Tous les chapitres de : Chapitre 81 - Chapitre 90
140
81. Acara Penggalangan Dana
"Kamu mau ikut saya ke acara penggalangan dana?" Nicho melontarkan pertanyaan setelah Eric turun dari mobil, sedangkan Gracia masih ada di dalam mobil."Nggak, ah. Ngapain?""Biar ada pendamping dong!""Emang acara itu darimana? Kamu salah satu yang galang dana atau apa?""Bukan. Tapi Bu Pramita yang minta saya untuk hadir,""Bentar. Bentar. Bu Pramita? Jadi ini acara kantor?""Bukan. Lebih tepatnya mengundang perwakilan dari kantor,""Big no. Tetap itu termasuk acara kantor. Tapi bentar deh, kan ini tidak ada di dalam agendamu. Kenapa bisa ada tiba-tiba hari ini?""Bu Pramita tak bisa hadir,""Ooh. Oh iya, aku udah boleh mengundurkan diri dari sekretarismu belum?""Lagi-lagi itu,""Emang kenapa?""Nggak boleh. Hanya kamu yang boleh tahu keseharian saya. Tenang saja, kamu tidak akan lama menjadi sekretaris saya. Setelah Bu Pramita kembali memimpin di tahun depan. Kamu akan terbebas, tapi yah nggak bisa jalan-jalan keluar kota lagi sih,""Iih, Bodoh!"Gracia cepat-cepat membuka pintu m
Read More
82. Aku tak Perlu Dibela!
Para wartawan berlomba-lomba memotret aksi gadis itu yang menggerubungi Violla. Para wartawan lolos dari kejaran pasukan keamanan. Cahaya flash dari kamera mulai terlihat kedip-kedip silih berganti dari satu wartawan ke wartawan lainnya.Namun, hal tersebut tak berjelang lama. Mereka harus menelan pil pahit dari petugas keamanan."Tunggu di luar!""Mbak, terima kasih tapi sebenarnya aku nggak perlu dibela," Violla, Ananta, dan Nicho masih ada di posisi yang sama. Violla memandang dengan acuh pada Ananta."Violla kamu duduk saja disini. Saya akan menasihati gadis ini," Nicho menawari."Baiklah. Jauhkan aku dari dia atau aku akan marah sekarang," Raut muka Violla berubah jauh. Dari yang awalnya senang bertemu Nicho, lalu tak berdaya menghadapi para gadis itu, dan sekarang ia harus menahan pil pahit-dibela orang lain."Sial!" Viola mengumpat dengan suara kecil.Nicho memberi instruksi kepada Ananta untuk mengikutinya."Coba jelaskan, kamu juga jadi anggota pengatur acara? Kamu tahu kan h
Read More
83. Diantar Pulang oleh Bos
Ibu Gracia melambaikan tangan kepada Nicho sebagai salam perpisahan sebelum ia dan suaminya masuk ke dalam mobil.Nicho berbalik badan saat mobil mereka sudah keluar dari parkiran mobil.Ia masih berdiri di dekat pintu masuk hotel. Masih ada beberapa tamu yang bergegas turun. Terlalu ramai. Nicho memutuskan untuk duduk di lobi hotel beberapa menit, sampai suasana tidak terlalu ramai."Pak Nicho, bapak belum pulang?" Ananta menghampiri Nicho saat ia melihat Nicho duduk di lobi hotel.Nicho mendongakkan kepalanya. "Iya, belum. Sebentar lagi."Ananta tersenyum sesaat. Lalu, ia berjalan lurus ke depan. Duduk di sofa lain. Ia memilih untuk duduk membelakangi Pak Nicho. Sungguh janggung jika mata mereka bertemu nanti."Bosan sekali menunggu disini? Lalu, kenapa dia belum pulang? Apa pacarnya telat menjemput lagi?" Nicho melihat sekeliling. Sudah tidak terlalu ramai. Namun, malah sekarang terkesan sepi.Ia melihat jam rolex yang melingkar di tangannya. Pukul 23:00."Ini sudah malam dan ini s
