All Chapters of BOS & HIS SECRETARY: Chapter 61 - Chapter 70
83 Chapters
59. Kecelakaan (3)
Adora memberikan uang kepada supir taksi saat mobil yang membawanya kini sudah berhenti di depan rumah sakit, kemudian dengan gerakan terburu Adora turun dan masuk ke dalam rumah sakit. Sabtu malam kala itu, anehnya keadaan di rumah sakit begitu ramai, banyak hilir mudik orang yang berlalu di lorong rumah sakit. Tetapi, Adora tidak terlalu peduli, fokusnya saat ini hanya satu, yaitu ruang unit gawat darurat. Sesampainya Adora di sana, Adora dapat menemukan beberapa pasien yang terbaring di ranjang sedang menunggu untuk didiagnosis oleh dokter yang ditemani perawat. Mata Adora lantas mengedar dan dia dapat menemukan Benjamin sedang berbaring di salah satu ranjang di sana. Tanpa menunggu lama, Adora segera menghampiri Benjamin."Bapak."Benjamin melirikkan matanya dan menemukan Adora sudah berdiri di dekat ranjangnya. Benjamin lantas tersenyum saat melihat Adora terlihat mengkhawatirkan dirinya. Sementara itu, Adora yang melihat Benjamin ters
Read more
60. Anthony
Ch. 60Thalita terdiam saat mendengar kalimat terakhir Benjamin. Perasaan kesal yang sedari tadi melanda hatinya kini menguap entah kemana. Kedua mata Thalita lantas menatap tidak percaya ke arah Benjamin. Thalita tidak percaya bahwa Benjamin akan mengangkat kembali kisah yang sudah terkubur lama di keluarga mereka.Sementara itu, Benjamin enggan menatap Thalita. Amarah yang tadi sempat menghinggapi hati Benjamin pun perlahan sirna, digantikan perasaan bersalah karena tadi sudah membentak ibunya. Tapi, Benjamin tidak ingin menarik kembali kata-katanya. Benjamin merasa kata-kata Ibunya sudah keterlaluan. Tidak hanya kemarin, tetapi hari ini juga, apalagi hari ini ibunya berbicara buruk tentang Adora di depan Adora langsung. "Adora, kamu pulang saja sekarang, saya sudah tidak apa-apa. Saya akan kembali ke rumah saya sendiri. Jangan lupa hubungi saya kalau kamu sudah mendapatkan kabar dari kepolisian tentang mobil saya."Adora ya
Read more
61. Anthony (2) - FLASHBACK
“ANTHONY MAGHANI!”Suara Sonny yang menggelegar untuk kesekian kalinya berhasil membuat Thalita segera menahan pergerakan lengan suaminya itu. Thalita takut apabila Sonny tidak ditahan maka suaminya itu akan kehilangan akal dan kendali sehingga berakhir menyakiti anak sulungnya lebih jauh lagi.Sementara itu, Anthony sang pemilik nama hanya menundukkan kepalanya di hadapan kedua orang tuanya. Anak muda itu mencoba untuk menyembunyikan wajahnya yang kini mengalami pembengkakan di rahang kiri akibat tinjuan dari sang ayah.Kondisi surai hitam Anthony yang basah senada dengan kondisi baju yang dikenakannya saat itu —semuanya basah kuyup. Entah apa yang dilakukan Anthony di luar sana. Tidak ada satupun orang yang tahu. Tiba-tiba saja dia pulang dalam keadaan seperti itu. Tetapi, saat Sonny melihat anaknya seperti itu, Sonny langsung naik pitam dan menghukum Anthony.“Berhenti membuat Papa malu, Anthony! Darimana saja
Read more
62. Anthony (3)
