Semua Bab Wanita Penghibur Berkelas: Bab 51 - Bab 60
62 Bab
51. Siapa yang Menyuruhnya Pulang?
Tanjung kembali ke kamar hotel. Saat itu juga ia merasakan kekosongan. Seolah ada sesuatu yang hilang. Ruangan itu kini menampung dirinya saja. Hanya suara napasnya yang mengalun pendek. Ranjang menjadi kosong. Aroma Serina pun menghilang. Seketika sekujur tubuh Tanjung dirayapi dingin. Sebab tak ada lagi tubuh lain yang bisa dipeluknya. Dua malam bersama Serina entah mengapa membawa sesuatu yang besar di hatinya. Tanjung menarik napas pendek sebelum memutuskan keluar dari kamar hotel. Tak ada yang bisa ia lakukan di sana. Ia memutuskan kembali ke kediaman Maulana–neraka yang sebenarnya.Para pekerja sudah berlalu lalang, tanda jika Narumi belum bangun. Mereka mengerjakan tugas terburu-buru sebelum sang nyonya besar bangun dan melihat mereka. “Tuan!!!!”Hanya Risa yang berani memanggilnya di antara puluhan pelayan yang mondar-mandir sambil sesekali meliriknya segan. “Tuan ke mana saja? Saya sangat khawatir.”Tanjung enggan menjawab. Bibirnya berat untuk terbuka. “Nyonya mencari T
Baca selengkapnya
52. Reuni Keluarga Psikopat
Alih-alih senang karena musuhnya sudah pergi, Narumi malah terlihat tidak suka. Risa gemetar di tempatnya. Setelah ini dia pasti akan disalahkan. “Aku yang memulangkannya.”“Kenapa? Kau takut aku akan menghancurkannya?”Tanjung membalas tatapan kejam itu. Mulai saat ini, ia akan menghadapi Narumi sendirian. Apa pun risikonya akan dia tanggung sendiri. “Tidak perlu membahasnya lagi. Kembalilah seperti dulu. Ibu yang memperlakukanku seperti boneka Ibu, cukup bersikap seperti itu.”Sepersekian detik kemudian, Tanjung bisa melihat kilat misterius di mata Narumi, seperti sinyal berbahaya yang tak boleh ia abaikan. “Akhir-akhir ini kau suka sekali menantangku.” Badan tegap itu berbalik dan perlahan meninggalkan pintu kamar Tanjung, meninggalkan jejak mencekam yang mencekik napas. Tanjung menyadari, jika keputusannya membawa Serina ke rumah ini sangatlah salah. Ia dilanda keputusasaan sampai tidak mampu berpikir dengan jernih.*** Akhirnya mereka sampai di vila milik Izora. Puncak b
Baca selengkapnya
53. Menantu Idaman
“Kau pernah merasa kacau?”Serina mengunyah makanannya dengan lahap. Akhirnya dia bisa makan di meja makan dengan tenang. Ia menyelesaikan kunyahannya sebelum menjawab pertanyaan Izora. “Iya, seperti ada yang berbeda dari tubuhku. Aku merasa ketakutan dan tenggelam dalam kesedihan. Kau tahu ‘kan … mentalku tidak selemah itu kecuali jika kau menyuntikkan obat aneh padaku secara diam-diam.”Hening menyergap secara tiba-tiba. Entah Kayman yang duduk di ujung meja maupun Izora yang menjadi kaku di di hadapan Serina. Mereka bertiga menyadari bahwa ada sesuatu yang salah. “Aku selalu mewaspadai makanan ataupun minuman yang selalu masuk ke mulutku di rumah itu.”“Kau pernah ke rumah sakit.” Izora yang memperkuat kecurigaan itu. Semua informasi tentang Serina selama ini ia dapatkan dari Ronald, tangan kanannya.Serina membanting garpunya sampai suara denting piring dan sendok memekakkan telinga. “Sialan! Nenek Lampir sialan itu sangat cerdik. Dia pasti sengaja melukaiku agar bisa menyuntikk
Baca selengkapnya
54. Kilas Balik Narumi
