All Chapters of BOS & HIS SECRETARY: Chapter 41 - Chapter 50
83 Chapters
39. Akhir dari Pertemanan (2)
Adora mengembuskan napasnya saat dirinya sedang duduk termenung di ruang pertemuan di lantai 1. Dirinya masih mengingat pertengkarannya dengan Benjamin tadi sore.Benjamin tidak berkata apa-apa lagi setelahnya. Tidak meminta maaf ataupun menjelaskan apa yang terjadi padanya, seakan membiarkan masalah itu berlalu begitu saja. Tentu hal itu membuat Adora semakin kesal dengan tindakan cuek Benjamin."Apa sebenarnya maunya?" Adora ngedumel sendiri saat mengingat ekspresi yang ditampakkan Benjamin terakhir kali. Untungnya, Adora lah yang lebih dulu memutuskan hubungan ini sebelum mereka terlibat semakin jauh.Tok, tok, tokSuara pintu yang terketuk menarik perhatian Adora yang masih terlarut dalam emosinya. Lantas Adora mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Pintu itu pun perlahan terbuka dan menampakkan Pak Krisna tengah melongokkan kepalanya ke dalam ruangan. Tak lama, pandangan Pak Krisna bertemu dengan kedua mata Adora."Permisi, Non, maa
Read more
40. Akhir dari Pertemanan (3)
".... Cinderella kemudian hidup bahagia bersama dengan pangeran selama-lamanya." Setelah membacakan akhir dari kisah Cinderella, Moira lantas menutup buku dongeng di tangannya itu, kemudian menolehkan kepalanya ke arah Fara yang berada di sebelah kirinya seraya tersenyum manis.Malam ini Fara meminta Moira untuk membacakan kisah Cinderella sebagai pengantar tidurnya, tetapi anehnya, bukannya terlelap, Fara justru memperlihatkan gelagat aneh---Anak berusia 8 tahun itu merenggut sembari mencengkram selimut yang menutupi tubuhnya.Melihat hal itu, Moira kemudian mengusap pucuk kepala Fara, "Fara kenapa? Fara kangen Papa membacakan dongeng untuk Fara, ya?" tanya Moira pada Fara, berusaha menebak maksud dari gelagat Fara.Sementara itu, Fara yang terbaring di tempat tidurnya kemudian mengangkat pandangannya ke arah Moira yang terduduk di sebelahnya, "Kak Moira, kemana perginya ibu peri yang membantu Cinderella? Kenapa ibu peri tidak muncul setelah Cin
Read more
41. Kamu Memang Brengsek, Benjamin
Benjamin sekarang mulai tahu siapa laki-laki yang semalam mengobrol akrab dengan Adora. Ialah Damian, perwakilan yang dikirimkan oleh perusahaan Trust Company. Benjamin jadi merasa bodoh sendiri karena pikiran-pikiran yang muncul dalam kepalanya sedari semalam.Setelah 1 jam berlalu, Benjamin kemudian menyudahi meetingnya bersama Damian."Kalau begitu, terima kasih sekali lagi atas waktu Anda, Pak Benjamin," ujar Damian saat berjabat tangan dengan Benjamin. Benjamin membalas perkataan Damian dengan salam formal seperti biasanya, tetapi Benjamin tidak dapat mengalihkan pandangannya dari sorot mata Damian.Meski sedari tadi Damian menatap mata Benjamin, Benjamin sebenarnya tahu bahwa Damian sesekali memerhatikan sesuatu yang berada di balik tubuh Benjamin. Benjamin tentu tidak bodoh, ia mengetahui siapa yang menjadi subjek perhatian Damian itu; ialah Adora yang sedari tadi setia menemani Benjamin dalam meeting pagi itu."Kalau begitu, saya pamit terlebih dulu, Pak Benjamin.""Baiklah, m
Read more
42. Perasaan Bersalah