Read More
84. Untuk Lihat Muka Jelekmu
Jarak antara hotel dan rumah Ananta tidak terlalu jauh. Kira-kira hanya seratus meter.Sepuluh menit kemudian mobilnya Nicho telah sampai di rumah Ananta."Terima kasih telah mengantar saya pak dan saya mau minta maaf atas perbuatan saya kepada Gracia,""Kenapa minta maaf? Kamu sudah tahu letak kesalahanmu?""Maaf pak. Belum,""Lantas, kenapa kamu minta maaf? Gini ya Ananta. Kita boleh mengucapkan maaf, tetapi jangan terlalu sering karena jika keseringan, orang lain bisa meremehkanmu. Gampang lah sama dia, dia toh bilang maaf yang artinya dia memang salah. Nah, itu menjadi titik lemah kita. Kalau kita memang belum tahu salah dimana atau pun memang kita nggak salah, jangan selalu bilang maaf. Boleh sekali dan tulus. Jangan pernah mengobral kata maaf. Nanti bisa menjadi sesuatu yang tidak dihargai.""Baik, pak. Saya mengerti. Terima kasih nasihatnya. Saya turun dulu ya, pak!""Iya."Nicho memutarkan mobilnya di depan rumah Ananta. Rumah Ananta berada di tengah-tengah gang. Jalanan gang
Read More
85. Senyuman Pak Nicho Bikin Meleleh
Alarm yang memekakkan telinga terdengar menggema di dalam kamar Gracia. Dengan keahliannya, dengan mudahnya ia mematikan alarm tanpa melihat keberadaannya."Capek sekali hari ini. Baru bisa tidur jam 3 subuh. Lalu, kadang kebangun. Sekarang udah jam 6. Seandainya aku dikasih waktu untuk bangun lebih siang!"Ia ngedumel pagi-pagi. Namun, tumpukan kerjaan kembali terngiang-ngiang mengitari otaknya."Kerja supaya ada kesibukan, malah sekarang sibuk benaran. Apa mimpi punya penerbitan sendiri harus aku korbankan?""Gracia! Kamu mau jadi apa? Anak gadis harus rajin bangun pagi-pagi!" Seperti biasa Ibu Gracia berteriak dari lantai bawah."Iih, merusak mood aku ma!" Gracia balas berteriak.Ia turun dari tempat tidur. Menarik handuk mandinya.***"Ma, pagi-pagi sarapan apa nih?" Ananta sudah selesai mandi. Tinggal mengusap krim wajahnya, lalu ia akan sangat siap untuk menyantap sarapan pagi."Simpel. Sup kentang dan ikan asin,""Asik. Ikan asin."
Read More
86. Gosip Terus! Tancap gas!
Ananta masuk kembali ke ruangan tanpa bicara dengan siapa pun. Seperti yang ia lakukan selama ini."Hei, Ana lagi masuk itu.""Dengar-dengar dia sama Gracia lagi ada konflik. Akhirnya, mata teman kita terbuka juga. Emang ya, orang itu sok baik banget sih. Iya nggak?""Jangan gitu dong. Kasihan kalau dia dengar.""Bagus dong itu. Kalau dia dengar, berarti dia bisa introspeksi diri. Iya nggak sih teman-teman?""Ini kantor bukan tempat gosip." Nicho berbicara dengan lantang.Beberapa karyawan yang berada di sekitar sana memasang mata."Maaf, pak!" Dua orang karyawan wanita itu menjawab berbarengan.Ananta sudah terlalu biasa mendengar pernyataan seperti itu. Awalnya sakit, tapi lama-kelamaan ia jadi kebal.Ia berjalan terus, tanpa melihat ke belakang lagi. Walaupun ia terbiasa mendengar pernyataan itu, tetap saja ia benci. Bahkan Pak Nicho yang membela dirinya pun tidak terdengar olehnya."Kalian berdua ikut saya ke kantor!"Nicho berjalan melewati mereka, berjalan cepat ke kantornya. Du
