Lahat ng Kabanata ng Cincin Perenggut Perawan: Kabanata 21 - Kabanata 30
64 Kabanata
21. Jody di Interogasi
“Jody.. kamu sudah tahu kalau Sarlita hamil?”Jody tergagap mendengar pertanyaan Mama Sarlita, sulit dia mengatakan sudah tahu. Tapi, kalau mengatakan tidak tahu pun rasanya tidak mungkin. “Belum tahu, Ma.. “ cuma itu yang bisa dikatakan Jody“Kamu tahu? Kehamilan Sarlita sudah memasuki usia tujuh minggu! Sudah berapa lama kalian berhubungan?”“Sudah hampir tiga bulan, Ma.”Kegarangan Jody sebagai lelaki tiba-tiba hilang begitu saja, saat diinterogasi Mama Sarlita. “Saya minta kamu jelaskan pada orang tua kamu, bahwa Sarlita hamil. Dan kamu harus menikahinya!!” tegas Mama Sarlita. “Tapi Ma.. aku gak berani untuk mengatakan itu pada kedua orang tua saya.” ucap Jody dengan wajah memelas. Mama Sarlita seketika mulai mengkelap mendengar jawaban Jody, dia sudah menduga kalau Jody adalah lelaki pengecut. “Apa!!? Kok kamu berani melakukannya pada Sarlita!? Harusnya, kamu juga berani hadapi orang tua kamu!!” nada suara Mama Sarlita mulai meninggi. “Saya berani kalau Mama bersedia mendam
Magbasa pa
22. Belum Mendapat Restu
“Kamu ini gimana sih? Pacarannya gak ketahuan, gak tahunya udah hamil aja!! Terus kamu mau hidupi dengan apa anak dan isteri kamu!!?”“Pliiiss Ma.. bantu Jody untuk bicarakan ini sama Papa.”“Mama akan usahakan, tapi Mama tidak janji kalau Papa merestui rencana kamu!!”Jody merasa kalau usahanya tidak berhasil, karena dia tahu persis karakter Papanya. “Sebagai perempuan, Mama bisa memaklumi perasaan Sarlita. Mama tidak masalah kalau kamu mau menikahi dia.”“Nah! Itu maksud Jody, Ma.. Mama rayu Papa agar mau menikahkan Jody sama Sarlita.”Jody katakan pada Mamanya kalau dia sudah bertemu Mama Sarlita. Mama Sarlita menuntut tanggung jawab Jody. Namun, Mama Jody tidak ingin masalah itu hanya menguntungkan satu pihak. “Mama tidak ingin terjadinya pernikahan hanya karena tekanan orang tua Sarlita, Jod!! “Tapi Ma, sebagai pihak laki-laki kita memang harus bertanggung jawab?”***Mama Sarlita jelaskan, bahwa Papanya akan segera datang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi Sarlita, “P
Magbasa pa
23. Sebuah Pertemuan
Tiga hari kemudianSesama kepala dinas di sebuah instansi, tentunya mudah bagi Papa Sarlita - - Wiryawan Wicaksono untuk menemui Tantrianus Samosa, Papa Jody. Wiryawan menemui Tantrianus di ruang kerjanya, “Lho? Pak Wiryawan kapan datang? Ada apa nih tiba-tiba ke Jakarta?”“Maaf pak Tantri.. pertemuan ini di luar konteks pekerjaan. Saya datang dalam misi anak-anak kita.”Tantrianus belum memahami apa yang dikatakan Wiryawan, dia kembali bertanya pada Wiryawan, “Maksudnya gimana Pak? Saya benar-benar belum mengerti?” Tantrianus mengernyitkan dahinya. “Ini semua di luar kekuasaan kita pak, ternyata selama ini anak saya Sarlita berhubungan dengan Jody anak bapak.”“Ooo Sarlita itu anak bapak? Saya baru mengerti, kemarin memang Mama Jody juga sudah cerita soal ini.”Tantrianus merasa satu level dengan Wiryawan. Sehingga dia bisa membicarakan persoalan itu secara lapang dada. Tantrianus secara tidak langsung merasa keberatan pada awalnya, karena Jody dan Sarlita masih kuliah. Tapi, al
Magbasa pa
24. Dalam Sangkar Emas
