bahaya, tapi yang satu ini tidak pernah bisa ia lupakan. Umurnya 15 tahun, tepat pada sebelas tahun yang telah lalu.
Baca selengkapnya
22. Serina dan Bath up
Tanjung baru saja keluar dari lift ketika ia menemukan Vita berdiri di depan meja sekretarisnya. Ketika gadis itu menyadari keberadaannya, dia langsung berlari menghampiri dengan wajah cemberut.“Kenapa baru datang? Mas ke mana saja? Kau tidak datang selama dua hari. Apa yang terjadi? Mas juga terlambat hari ini.”Tanjung melirik arlojinya, mengabaikan pertanyaan pertama Vita. “Aku rasa belum. Masih lima menit lagi sebelum pukul delapan.”“Bukannya kita sudah sepakat akan datang satu jam sebelum jam masuk kantor? Aku sudah menunggumu dari tadi, tapi sekretarismu tidak mengizinkanku masuk. Aku melakukan hal ini selama dua hari.” Vita menunjuk Gary, sekretaris Tanjung yang diutus oleh Narumi.Tanjung menarik napas panjang. Ia bahkan lupa dengan kesepakatan itu. “Maafkan aku.”“Sekarang aku boleh masuk, kan? Ayo, aku sangat merindukanmu.”Tanjung berusaha keras menyembunyikan ringisan ketika Vita bergelayut di lengannya. Luka bekas operasi tembakan itu masih sakit.“Ini sudah jam masuk,
Baca selengkapnya
23. Sisi Lemah Serina
Waktu itu kakaknya datang. Pria berumur 20 tahun yang berprofesi sebagai pembunuh bayaran itu mematung memandangi Renata yang memeluk jasad Ibu. Renata bersimbah air mata dengan pupil yang mengeras kosong. “Tolong … Ibu mengiris nadinya, Kak.”Seolah segalanya terulang kembali, sosok Tanjung yang ada di hadapannya terlihat seperti sang kakak. Menatapnya ngeri. Serina tahu ia sedang kehilangan kesadarannya. Tubuhnya masih bergetar hebat kala kedua tangan itu meraih bahunya.Ia tenggelam dalam dada bidang yang hangat itu. Setelah sekian lama, Serina kembali merasakan pelukan yang tulus dan hangat. Ia meringkuk semakin dalam—meski ia tahu, tak seharusnya ia menunjukkan kelemahannya pada lelaki ini.Tanjung memberinya usapan pada belakang kepala dan turun ke punggung. Serina mengeratkan pelukannya. Basah dari tubuhnya berpindah ke seluruh kemeja Tanjung.“Tidak apa, aku di sini.”Tidak. Dirinya tidak boleh lemah. Serina bukan lagi Renata. Dia bukan lagi gadis kecil yang lugu dan naif. Ia
Baca selengkapnya
24. Sisi Iblis Serina
Setelah itu, kondisi rumah Maulana tampak tenang. Tak ada yang mencari gara-gara, juga tidak ada yang akan marah dan memaki. Segalanya kembali seperti semula.Di meja makan pun tidak ada percekcokan. Sudah lima hari sarapan dan makan malam rutin dilakukan. Serina berpakaian rapi dan sopan, sementara Narumi tidak pernah lagi mengkritik apa pun yang dilakukan Serina.Namun, ketenangan itu membuat siapa pun merasa sesak, seolah sebuah bom berkekuatan besar sedang dirakit secara diam-diam dan menunggu waktu untuk diledakkan.Serina tak pernah bercanda dan mengejek lagi. Ia makan dengan tenang dan pelan. Raut wajahnya berubah menjadi datar sejak lima hari terakhir. Makan malam itu berakhir dengan damai, dan Serina bahkan tidak repot-repot meminta izin untuk kembali ke kamarnya bersama Tanjung.“Kau tidak melakukan apa pun padanya ‘kan, Rumi?” Harun memulai percakapan di ruang makan yang kini hanya tersisa dirinya dan Narumi.Seperti biasanya, Narumi hanya akan melakukan dua hal. Mengabaik