Read More
87. Misi Dimulai!
"Pak Nicho, silakan masuk, pak," Bu Lina mengundang masuk.Ananta reflek mundur ke belakang. Memberi ruang Pak Nicho untuk masuk ke dalam ruangan Bu Lina. Walaupun sebenarnya ruangan Bu Lina tak kecil-kecil amat."Bu, saya permisi dulu ya!" Ananta memutuskan untuk pamit. Ia tidak mau menganggu Pak Nicho dan Bu Lina."Tunggu. Sekalian kamu disini, ada yang perlu saya tanyakan kepada Bu Lina tapi kamu harus mendengarnya juga," Nicho menatap Ananta sesaat lalu kemudian menatap ke arah Bu Lina."Bu Lina, ada yang perlu saya tanyakan. Namun hal ini tidak secara langsung berhubungan dengan pekerjaan, tetapi tetap harus diluruskan. Apakah boleh?""Bo-boleh Pak Nicho. Apapun itu, selagi saya bisa jawab, akan saya jawab," Bu Lina membalas dengan senyuman. Gerakan tangannya berubah, yang awalnya terbuka, kini dikatupkan di depannya, di atas meja.Nicho menarik kursi yang ada di depannya. Mempersilakan Ananta untuk duduk. Lantas kemudian dia juga menarik kursi lainnya."Bu Lina, ibu ini sudah sen
Read More
88. Berikan Pelumas dengan Dijilat
Ini kali kedua Ananta masuk ke dalam ruangan Nicho yang serba putih emas. Kini ketegangan meliputi dirinya. Berulang kali ia menarik napas dan melepaskannya kembali."Coba kamu buat artikel dengan tema pekerjaan penulis. Buat sebebas mungkin. Lalu, kamu masukkan ke meja editor. Satu minggu kemudian, kamu baca hasil tulisanmu kembali dan merevisinya,""Apa ada projek majalah baru pak?""Kerjakan saja apa yang saya katakan. Saat kamu revisi bawa hasil revisianmu. Bilang saja ke editor bahwa ini tugas khusus dari saya. Sampai sekarang kamu mengerti?""Mengerti, pak!""Okelah kalau begitu. Seminggu kemudian kamu balik kesini,""Baik, pak. Saya permisi dulu!"Klik.Pintu tertutup.Saat Ananta keluar dari ruangan Nicho. Saat itu juga matanya bertemu dengan mata Gracia yang memang masih memperhatikan ruangan Nicho."Hai!" Ananta melambaikan tangannya.Gracia membalasnya dengan membuang muka dan tak berkata satu kata pun."Hai, Ananta!" Aini yang melihat kejadian ini di depan matanya segera m
Read More
89. Masuk Lubangnya yang Benar Dong!
"Hei, kalau mau di tempat lain. Mahal. Mesti bayar orang. Kalau ada yang gratis dan ada yang cantik disini. Kenapa nggak?""Iih. Kamu kan orang kaya. Tinggal beli baru dan nggak usah begini," Gracia melempar celana Nicho yang digenggamnya dari tadi."Eh, kok malah main lempar-lempar sih? Celana ini mahal tahu,""Bodoh! Kan situ banyak uang!""Astaga, ayo cepetan. Kamu sudah memulainya, kamu juga yang harus menyelesaikannya,""Iya-iya. Sini. Mana celananya,""Kan gini bagus,""Au..Arrgh," Gracia memekik cukup keras."Kenapa?""Ketusuk ini,""Udah sini-sini. Pelan-pelan dong!"***"Akhirnya ini selesai juga. Aku sekarang ke meja editor aja kali ya. Mana tahu aku bisa ngobrol lebih dalam dengan Gracia,"Ananta melepaskan earphone-nya. Membawa flashdisk yang sudah diisi oleh dokumen artikel."Eh, kok Gracia nggak ada?"Kantor Gracia benar-benar sepi. Lampu memang terang, tapi nggak ada seorang pun disini."Mungkin di meja sekretaris!"Ananta berjalan menuju ke ruangan Nicho."Arrgh! Pelan
Read More
90. Emang Kita Sedekat Itu?
Malam ini nampak cerah. Bintang di langit juga enggan menyembunyikan dirinya. Mungkin awan sedang malas untuk membantu mereka bersembunyi.Kedai Koopi ramai seperti biasa. Hilir mudik konsumen terpantau ramai lancar. Cielah...kenapa malah seperti laporan lalu lintas."Benar juga ya. Aku sepertinya harus merasa beruntung berteman denganmu karena aku punya teman yang kaya,""Kok malah sepertinya?""Iya, sepertinya beruntung tapi karena ada kandungan sifat cerewet dan bawelnya. Apalagi suka curhat sana-sini. Itu yang menjadi kekurangannya,""Semua orang berhak punya kekurangan kali,""Iya. Ampun bos.""Lalu, kenapa kamu selalu saja sendiri disini. Aku nggak pernah lihat pacarmu ada disini?""Memangnya kalau pacar aku kesini, harus absen sama kamu gitu?"Stanley meneruskan memeriksa laporan keuangan kedainya. Tidak ada yang buruk. Hanya pendapatan yang berkurang dari bulan sebelumnya.Ia mendesah sekali, agak kuat."Kenapa? Terbukti omongan aku benar? Dia nggak pernah kesini?""Pernah kok
Read More
Dernier
1
...
7891011
...
14
DMCA.com Protection Status