Satu bulan kemudianSebuah pernikahan tanpa perayaan sudah dilalui. Pernikahan yang seharusnya begitu sakral dan hanya dilakukan satu kali seumur hidup, tidak memberikan kebahagiaan bagi Sarlita. Kuliahnya terbengkalai, sehari-hari hanya diisi Sarlita dengan meratapi nasibnya. Sesuatu yang tidak pernah dipikirkan Sarlita sebelumnya, kini di rumah yang begitu besar dan dihuni hanya 4 orang dan beberapa pembantu. Sarlita serasa disangkar emas, terkurung tanpa bisa melakukan apa pun. Saat Jody sudah berangkat kuliah, Sarlita hanya bermalas-malasan di kamar. Ibu mertuanya menegurnya, “Kamu itu lagi hamil, harusnya banyak bergerak dan beraktivitas.” tegur mertuanya “Tapi Ma, Sarlita harus mengerjakan apa? Semua sudah dikerjakan pembantu.”Bukan hanya kali itu Sarlita ditegur mertuanya, hampir setiap hari ada saja yang dijadikan masalah. “Ya setidaknya kamu olahraga kecil di luar rumah, Sar. Maaf kalau Mama agak cerewet, semua demi kamu kok!”Sarlita mencoba cari kesibukan di dapur, di
Magbasa pa
25. Puncak Pertengkaran
Sarlita tak kuasa menahan kesedihan, dia merasa sendirian menghadapi masalahnya. “Jod! Kalau saja kamu ada diposisi aku, kamu pasti berontak..” Sarlita membanting tubuhnya ke tempat tidur. Sarlita menumpahkan airmatanya di atas bantal. Ada perasaan iba di hati Jody, saat mendengar ratapan penuh penyesalan Sarlita. Jody menghampiri Sarlita, diusapnya punggung Sarlita, “Sar.. kamu benar, aku gak bisa merasakan apa yang kamu derita.” ucap Jody lirih. Sarlita berbalik menatap Jody dengan masih berurai airmata. Sarlita terlihat sangat cantik dengan segala kepolosan wajahnya. Jody tertegun sejenak menatap Sarlita dengan mata yang juga berkaca kesedihan. Jody peluk Sarlita dengan penuh kasih sayang, “Sayang.. maafkan aku ya, yang belum bisa membuat kamu bahagia.” Sarlita tambah terharu dan tangisnya semakin menjadi, dia larut dalam pelukan Jody. “Jod.. Aku cuma butuh kasih sayang saat ini, aku gak butuh apa-apa dari kamu.” ucap Sarlita disela isak tangisnya. Jody mempererat pelukan
Magbasa pa
26. Sebuah Kabar
Setelah bercinta dengan Sarlita, Jody ingin pergi nge-gym. Sarlita menganggap Jody selalu berusaha mencari kesibukan di luar. “Kamu mau ke mana Jod? Keringat kamu juga belum kering, kok udah mau pergi begitu saja?”“Maaf Sar, aku ada jadwal nge-gym dan basket sore ini, bukan aku gak rindu sama kamu.” ucap Jody seakan tak menghiraukan apa yang dikatakan Sarlita. Sarlita inginnya Jody menimbang perasaannya, karena mereka baru saja bercinta dan keringat pun belum kering. Tiba-tiba Jody ingin pergi begitu saja. Sarlita bangun dari tempat tidur, dihampirinya Jody dan Jody tetap bersikukuh ingin pergi. Ponsel Sarlita ada nada sambung masuk, dia mengambil ponselnya yang ada di sisi tempat tidur. “Ya Runi.. ada apa? Kok kamu sedih gitu?” Ternyata telepon dari Seruni, adik Sarlita. Dia mengabarkan kalau Mamanya dalam keadaan sakit. “Sudah berapa hari Mama sakitnya?”“Udah dua hari kak, Mama gak mau aku kasih kabar pada kakak.”Jody yang tadinya ingin keluar rumah, mengurungkan niatnya. D
Magbasa pa
27. Jody Aktual