Baca selengkapnya
25. Gunungan Mayat
Jantung Doni bertalu-talu ketika ia mengangkat satu per satu tubuh rekannya keluar kamar dengan pengawasan dari Serina. Wanita itu berdiri menjulang dengan angkuh sambil bersedekap dengan mata tajam menusuk.“Tidak perlu terburu-buru, Doni. Malam masih panjang, nikmatilah pekerjaanmu.”Lagi-lagi Doni mengangguk cepat seolah apa pun yang keluar dari mulut Serina, kepalanya sudah disetel untuk terus mengangguk.Wanita itu tidak kalah mengerikan dibanding dengan atasannya. Mereka tidak berbeda.Doni memindahkan semua tubuh rekannya ke depan kamar yang ditunjuk oleh Serina. Ia berdiri kaku setelah pekerjaannya selesai. Menunggu satu perintah untuk pergi dari sini.“Bagus, Doni. Kau melakukan pekerjaanmu dengan baik.” Bibir itu tersenyum, namun dengan mata yang menyorot dingin. Serina melirik pintu utama yang cukup jauh dari tempat mereka berdiri. “Kau boleh pergi, Doni. Terima kasih.”Saat itulah Doni mengusap dadanya secara terang-terangan. Kelegaan yang amat sangat mengisi hatinya. Per
Baca selengkapnya
26. Maling-maling yang Mati
Tanjung sigap berlari masuk. Tujuannya adalah Serina yang berdiri santai di samping Narumi. Diraihnya kedua bahu Serina dan ia periksa apakah wanita itu terluka.“Kau baik-baik saja?” Serina diam dan sama sekali tidak berminat menjawab pertanyaannya. Ia malah mengedikkan sebelah bahu, lalu menunjuk gunungan mayat itu dengan dagunya.Tanjung mengikuti arah tunjuk Serina. Melihat para mayat bersimbah darah itu dengan kengerian. “Siapa mereka?”Serina tidak menjawab lagi.“Ketika ibumu membuka pintu kamar, mayat-mayat ini sudah ada di depan pintu kamar. Aku sudah menghubungi polisi, katanya mereka akan ke sini sebentar lagi.” Harun menyimpan ponselnya di belakang saku celana. Sepertinya dia sudah bersiap berangkat ke kantor ketika menemukan kumpulan mayat itu berserakan di depan pintu kamarnya.Tanjung mengamati wajah-wajah yang pucat itu, Tak perlu waktu lama untuk mengenalinya. Mereka adalah peliharaan-peliharaan Narumi, algojo sekaligus anjing-anjingnya.“Apa yang Ibu lakukan?” Dia b
Baca selengkapnya
27. Membebaskanmu dari Neraka
Kurang ajar. Ia dibuat bingung sekaligus murka pagi ini, saat ia membuka pintu kamarnya dan menemukan onggokan mayat busuk dengan darah yang meluber di seluruh lantai. Narumi masih ingat betul rasanya ketika ia mencium aroma anyir darah dan bangkai yang mulai membusuk. Mereka adalah orang-orang yang dia utus untuk menyingkirkan wanita itu, sama seperti yang dia lakukan pada Rahayu.Khusus untuk Serina, pemerkosaan dan penganiayaan saja tidak cukup untuk menyingkirkan wanita itu. Serina tidak mudah dihancurkan mentalnya, maka perlu menghabisi keseluruhan wanita itu, termasuk nyawanya.Tapi pagi ini, ia diberi kejutan yang luar biasa. Narumi mengakui bahwa dia kebingungan untuk beberapa saat. Bagaimana bisa empat laki-laki berbadan besar dan berpengalaman mati begitu saja? Dan kenapa mayat mereka ada di depan kamarnnya?Narumi penasaran setengah mati. Tidak pernah dia menjumpai situasi seperti sekarang. Karena sejauh ini, apa pun yang dia lakukan selalu berjalan lancar sampai Serina d
Baca selengkapnya
