All Chapters of BOS & HIS SECRETARY: Chapter 71 - Chapter 80
83 Chapters
69. Hari Ibu
Hari Jumat datang, seperti waktu yang sudah lama ditunggu, Fara menyambut pagi itu dengan penuh semangat dan senyum yang terukir lebar di bibirnya. Sosis bakar yang menjadi santapan paginya kala itu dilahapnya dengan energik, membuat Benjamin yang terduduk di bangkunya pun tersenyum sumringah saat melihat semangat anaknya sudah kembali seperti dulu.Sementara itu, Thalita pun tidak menampik perubahan Fara yang signifikan, dadanya tentu terasa mengganjal saat melihat hal itu. Tetapi, saat Fara menatap matanya, Thalita tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya. Thalita tersenyum ke arah Fara yang tampak antusias."Nenek, hari ini Papa akan datang ke sekolah Fara lho. Papa juga akan melihat Fara membacakan puisi di depan kelas nanti. Iya, kan, Pa?" Fara menoleh ke arah Benjamin, seolah mencari validasi."Iya, Sayang."Senyum di bibir Thalita lantas sirna, dia tentu tahu hari ini hari apa, dia juga tahu bahwa Moira lah yang seharusnya berada di sisi Fara saat ini. Tapi itu tidak mungkin,
Read more
70. Hari Ibu (2)
Tepuk tangan bersambutan di ruang kelas setelah Fara menyelesaikan bait terakhir puisinya. Adora sama sekali tidak dapat mengalihkan pandangannya dari Fara, sampai akhirnya mata mereka beradu satu sama lain. Adora kemudian mengacungkan dua jempolnya ke arah Fara dan Fara membalasnya dengan senyuman manis miliknya. Benjamin yang sedari tadi memperhatikan Fara pun melirikkan matanya ke arah Adora. Benjamin tentu saja menyaksikan interaksi itu. Perasaannya kemudian terenyuh saat menyadari satu hal.Adora adalah perempuan yang selama ini dibutuhkannya, tetapi saat ini Benjamin seperti orang bodoh, dia kehilangan akal untuk mempertahankan Adora agar tetap di sisinya. Semakin dipikirkan, kepalanya semakin sakit. Pilihannya saat ini adalah mempertahankan egonya atau keinginan Adora."Ben?"Benjamin terhenyak saat Adora memandangnya dengan tatapan khawatir. "Kamu tidak apa-apa?"Benjamin menggeleng, "Tidak, aku tidak apa-apa. Oh ya, aku mau membeli minuman di kantin, kamu mau?""Boleh. Mau
Read more
71. Hari Ibu (3)
Setelah penampilan musikalisasi berakhir, guru selaku wali kelas yang mengadakan acara perayaan hari ibu pun memberikan kata-kata perpisahan di depan kelas dan mengatakan bahwa setelah ini adalah pertunjukan terakhir sebelum akhirnya penutupan acara. Guru itu juga memberikan selamat menikmati liburan akhir tahun dan bertemu lagi setelah liburan kepada anak-anak didiknya, tetapi tidak banyak yang ditangkap oleh Adora, karena fokus Adora berlabuh pada Fara yang saat inis sedang duduk dengan raut wajah yang bosan."Kak Fai-Rina, sebenarnya kapan Papa datang? Kenapa lama sekali? Papa kemana, Kak Fai-Rina?" Tanya Fara bertubi-tubi dengan nada suara sedikit merengek. Tidak hanya Fara, Adora juga heran kenapa Benjamin lama sekali kembali. Apakah kantin di sekolah ini begitu jauh sampai-sampai Benjamin belum datang ke kelas lagi?"Kak Fai-Rina~~~" Fara sekali lagi memanggil Adora, berusaha menyadarkan Adora dari lamunannya."Sabar ya, Fara. Sebentar lagi Papa past
Read more
72. Akhir dari Segalanya