Helaan napas pelan itu berembus mendominasi dinding lift yang dingin. Tak sedikit pun Narumi melunturkan wajah angkuhnya meskipun hanya ada dirinya di dalam ruangan besi yang sempit ini. Seperti apa menantu yang dia inginkan? Pertanyaan itu sudah muak ia dengar. Telah berulang kali ia dapatkan dari berbagai macam orang. Narumi tak pernah menjawabnya. Meskipun yang bertanya adalah sosok presiden sekalipun.Karena ia tak butuh menantu. Dia tak menginginkan sosok menantu di rumahnya. Tak akan ia biarkan anak dari perempuan jalang itu menikah dan memiliki keluarga seperti ibunya. Narumi ingin melihat anak itu tumbuh menjadi sosok yang dia inginkan. Sosok yang dia manfaatkan habis-habisan dan sosok yang akan menjadi orang paling kesepian di dunia ini, bahkan lebih dari yang dia rasakan. Tanjung akan menjadi pionnya, aset, dan boneka yang akan dia gunakan sepuasnya. Karena anak itulah dia kehilangan cintanya, keluarga, dan seluruh hidupnya. Ia kembali mengingat saat dirinya jatuh cinta
Baca selengkapnya
55. Rencana Kejutan
Ballroom hotel bernuansa emas dan gelap, khas Maulana. Aroma mawar yang sedikit menyengat mendominasi udara di dalam ruangan maha luas itu. Saat kepala mendongak, puncak langit-langit yang dikelilingi lampu-lampu mewah seolah seperti langit yang sesungguhnya. Amat tinggi dan menyilaukan. Setiap tahun Tanjung menyiapkan acara megah seperti ini. Tiap tahun pula ia mesti mengumpulkan semua kolega, karyawan, dan petinggi perusahaan dalam satu ruangan. Lalu yang duduk di takhta tertinggi dan menerima semua pujian adalah Narumi Maulana, putri tunggal Maulana yang berhasil mempertahankan bisnis Maulana dan membentuknya menjadi kerajaan makanan yang besar. Wanita hebat yang berhasil mendidik pewaris hebat sepertinya.Wanita bergaun maroon gelap itu berdiri di tengah orang-orang penting dan menjadi pusat perhatian. Orang-orang berebut ingin menjalin relasi dengannya. Para pegawai di perusahaan memanfaatkan acara ulang tahun perusahaan untuk mendapatkan perhatiannya. Tanjung menjauh dari ker
Baca selengkapnya
56. Saya Istri Tanjung Maulana
Dalam sekejap, seisi ballroom dipenuhi rahang-rahang yang terbuka, mengagumi sosok indah di atas panggung yang bersinar dengan gaun pastelnya. Terbuka di sepanjang bahu dengan potongan lengan yang menjuntai ke bawah bagai sayap yang tertutup.Rambut kelamnya yang bagai malam pekat tercepol dengan anak-anak rambut yang terjatuh, menonjolkan kulit bahunya yang mulus bak porselen. Suaranya melantun indah menyebutkan nama Maulana.Tanjung terperangah. Bukan hanya pada kecantikan sempurna yang dipamerkan Serina di atas sana. Namun, pada kehadiran tiba-tiba wanita itu. Mengapa Serina kembali?“Saya istri dari Tanjung Maulana.”Semakin senyap dan kian tegang. Dari ekor matanya, Tanjung melirik ekspresi Narumi yang tak tertebak. Bibirnya tak mengetat seperti biasanya, seolah kedatangan Serina kembali bukan masalah besar baginya.Atau justru … Narumi memang menunggu kedatangan Serina.Tanjung meremang. Tidak. Ia harus memulangkan Serina lagi. Dia hendak bangkit dari duduknya ketika senyum mani
Baca selengkapnya
57. Gendong ke Ranjang Saja
“Kalian sama. Dia perempuan yang merebut–”“Hentikan, Ibu.” Belum sempat jawaban yang ditunggu-tunggu semua orang itu terucap, Tanjung naik ke panggung diikuti oleh beberapa pengawal. “Bawa Ibu ke kamar 718. Biarkan dia istirahat.”Dua pengawal langsung memapah Narumi turun dari panggung. Orang-orang mungkin mengira wanita itu tengah mabuk, tapi hanya Tanjung yang tahu bahwa obat yang dia berikan pada minuman Narumi sudah bekerja. Sayangnya, rencananya gagal. Ia tak tahu apa yang direncanakan Serina malam ini, tapi kehadiran Serina membawa sesuatu yang beda. Ia menatap wanita itu, intens dan cukup lama. Diambilnya mikrofon dari tangan Serina lalu dia buka jasnya untuk disampirkan ke bahu Serina. Sesaat setelah napasnya terembus pendek, ia menyelipkan tangan ke bawah lutut dan punggung Serina. Wanita yang basah karena siraman wine itu dia bawa turun dari panggung. Serina mengerjap ketika tubuhnya terayun-ayun. Apa yang sedang dilakukan Tanjung di tengah orang-orang yang berbisik-b