28. Serina : Wanita Penghibur yang Berbahaya
“Kau tidak perlu takut sampai menyuruhku untuk tidak membawa anak buah, Tuan Maulana. Aku tidak akan mencelakaimu setelah mengambil uangnya.” Brata bersandar pada punggung sofa VIP sebuah restoran mewah.Ia mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan dengan sofa panjang dan mewah itu. Luas dan megah. Selama ini dia tidak menghabiskan waktu santainya untuk menyewa tempat semahal ini, buang-buang uang. Tidak ada karaoke ataupun wanita yang bisa melayaninya dengan lihai.Sementara Tanjung duduk tegak di kursinya. Angkuh dan berwibawa. Tidak jauh berbeda dengan Tanjung yang dia lihat bersama Serina di malam itu.“Oh ya, bagaimana keadaanmu? Tidak kusangka kau pulih secepat ini? Sudah menikah dengan Serina-ku? Bagaimana? Servis-nya membuatmu sembuh dengan cepat?” Brata tertawa bebas tanpa memedulikan raut datar Tanjung.“Kita tidak seakrab itu untuk tertawa bersama. Kembalikan dompetku.”“Ohho, jangan buru-buru begitu. Bukan dompet masalah utamanya di sini.” Brata memajukan tubuh, ekspresi sa
Baca selengkapnya
29. Racun untuk Serina
Sudut bibir Narumi terangkat, jijik membaca dokumen di atas meja kerjanya. “Sampah apa yang kau kirimkan padaku, Johan?”Johan yang berada di seberang telepon berdeham. “Itu yang Nyonya minta.”“Fakta bahwa dia wanita penghibur kelas atas yang membawa club-nya ke atas puncak dalam waktu lima tahun. Kau hanya menemukan itu? Di mana keahlianmu?”Johan, salah satu tangan kanan Narumi memberi jeda untuk dirinya sendiri. Barangkali untuk menenangkan ketakutan yang menderanya atau sedang menyusun kata-kata yang tepat untuk membuat kemarahan Narumi tidak semakin besar.“Aku menunggu jawabanmu, Johan. Sejak kapan kau menjadi setolol ini?”“Maafkan saya, Nyonya. Saya hanya menemukan itu. Serina adalah anak angkat dari Brata, pemilik club. Tidak ada latar belakang yang bisa saya gali karena data-data tentang Serina seolah sudah dilenyapkan. Orang-orang di club itu juga tidak mau angkat bicara sedikit pun.”“Lalu? Aku harus memaklumi itu?”“Tidak, saya akan berusaha lebih keras lagi.” Johan menj
Baca selengkapnya
30. Serina yang Menyita Pikiran
Sepanjang lima tahun karirnya menjadi wanita penghibur, Serina sudah melewati berbagai macam bahaya. Sering kali dia diteror dan bahkan dicelakai oleh istri kliennya. Sudah menjadi makanan yang selalu dia kunyah. Tapi, yang satu ini berbeda. Entah obat macam apa yang diberikan Narumi pada makanannya, yang jelas wanita itu punya banyak rencana untuk membunuhnya. Jika membunuh Serina tidak berhasil, maka dia pun tak akan rugi, karena tujuan keduanya adalah membuat Serina selalu merasa was-was dan ketakutan setiap hari sampai mentalnya terganggu atau justru ia akan menyerah lalu pergi dari rumah ini. “Hm, rencana yang menarik.” Pipi Serina bergetar. Di dalam kamarnya yang maha luas itu, ia tertawa terbahak-bahak. Kepalanya bergetar. Ia sampai harus membungkuk dan memegangi perutnya. Katakanlah dia gila, tapi dia sangat menyukai permainan ini. Akan sangat menarik karena yang dia hadapi bukan istri-istri pejabat yang cuma bisa menarik rambutnya dan menyiramnya dengan minuman. “Mar
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status