Desas-desus mengenai rencana perjodohan Benjamin seketika menjadi topik pembicaraan hangat di kalangan karyawan di perusahaan. Moira yang juga anak magang pun ikut mendengar desas-desus tersebut.Saking panasnya topik itu, tak sedikit karyawan yang membicarakannya dan membuat Moira yang terduduk di tempat kerjanya pun seketika menciut saat mendengar para pegawai membicarakan topik tersebut.Meski Moira berusaha untuk bersikap sewajarnya, tetapi dia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi para staf lainnya saat mengetahui kenyataan yang sebenarnya bahwa Moira lah wanita yang dijodohkan dengan Benjamin. Itu sedikit mengerikan baginya."Moiraa!"Moira sedikit terperanjat ketika seseorang memanggil namanya, ditambah lagi orang itu juga menepuk pundaknya saat pikirannya sedang melayang. Segera Moira menolehkan kepalanya ke sumber suara dan justru menemukan Irish yang sedang berdiri sembari menatapnya dengan pandangan bingung."Kenapa diem aja di sini? Enggak istirahat?" tanya Irish.Mende
Read more
43. Sudut Pandang Adora
*** Part ini adalah part sudut pandang Adora beberapa hari sebelumnya ******"Tolong siapkan sushi untuk makan siangku. Aku tidak akan makan siang di kantin nanti," adalah kalimat pertama yang keluar dari mulut Benjamin setelah Adora kembali ke mejanya usai menyelesaikan izin untuk Moira pada Pak Frans."Baik, Ben," Adora mencatat permintaan Benjamin pada tab yang dibawanya. Adora harus memesan dua set sushi kesukaan Benjamin ke restoran langganan laki-laki itu.Setelah mencatat keperluannya, Adora bersiap ingin keluar dari ruangan Benjamin. Akan tetapi, langkah Adora tertahan di tempat sebab tiba-tiba saja Benjamin melayangkan pertanyaan padanya, "Kudengar kamu ke ruangan Pak Frans tadi, apa yang kamu lakukan di sana, Adora?""Oh ... aku hanya meminta izin untuk Moira, Ben."Tangan Benjamin yang sedari tadi sibuk dengan dokumen di depannya seketika tertahan di udara tatkala dirinya mendengar jawaban yang dilontarkan oleh Adora.Beberapa detik kemudian Benjamin hanya menganggukkan ke
Read more
44. Kamu Tidak Apa-apa, Adora?
Namun, sebelum punggung Benjamin menghilang dari pandangan, Adora lebih dulu mengejarnya. Jari-jemari Adora mencengkram ujung jas yang dikenakan Benjamin hingga laki-laki itu menghentikan langkahnya."Apa semua ini karena Minggu kemarin? Apa aku melakukan kesalahan padamu dan Fara, Ben?"Benjamin melepaskan genggaman tangan Adora pada jasnya dan sedikit menolehkan kepalanya, "Tidak. Tidak ada yang salah, Adora.""Aku hanya tidak ingin membuat orang lain salah paham dengan kedekatan kita."***Hahh ... Adora menghela napasnya saat mengingat kejadian tempo hari saat Adora menanyakan isi kepalanya kepada Benjamin. Matanya kemudian melirik ke arah kiri, memperhatikan kendaraan yang juga berlaju di sampingnya. Sejujurnya saat ini Adora tidak mengerti dengan tindakan Benjamin dan apa mau laki-laki itu sebenarnya.Kemarin Benjamin mengisyaratkan bahwa Benjamin tidak ingin menimbulkan kesalahpahaman atas hubungan mereka di mata orang lai
Read more
45. Kamu Tidak Apa-apa, Adora? (2)
Damian[ Apabila kamu tidak sibuk, apa kita bisa bertemu lagi sore ini? Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu.Beritahu aku, nanti aku akan menjemputmu, Adora ]Adalah sederet pesan yang dikirimkan Damian ke nomor pribadi Adora. Adora menutup kembali layar ponselnya, tidak berniat langsung membalas pesan yang dikirimkan Damian kepadanya.Setelah makan malam kemarin, Adora tahu Damian adalah laki-laki yang baik, sopan, dan ramah. Pembicaraan mereka juga nyambung satu sama lain, ditambah selera humor mereka juga sama.Kalau kata Irish, Damian sudah sangat pas menggantikan Benjamin di sisi Adora. Namun, tetap saja, hati Adora yang belum sepenuhnya sembuh itu belum siap menerima kehadiran Damian di sampingnya, apalagi menjadikan Damian sebagai pelarian semata dari pergumulan hatinya.Adora tentu tidak setega itu pada Damian. Adora tidak ingin datang memberikan harapan pada Damian lalu pergi menghancurkannya begitu saja seperti tid