Adora sebenarnya sedikit terkejut saat melihat siapa yang tadi ada di hadapannya. Moira dan Aiden. Bagaimana bisa?Begitu banyak pertanyaan dalam kepala Adora saat ini sampai otaknya belum mencerna segalanya, tetapi kejadiannya berlalu begitu cepat. Kini mereka sudah berjalan bersama, beriringan dengan mobil Aiden yang mengikuti di belakang. Setelah perdebatan yang panjang, akhirnya Aiden memutuskan mengalah.Tetapi, kenapa kini masalahnya semakin melebar? Adora tahu seharusnya kemarin dia mengatakan pertemuannya dengan Moira kepada Benjamin. Karena kalau ia melakukannya, semua masalah ini akan cepat tertangani. Tidak seperti ini. Tapi, sekarang semuanya sudah terlanjur dan tidak bisa diulang kembali.Adora menghela napasnya, tidak sadar di sebelahnya Benjamin sedari tadi memperhatikan."Maafkan aku," Benjamin membuka pembicaraan dengan suara lirih.Adora menolehkan kepalanya dan mendapati laki-laki yang duduk di sebelahnya itu
Read more
73. Akhir dari Segalanya (2)
Malam harinya,Adora memandangi ponsel di tangannya dengan tatapan gelisah. Berjam-jam sudah berlalu dari kejadian siang tadi, tetapi belum ada satu pun panggilan yang datang dari Benjamin. Jangankan panggilan, pesan pun tidak ada. Hal ini tentu membuat Adora merasa tak karuan. Dadanya berdegup kencang hanya untuk menunggu Benjamin menghubunginya.Kriet ..."Ngapain lo?" Tanya Irish, menyembulkan kepalanya dari balik pintu. Adora menoleh sebentar sebelum akhirnya melambaikan tangannya, mengusir keberadaan Irish dari kamarnya."Yeh, ya udah gua keluar dulu. Mau ngedate sama Noah. Hati-hati lho sendirian di apartemen, hiiihhh~~ ada hantuu, tatut!"Alih-alih ketakutan dengan jokes receh yang dilempar oleh Irish, Adora lebih memilih mengambil bantal dan melemparnya ke pintu.Duk!Bunyi bantal jatuh diiringi suara pintu ditutup kencang menyambut telinga Adora. Sudah tidak kena Irish, Adora juga harus memungut kembali bantalny
Read more
74. Bunga yang Mengering
Dua minggu telah berlalu, tentunya banyak hal yang telah berubah seiring berjalannya waktu, tetapi Adora merasa dirinya masih tetap sama. Pikirannya masih jauh nan di sana, meski raganya berada di tempat lain. Adora terus memikirkan kejadian yang sudah lama berlalu. Kejadian yang membuatnya sedikit bingung harus membawa kemana hatinya pergi dan berlabuh."Adora."Di tengah lamunannya yang tak berujung, Adora tersadarkan oleh suara sang nenek yang memanggil namanya.Adora menoleh dan mengulas senyum tipis ke arah neneknya, "Iya, Nek."Nenek Yuni yang baru keluar dari ruang peristirahatannya pun ikut duduk bergabung dengan Adora di depan teras rumah. Sore hari kala itu Adora dan Neneknya memilih untuk menikmati waktu santainya dengan melihat anak-anak yang tengah bermain di jalanan. Anak-anak itu bercanda, berlari, dan berbagi tawa satu sama lain. Adora dapat melihat masa kecil yang indah tercetak jelas pada wajah anak-anak itu."Nenek perh
Read more
75. Kesempatan
Irish sebenarnya malas sekali menghampiri meja Benjamin saat ini, tetapi mau bagaimana lagi, kalau tidak karena Benjamin kemarin, mungkin hubungan Irish dan Noah tidak akan membaik dengan cepat, ditambah karena jasa Benjamin juga lah Noah melamar Irish kemarin. Ya, Irish memang tidak bisa menyangkal adanya tangan Benjamin yang kemarin membantu kisah asmaranya. Jadi, sebagai balasan dari utang budinya, Irish bermaksud mengundang Benjamin ke pernikahannya, meski dalam hati Irish sudah dongkol setengah mati pada atasannya itu.Saat jam istirahat, dengan setengah terpaksa Irish mendekati meja tempat Benjamin makan siang. Benjamin yang menyadari keberadaan Irish pun mengangkat pandangannya, membuat Irish sedikit tersentak kala menemukan pandangan Benjamin begitu datar seakan tidak memiliki kehidupan."P-permisi, Pak—saya ingin memberikan ini," ujar Irish sembari mengulurkan undangan yang ada di tangannya ke Benjamin.Benjamin hanya melirik tanpa penuh
