Semua Bab Wanita Penghibur Berkelas: Bab 11 - Bab 20
62 Bab
11. Mau Menikah Sekarang?
Selagi dr. Linda mengobati luka Tanjung, Serina membuka seluruh kancing kemeja lelaki itu dan mulai membersihkan peluh yang membanjiri dada dan perutnya.“Apa tidak ada infeksi?” tanyanya.“Untungnya tidak karena Anda cepat memanggil saya, tapi pelurunya menembus cukup dalam. Saya tidak punya alat yang cukup untulk membedahnya.”Serina semakin pening. Apa lagi yang harus dia lakukan sekarang?“Begini, saya punya rekan dokter yang punya klinik pribadi. Kalau pasien tidak mau dibawa ke rumah sakit, dia bisa dibawa ke sana.”Serina luar biasa lega. Ia mengangguk cepat dan dr. Linda langsung menelepon rekan dokternya.“Syukurlah. Masih ada ruang operasi yang kosong. Kita harus cepat membawanya.”Tanpa membuang waktu yang lama, dr. Linda membantu Serina memapah Tanjung. Wanita berkulit kecokelatan itu buru-buru mengambil mobilnya di depan apotek dan kembali membantu Serina memasukkan Tanjung ke dalam mobil.“Kliniknya cukup dekat. Cuma perlu 12 menit. Kita akan sampai dalam sepuluh menit.”
Baca selengkapnya
12. Menikahi Wanita Penghibur
Tanjung tampak kaget. “Apa?”“Menikah. Karena kau sudah membebaskanku dari Brata yang semoga saja kelaminnya berulat itu, maka aku akan menuruti kemauanmu. Menikah dan menyingkirkan ibu tirimu. Kita seimbang.”Tanjung menggeleng dengan raut kebingungan. “Tunggu, kapan aku bilang kita akan menikah?”Serina memajukan tubuh, mengamati wajah Tanjung seperti memeriksa sesuatu. “Apa peluru itu naik ke kepalamu? Kau yang melamarku dengan putus asa dua hari yang lalu.”Wajah Serina terlalu dekat sampai Tanjung bisa melihat seberapa mulusnya kulit wanita itu. Pori-porinya hampir tidak terlihat, seperti boneka porselen.“Maksudku bukan menikah dengan sungguh-sungguh, hanya bohongan untuk mengelabui ibuku. Kita tidak perlu menikah—"“Hei, Tuan Tanjung. Untuk mendapat hasil maksimal, kau harus melakukannya dengan totalitas penuh. Seorang aktor saja akan belajar bela diri sampai mahir demi memerankan perannya dengan sempurna. Kau berpikir ibu tirimu yang kejam itu adalah anak SD yang mudah dikelab
Baca selengkapnya
13. Bertemu Ibu Tiri Iblismu
Segalanya sudah Tanjung ucapkan di hadapan penghulu, dua perawat pria dan juga dr. Fahri, serta Serina sebagai mempelainya. Hari ini ia bahkan bisa pulang. Alat penyangga sudah dilepas berikut dengan gips di lengannya. Ia tidak tahu apa yang Serina katakan pada dokter untuk mengizinkan mereka melakukan ini.Wanita itu muncul dari balik pintu, menunjukkan paper bag yang dibawanya lalu mengeluarkan isinya. Setelan jas serta alat mandi untuk Tanjung. “Kau bisa mandi sendiri. Well, ini memang terdengar kejam—kau baru saja tertembak dan harus pura-pura sehat—tapi inilah yang harus kau lakukan.”Tanjung mengambil kantong itu. “Tidak masalah. Aku sudah biasa melakukannya.” Lalu melepas selang infusnya dengan santai. Rasanya sakit, tapi ia sudah terbiasa. “Yah … orang dewasa memang harus terbiasa. Tidak boleh istirahat saat sakit, itu sudah menjadi makanan kita.” Serina mengedikkan bahu santai.Diam-diam Tanjung tersenyum miris. Jangankan dewasa, dari kecil pun ia terbiasa melakukannya. Naru