Baca selengkapnya
58. Bertemu Ibu Kandung
Haruskah Serina mengakui jika dia juga menyukai cara lelaki ini menatapnya? Lembut, penuh penghormatan, dan rasa rindu yang dalam. Ia tak berani menyimpulkan terlalu jauh, sebab setiap lelaki yang mengaku tertarik padanya, tak pernah mencintainya. Mereka hanya terobsesi pada kecantikan seorang Serina, tapi lelaki ini berbeda. Matanya memandang dengan cara yang berbeda dari para lelaki bajingan itu. “Aku sudah banyak menyakitimu. Aku ingin melihatmu lagi, tapi tidak di rumah itu, tidak di tempat di mana Ibu akan mengancammu setiap hari.”Ah, dia sangat baik. Serina akhirnya bisa merasakan perasaan terenyuh. Untuk pertama kalinya, ada pria yang menatapnya khawatir di atas ranjang. “Lalu, haruskah kita kabur saja? Tinggal berdua di rumah lain?”Ide yang diucapkan secara asal-asalan itu mampu membuat hati Tanjung berdenyut perih. Bisakah ia melakukannya? Ia menginginkannya, tapi tidak untuk sekarang ketika Narumi sanggup menemukannya ke mana pun dia pergi. Serina meletakkan tangan di
Baca selengkapnya
59. Anjing Pemberontak
Meski sudah 22 tahun berlalu tanpa melihat sang ibu, Tanjung hafal betul wajah yang kerap kali tersenyum lembut padanya. Ia menanamnya di kepala selama ini selagi ia bertarung di rumah Maulana. Mungkin ibunya juga akan terlihat kurus dan tidak terawat, tapi jelas wanita ini bukanlah ibunya. Tinggi tubuhnya, sorot matanya, proporsi wajah, dan sentuhannya. Segalanya berbeda. “A-apa maksudmu?” Serina amat terkejut mendengar pengakuan Tanjung. Wanita itu bukan ibunya? Jelas-jelas perempuan itu adalah satu-satunya orang yang berada di tempat yang diam-diam selalu Narumi kunjungi.“Aku ibumu! Anakku!!” Wanita itu kembali mendekap Tanjung, tapi Tanjung mengurainya dengan kasar. “Anda bukan ibu saya!”Kekesalan di wajahnya benar-benar tercetak dengan jelas. Lebih daripada itu, ia amat kecewa. Harapannya melambung tinggi, tapi lagi-lagi ia terjatuh ke dasar jurang yang sangat dalam. Mungkin ini adalah pertama kalinya, Serina melihat wajah itu benar-benar mengerut penuh kekesalan. Bibirnya
Baca selengkapnya
60. Rahayu
Wanita itu masih ada di hadapannya. Kondisinya masih sama—menyedihkan, seperti mayat hidup yang enggan mati, tak jua bisa dikatakan hidup. “Dua puluh dua tahun aku mengurungmu di sini, itu belum cukup, Rahayu.”Rahayu yang tak lagi terlihat manis dan menawan itu menatapnya dengan bola mata yang melotot, mengerti perkataan Narumi, tapi tak punya susunan kata untuk membalasnya. Bibir pucat dan pecah-pecah itu berat untuk terbuka. “Dan selama itu pula, anakmu ada di tanganku. Kusiksa dan kumanfaatkan sesukaku.” Ucapan itu memantik keseluruhan diri Rahayu. Ia memberontak, hendak maju menerjang Narumi, tapi terhalang oleh rantai dan pasung. Rambut yang berantakan tak terurus, tubuh kurus kerempeng hingga tulang-tulangnya menyembul, pakaian yang seadanya dan sudah robek-robek serta warnanya tak lagi terlihat, luntur, dan kumal. Dia tak lagi bisa disebut manusia. “Ingat ini, Rahayu. Karena dosa-dosamu di masa lalu, anakmu jadi menderita.” Narumi ikut terbawa perkataannya sendiri. Piki
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status