Keesokkan harinya, Saat jam makan siang, keluarga Maghani menikmati santapan mereka secara khidmat di ruang makan. Seluruh anggota inti keluarga Maghani ada di sana, kecuali anak sulung mereka, Anthony. Benjamin yang saat itu sedang menikmati udang rebus di piringnya tanpa sengaja mendengar percakapan ayah dan ibunya yang masih memperdebatkan masalah kemarin.“Pa, Papa tidak kasihan sama Anthony? Tidak mungkin Anthony yang masih kecil itu bisa bertahan hidup seorang diri di negara orang, Pa. Mama tidak bisa membayangkannya. Gimana kalau di sana Anthony sakit atau Anthony kelaparan, tapi tidak ada orang dewasa di sampingnya? Apa Papa tidak kasihan? Coba Papa pikirkan ulang rencana Papa mengirim Anthony ke luar negeri.”“Anthony bukan anak kecil lagi, Ma. Sekarang dia sudah berusia enam belas tahun, tahun depan dia juga akan menginjak usia dewasa. Dia bisa mencari pekerjaannya sendiri di sana. Papa hanya mewujudkan keinginannya yang ingin menjalani pilihan dan kehidupannya sendiri.”“P
Read more
63. Pandangan Thalita
Meski waktu memang sudah lama berlalu, Thalita sama sekali tidak bisa melepaskan Anthony dari kepalanya. Ingatan dan perasaan Thalita terhadap anak sulungnya itu memang telah menutup matanya terhadap Benjamin dari belasan hingga puluhan tahun lalu.Perasaan bersalah yang terus bersarang dalam hati Thalita setiap Thalita teringat Anthony membuat Thalita terobsesi dan berambisi untuk mewujudkan sosok Anthony yang selama ini ia idam-idamkan dalam diri Benjamin. Meski Thalita tahu Benjamin bukanlah Anthony ataupun sebaliknya, tetapi hati kecil Thalita menolak kenyataan itu dan masih berpegang pada obsesinya. Terlebih lagi, selama ini Benjamin tidak pernah mempermasalahkan keinginannya itu dan selalu menuruti semuanya.Thalita pikir semua baik-baik saja sampai pada akhirnya tadi malam Thalita menyadari satu fakta yang terjadi. Penderitaan Benjamin yang selama ini tak pernah dilihatnya. Menyadari hal itu, obsesi Thalita perlahan menyusut setiap Thalita memikirk
Read more
64. Pandangan Thalita (2)
Keesokkan harinya,Sehari sudah berlalu, tapi kabar mengenai Moira sama sekali belum menemukan titik terang. Entah di mana keberadaan gadis itu saat ini, namun Thalita merasa kalut sendiri. Bagaimana kalau Moira tidak dapat ditemukan? Itu akan menjadi masalah nantinya.Meski begitu, Thalita dapat sedikit mengembuskan napas lega ketika dirinya melihat usaha Benjamin yang membantu Brandon dalam pencarian Moira. Dalam kondisi sakit, Benjamin bahkan ikut melapor ke kepolisian. Setidaknya dengan adanya kasus ini, Benjamin sedikit memperhatikan Moira, seperti yang diinginkan Thalita sedari dulu. Benjamin bersama dengan Moira seperti Anthony yang bersama dengan Lia.Setelah satu jam bergumul dengan pikirannya mengenai Moira, lamunan Thalita akhirnya terpecah kala asisten rumah tangganya datang dan berbicara kepadanya."Nyonya, ada tamu di depan. Katanya sekretaris Tuan Muda. Apa boleh diizinkan masuk ke dalam rumah, Nyonya?"Thalita melirikkan m
Read more
65. Kumohon Tetap di Sisiku
Adora sama sekali tidak menanggapi Thalita yang sedari tadi terus memanggil namanya. Fokus Adora hanya ke depan dan menghindari Thalita, sampai akhirnya tanpa sengaja Adora yang sedang terburu pun berpas-pasan dengan Benjamin yang baru saja masuk ke dalam rumah."Adora ..." Benjamin tampak sedikit terkejut ketika ia melihat penampilan Adora yang begitu berantakan. Mata Adora memerah dengan tatapan yang begitu tajam. Sontak Benjamin merasa khawatir saat melihatnya."Hei, ada apa? Kamu kenapa?"Pertanyaan Benjamin tidak dijawab oleh Adora. Tentu saja hal itu mengundang rasa penasaran Benjamin. Benjamin terus bertanya-tanya sampai akhirnya ia menemukan presensi Thalita yang berjalan, hendak menghampiri Adora. "Beri tahu aku. Apa Ibuku berbicara sesuatu kepadamu?"Adora diam, memalingkan wajahnya. "Maaf, Pak ... Saya permisi."Tanpa mengacuhkan Benjamin, Adora segera menyingkir. Akan tetapi, Benjamin dengan gesit mengejar Adora.