Baca selengkapnya
14. Wanita Murahan yang Tidak Jelas Asal-usulnya
Tatapan itu jelas merendahkan Serina. Lirikannya menyapu penampilan Serina dari ujung sepatu sampai ujung rambut, kemudian satu ujung bibirnya tertarik ke atas.“Kok tahu?” celetuk Serina secara tiba-tiba. Kepala Tanjung mulai terangkat, sedang wajah Narumi menjadi datar dalam sekejap. Pandangannya menyapu wajah Serina lekat-lekat. “Siapa namamu, Nona?” Nada suara itu terdengar antusias, kombinasi antara marah dan tertarik.Serina memasang senyum terbaiknya, tidak canggung sama sekali, lalu mengulurkan tangan. “Serina, Madam.”“Oh, Serina?” Narumi menatap lekat tangan Serina, lalu tersenyum jijik.Serina tidak tersinggung sama sekali. Dia angkat sebelah bahunya santai kemudian menarik kembali tangannya yang tidak tersambut.“Jadi kau memang memungutnya dari kelab malam? Saat kau berusaha menenangkan diri dari patah hati kekanakanmu, anakku? Saat aku menolak kekasihmu?” Serina jelas tahu teknik itu. Teknik yang mencoba meruntuhkan kepercayaan dirinya. Mengoyak habis harga dirinya dan
Baca selengkapnya
15. Menantu Wanita Penghibur
Hening yang pekat kembali menerjang. Suasana terasa lebih senyap dari sebelumnya, sampai akhirnya Serina mengurai senyum tanpa memutus tatapannya dari Narumi. Kedua mata serupa langit malam itu menyiratkan ejekan yang mampu ditangkap Narumi dengan cepat. “Wah, aku sangat kagum pada intuisimu, Madam. Dari tadi kau menebak dengan benar. Dari mana kau tahu aku adalah perempuan murahan?” Lalu tawa itu meluncur, merobek keheningan yang sejak tadi menyiksa paru-paru Tanjung.Tanjung terperangah. Sumpah mati, tidak pernah ada satu wanita pun yang berani melakukan hal itu di depan Narumi. Bernapas saja mereka tidak berani. Tapi, wanita satu ini melakukan hal-hal yang melebihi semua ekspektasinya.Diliriknya Narumi yang membeku hebat. Ingin rasanya ia mengabadikan keterkejutan yang dibungkus dalam ketenangan itu.“Aku menghibur para lelaki yang sedang kalut di club-ku.” Serina menunduk untuk mengamati kuku-kuku hijaunya yang mengkilap indah. “Aku penasaran seperti apa keluarga yang sudah mend
Baca selengkapnya
16. Hidupmu Adalah Milikku!
Tanjung ingat betul, waktu itu umurnya masih lima tahun. Ia sangat suka bermain mobil-mobilan. Malam itu dia menerima mobil balap dengan stik remot yang bisa ia kendalikan sepuasnya sebagai hadiah ulang tahun dari Ayah yang tidak bisa hadir.Teman-temannya sudah pulang. Di ruang tengah berhamburan sisa balon dan pita-pita hiasan. Piring-piring kecil bekas kue berjejeran di atas meja, juga masakan Ibu yang tandas dilahap teman-temannya.Kado-kado juga bertumpuk di atas sofa hijau lumut itu. Satu-satunya hadiah yang dia sentuh adalah hadiah dari sang ayah. Dia sangat senang, senyuman tak pernah luntur dari wajah lugu Tanjung kecil.Ibu bolak-balik mengangkat piring kotor ke dapur. Ia ingat wajah sang ibu yang tersenyum bahagia melihatnya. Senyumnya dibingkai dengan dua lesung kecil di sudut bibir. Mata itu bersinar cerah, kendati ia menahan kecewa karena sang suami lagi-lagi tak menepati janji.Ibunya tidak menuntut apa-apa kepada Ayah, meskipuni ia tahu bahwa dirinya adalah yang kedua