Read more
76. Kesempatan (2)
Keesokkan harinya,Setelah menempuh enam jam perjalanan, mobil yang kini membawa Benjamin sudah memasuki area pedesaan yang terasa asing bagi Benjamin dan Fara. Dari dalam mobil, Benjamin dapat melihat beberapa anak-anak yang sedang bermain di jalanan memutuskan untuk menepi kala mobil Benjamin menyusuri jalanan. Anak-anak itu memandang bingung saat melihat mobil Benjamin melintas melewati mereka.Fara yang duduk di sebelah Benjamin pun terpukau saat melihat anak-anak yang tengah bermain di jalanan desa. Kisaran usia anak-anak itu beragam, mulai dari remaja dewasa sampai juga seusia Fara. Mereka tampak senang bermain permainan sederhana. Pemandangan yang jauh berbeda dengan teman sebaya Fara di sekolah yang sibuk dengan gadget masing-masing ataupun berkutat dengan buku teks yang sangat tebal."Papa, lihat," tunjuk Fara. Benjamin mengikuti arah pandang Fara. "Fara nanti boleh main ya Pah?"Benjamin terdiam sebentar, menimang-nimang sebelum akhirnya
Read more
77. Kesempatan (3)
"Oh iya—" Nenek Yuni melirik ke arah Adora, berusaha mengamati reaksi Adora. Adora memiliki reaksi yang sebelas dua belas dengan milik Nenek Yuni. Keduanya sama-sama bingung ketika menemukan keberadaan Benjamin yang begitu tiba-tiba di hadapan mereka.Akan tetapi, Nenek Yuni menutupi kebingungannya dengan menyambut hangat kedatangan Benjamin."—silakan duduk, Nak Benjamin."Mendengar Nenek Yuni mempersilakannya, Benjamin kemudian menuntun Fara untuk duduk berdekatan dengan Jason yang juga berada di rumah Nenek Yuni. Semua orang di rumah Nenek Yuni menampakkan ekspresi bingung, kecuali Benjamin, Fara, dan Nindy.Adora yang merasa atmosfer canggung pun mendekat ke arah Nenek Yuni dan berbisik, "... Nek, Adora mau ngomong dulu bentar ya sama Pak Benjamin.""Iya."Adora segera berjalan mendekati Benjamin, kemudian melingkarkan tangannya ke lengan Benjamin. Benjamin tampak tersentak sejenak sebelum akhirnya ia menerima sentu
Read more
78. Rival Cinta
Benjamin berjalan beriringan dengan Adora. Cuaca siang itu tidak begitu terik sebab pepohonan besar yang menjulang ada di sepanjang bahu jalan, dedaunan yang rimbun dari pohon-pohon itu tentu tidak memberikan celah untuk sinar mentari menembus kulit.Musim panas membiarkan semilir angin menerpa wajah Benjamin, terkadang juga memainkan surai panjang milik Adora, sehingga mereka berkibar di udara—menggoda Benjamin dengan aroma sampo yang digunakan Adora.Lamunan Benjamin buyar kala Adora menghentikan langkahnya di depan sebuah toko. Benjamin melirik sebentar ke arah toko itu. Sekilas toko itu memiliki penampilan toko yang sederhana, tetapi berhasil menciptakan kesan khas keluarga. Adora lantas masuk ke dalam toko bertuliskan Toko Keluarga Jun itu yang tentunya diikuti Benjamin di belakangnya."Permisi~~" Adora menyapa saat tidak ada seorang pun di balik meja kasir.Butuh beberapa menit bagi Benjamin dan Adora menunggu sampai akhirnya figure seorang
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status