Read more
46. Kamu Tidak Apa-apa, Adora? (3)
" ... Mama juga udah kangen banget sama calon menantu Mama."Ucapan itu samar tertangkap oleh indra pendengaran Adora tatkala Adora baru saja keluar dari perusahaan. Tertarik dengan pembicaraan tersebut, Adora mengangkat pandangannya dan dirinya justru menemukan Benjamin juga ada di sana, mematung saat memerhatikan Adora keluar dari perusahaan.Adora kemudian mengalihkan pandangannya dari Benjamin dan dalam sepersekian detik Adora dikejutkan oleh pemandangan di depan matanya. Tampak Thalita sedang merangkul Moira dalam pelukannya.Jantung Adora seketika berdebar keras saat menemukan pemandangan itu. Lidahnya kelu dan keringat dingin membajuri seluruh tubuhnya. Adora tidak bisa mengalihkan pandangannya dari pemandangan itu, tetapi saat Adora berhasil menyadarkan dirinya sendiri, Adora segera menundukkan kepalanya, terlebih lagi Thalita juga tanpa sengaja melihat ke arahnya."Selamat sore, Bu Thalita," Adora memutuskan untuk meny
Read more
47. Kamu Tidak Apa-apa, Adora? (4)
Dalam satu tegukan Adora menghabiskan minuman yang ada di hadapannya. Kala itu daging asap di hadapannya tidak Adora hiraukan sama sekali. Aroma daging itu bahkan tidak mampu mengalihkan perhatian Adora dari minuman yang ada di hadapannya. Adora melanjutkan acara minumnya dengan beralih pada botol berikutnya yang sudah berdiri rapi di atas meja.Damian yang duduk di sebrang Adora pun sedikit terkekeh ketika melihat Adora tampak lihai menggunakan sikutnya untuk mengetuk-ngetuk bagian bawah botol yang ada di tangannya. Setelah beberapa kali ketukan, Adora lantas menggoyangkan botolnya beberapa kali ke arah kanan dan kiri, hingga membuat pusaran air berputar di dalam minumannya. Itu adalah trik minuman yang sangat menarik mata."Wow, kamu bisa melakukan hal seperti itu, Adora?" Ujar Damian, setengah terpana dengan keahlian Adora menyuguhkan minuman alkohol di tangannya tersebut.Adora sedikit tersenyum malu ketika menerima pujian dari Dami
Read more
48. She The Devil
Kabar mengenai Moira menjadi calon menantu keluarga Maghani sudah merebak di kantor seharian ini. Entah siapa yang pada awalnya menyebarkan berita itu, tetapi sekarang setiap orang di perusahaan sudah mulai heboh membicarakannya.Adora sebenarnya tidak peduli dengan kejadian yang tengah heboh di kantor saat ini, tetapi panggilan Benjamin pagi itu berhasil menyalakan alarm berbahaya dalam kepala Adora. Adora merasa hal buruk akan datang padanya karena masalah ini.Setelah Benjamin memutuskan sambungan telepon, Adora lantas melangkahkan tungkainya, berjalan menuju ruangan Benjamin. Sesampainya ia di sana, Adora segera mengetuk pintu ruangan Benjamin beberapa kali dan mendorong pintu tersebut. Betapa terkejutnya Adora saat dirinya justru disuguhkan oleh penampakan Benjamin yang tengah berdiri menyandar pada meja seakan sedang menunggu kedatangan Adora."Ada yang bisa saya bantu, Pak?" Tanya Adora setelah ia menutup kembali pintu ruangan Be
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status