Baca selengkapnya
17. Harus Kuapakan Wanita Itu?
Satu jam kemudian, Tanjung akhirnya masuk ke kamarnya. Ruangan yang didominasi serba hitam itu menyambutnya dengan aroma yang berbeda, wangi lily yang menenangkan memenuhi indra penciumannya sesaat setelah ia membuka pintu.Dan di sana, di depan lemarinya berdiri Serina dengan kaos kebesaran dan boxer longgar miliknya. Tanjung mengerjap saat wanita itu berbalik menatapnya. Pemandangan itu samar-samar dalam penglihatannya. Wajah Serina tidak begitu jelas.Serina melesat cepat ke tempatnya dengan raut yang panik. Tanjung tidak mengerti apa yang membuatnya cemas. Saat wanita berambut gelap mengkilap itu menyentuh dahinya, jari lentiknya tahu-tahu dipenuhi oleh darah.“Kau berdarah,” gumam Serina, kedua mata indahnya sedikit melotot.Tanjung memegang dahinya sendiri. Ah, berdarah lagi. Merepotkan. Ia menghela napas bosan.“Apa yang dia lakukan padamu?”Tanjung hanya menggerakkan kepala tak acuh. “Seperti biasa.”Sudah biasa baginya menerima cangkir yang melayang, entah itu ke kepala, dada
Baca selengkapnya
18. Pelacur di Meja Makan
Genderang perang sudah ditabuh secara diam-diam. Serina yakin Narumi telah menetapkan dirinya sebagai target, seperti kucing liar yang akan mencabik-cabik mangsanya.Pagi ini ia bersenandung sambil keluar dari kamar, tali bathrobe-nya ia kibaskan. Menyusuri rumah yang sepi seolah tidak berpenghuni. Langkahnya memasuki ruang makan di mana sudah ada tiga orang yang duduk di meja makan dan Risa yang berdiri sambil menunduk di belakang meja.“Waw, sarapan ala keluarga konglomerat. Aku tidak menyangka akan menghadirinya.” Celetukan yang tiba-tiba itu membuat tiga kepala yang sedang makan menoleh padanya.Serina bersiul sambil mendekat dan menarik kursi di samping Tanjung. “Kenapa tidak membangunkanku, Sayang?” tanyanya mesra, sambil mencium pipi Tanjung sebelum menghempaskan tubuh pada kursi.Sedang yang dicium tiba-tiba menegang dan tak mampu merespons balik akting Serina.‘Ah, payah!’ Ia berseru kecewa dalam hati.Suasana itu sudah tegang jauh sebelum Serina datang, dan kemunculan wanit
Baca selengkapnya
19. Narumi yang Sangat Berbahaya
Sarapan yang mencekam itu akhirnya berakhir. Hanya Serina yang menghabiskan isi piringnya tanpa terganggu sedikit pun. Mereka baru saja akan keluar dari ruang makan ketika tatapan Narumi menyapu penampilan Serina. Serina ikut menunduk melihat bathrobe-nya yang sedikit kebesaran. “Aku langsung ke sini setelah mandi. Ada masalah, Madam?”“Pelacur akan selalu bertingkah seperti pelacur. Mulai besok aku tidak ingin melihat tampilan murahan itu lagi di meja makanku, atau kau akan kuharamkan menginjak ruang makan.”“Berarti hari ini bisa?” “Punyalah etika sedikit. Aku sudah mengizinkanmu tinggal di rumahku, jadi patuhi aturanku atau kau akan kuseret keluar dengan cara yang tidak pernah kau bayangkan.”Adu pandang itu berlangsung sengit ketika senyum di wajah Serina memudar. Mau tak mau Serina mengakui, bahwa wanita itu sangat hebat. Perlu kekuatan mental yang tidak main-main untuk berhadapan dengannya. Serina berani bertaruh jika Narumi bahkan mampu membungkam mulut presiden sekalipun.T
Baca selengkapnya
20. Pelacur Berlevel Tinggi
Narumi sangat muak dengan semua jenis wanita murahan di dunia ini. Kebanyakan dari mereka tidak tahu diri dan tak punya urat malu. Ada banyak perempuan seperti itu yang sudah dia singkirkan, dan wanita di depannya akan masuk ke dalam daftar itu sebentar lagi. Pelacur bernama Serina ini sungguh di luar ekspektasi Narumi. Ia mampu menguasai seluruh keadaan dan juga Tanjung. Serina jelas berada di level yang berbeda. Harus dengan apa dia menyingkirkan wanita ini? Karena firasatnya mengatakan Serina bukanlah tikus yang bisa dilenyapkan dengan mudah. Ia seperti belut, licin dan mampu menyusup masuk ke rumah ini dengan cara yang licik. “Madam … pelacur ini sudah berada di dunia malam yang gelap selama bertahun-tahun, dan aku bisa bertahan dengan kekuatanku sendiri. Tak perlu Tanjung untuk mempertahankan nyawaku sendiri.” Mata Narumi memicing. Sudah dia duga, wanita ini terlalu berani. “Beraninya kau. Pelacur sepertimu menikahi putra tunggalku? Mestinya kau diam saja di ranjang sewaan d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status