Read more
66. Bertemu Moira
Sesuai saran dari dokter, Benjamin akhirnya kembali lagi ke rumah sakit setelah tiga hari memasang belat. Tentu saja Benjamin tidak datang seorang diri, melainkan ia bersama dengan Adora. Seperti perjanjian mereka kemarin, Adora akan membantu Benjamin menyelesaikan permasalahannya.Setelah dua puluh menit menunggu, Benjamin akhirnya diperbolehkan masuk ke dalam ruang dokter ortopedi untuk memeriksa keadaannya, sementara Adora memilih untuk duduk di ruang tunggu sembari membuka macbooknya. Di sana Adora sengaja melihat laporan pekerjaan dan menyelesaikan beberapa pekerjaan yang masih dalam jangkauannya.Fokusnya terhenti sampai ada suara lembut yang menyapa dan memanggil namanya."Kak Adora?"Adora lantas mendongakkan kepalanya dan dirinya sedikit terkejut ketika ia melihat perempuan bersurai ginger yang tampak tak asing baginya tengah berdiri di hadapannya. Adora pun segera berdiri dan berhadapan dengan Moira."Moira, kamu---" suara Adora
Read more
67. Permintaan Fara
Setelah menghabiskan waktu tiga jam untuk mengurus kegiatan medis Benjamin dan keperluan untuk mencari Moira, Benjamin dan Adora akhirnya kembali lagi ke kediaman keluarga Maghani. Selama perjalanan pulang, Adora masih membungkam mulutnya perihal pertemuannya dengan Moira di rumah sakit tadi kepada Benjamin. Bukan apa-apa, Adora hanya memegang janji yang diucapkannya kepada Moira. Namun, tetap saja Adora merasa gelisah karena pertemuan itu tak lepas dari benaknya. Adora terus saja bertanya-tanya,  bagaimana reaksi Benjamin kalau tahu yang sebenarnya terjadi? Moira sudah memiliki kekasih dan calon anak. Apa semua akan baik-baik saja?Lamunan Adora buyar saat mobil yang menghantarkan mereka sudah sampai di kediaman Keluarga Maghani."Baiklah, Adora. Terima kasih sudah membantuku. Aku akan menghubungimu lagi kalau aku membutuhkan sesuatu," ujar Benjamin."Baik, Pak."Adora menundukkan kepalanya dan berjalan meninggalkan Benjamin.
Read more
68. Permintaan Fara (2)
"Adora." Benjamin memanggil Adora setelah ia melihat Fara tampak tertidur pulas di atas pangkuan Adora. Keadaan cuaca siang itu juga sangat mendukung, angin sepoi-sepoi begitu menggoda, mereka bahkan kini membelai sisi kiri wajah cantik Adora, membuat Benjamin yang sedari tadi terduduk di samping Adora hanya dapat memandangi visual Adora yang diterpa angin. Sangat cantik, Benjamin bahkan melihat efek halo saat ini tengah mengelilingi Adora."Iya, Pak? Ada apa?"Benjamin tertegun sebentar, kemudian berdeham—hanya untuk menarik kesadarannya kembali. "Terima kasih.""Terima kasih untuk?""Terima kasih karena kamu sudah menghibur Fara," Benjamin menjeda ucapannya, "Kamu tahu—dari kemarin, Fara—dia sama sekali tidak ingin menyentuh makanannya dan terus saja menangis semenjak tahu Moira pergi dari rumah."Adora hanya terdiam, tangannya lantas mengusap pucuk kepala Fara yang ada di pangkuannya."Terima kasih karena kamu sudah ada di sisi Fara hari ini, Adora. Karenamu—Fara bisa kembali ters
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status