Sampai di Bali, Sarlita langsung ke rumah sakit. Dia Ngurah Rai Sarlita di jemput supir Wiryawan. Raut wajah Sarlita tidaklah cerah, kekecewaannya terhadap Jody tergurat jelas diwajahnya. Di dalam mobil, Sarlita memandang keluar jendela. Tatapannya kosong, antara kecemasan terhadap kondisi Mamanya dan perilaku Jody saat ditinggalkannya. “Bapak tahu bagaimana kondisi Mama?” tanya Sarlita pada supir Wiryawan. “Saya tidak banyak tahu, Non Sarlita. Yang saya tahu, ibu sudah sakit sejak pulang dari Jakarta.”“Oh ya? Dari mana bapak tahu?”“Waktu saya jemput di airport, ibu sudah kurang sehat. Di mobil juga sering muntah.”Itulah yang tidak diketahui Sarlita. Seruni tidak menceritakan apa yang dialami Mamanya. Seruni hanya katakan kalau Mamanya sakit sejak dua hari yang lalu. “Papa sendiri gimana? Saat tahu Mama sakit?”“Pak Wiryawan ya gitu, beliau tetap bersikap tenang. Alasannya, agar tidak bertambah yang sakit.”Sarlita sangat kenal watak Papanya, selalu menjadi benteng pertahanan t
Magbasa pa
28. Jody Kencani Dissa
Jody tidak berhenti merayu Dissa, dan berusaha mengikuti irama Dissa. Sehingga dia tahu kelemahan Dissa yang mudah disanjung. Jody selalu mencari celah untuk menaklukkan Dissa, yang di matanya sangat mudah untuk ditaklukkan. Di sela itu, Jody terus suguhi Dissa dengan minuman keras. Di Cafe tempat mereka bertemu memang menyediakan minuman beralkohol. Dalam kondisi ‘play’ Dissa semakin mabuk sanjungan. Momen itu dimanfaatkan Jody untuk mengajak Dissa kencan di hotel. Dissa seperti kerbau yang dicucuk hidungnya, mudah mengikuti keinginan Jody. “Kamu jangan salah, Jod! Aku gak pernah menolak kencan dengan kamu.” itu diucapkannya dalam posisi ‘play’ dan giting. “Iya.. Dis, aku tahu kalau sikap kamu itu bukan penolakan. Okey.. sekarang kita harus pergi dari sini, Dis.” bisik Jody“Hayyuuk.. atuh, siapa takut!?” Jody membopong Dissa yang mulai terhuyung-huyung. Jody merasa usahanya hampir berhasil. Sepanjang jalan Dissa terus nyerocos hal-hal yang tidak dimengerti Jody. Dalam pikiran
Magbasa pa
29. Akal Jody
Jody selalu punya akal untuk meyakinkan Sarlita. Jody telepon teman dekatnya di kampus untuk memotret suasana di ruang kuliah. Setelah mendapatkan kiriman foto, dia mengedit sedemikian rupa seakan dia sedang berada di ruang kuliah. Foto-foto itu dikirimkan Jody ke Sarlita dengan memberikan pesan, [Sorry Sar.. Aku lagi kuliah..] Setelah mengirimkan foto dan pesan tersebut, Jody melanjutkan kencannya dengan Dissa. “Dis.. kamu kok mlehoy gitu? Belum juga diapa-apain?”“Kepalaku berat banget Jod, kamu sih terlalu lama serangannya..” jawab Dissa dengan malas-malasan. Jody sangat terganggu dengan adanya telepon dari Sarlita, seketika moodnya untuk bercinta hilang. Sementara, Dissa pun keburu kehilangan gairah. Jody terus mencoba melakukan foreplay, namun tidak ada respon dari Dissa. Jody sudah hopeless dan merasa gagal untuk kedua kalinya. Padahal, ibarat seorang strikers Jody tinggal hanya menentang bola ke gawang. Hasratnya tak tersalurkan, Jody merasa pusing. Dia hanya bisa bertin
Magbasa pa
30. Marchiano
Saat Sarlita masuk ke dalam rumah, dia melihat Wiryawan—Papanya sedang berbicara dengan koleganya. Seorang pemuda yang tergolong Eksekutif Muda dan Sarlita memberikan salam, “Selamat sore Pa.. “ ucap Sarlita“Sore Sar.. Lho? Kok kamu pulang? Ada apa?”Sarlita jelaskan pada Papanya kalau dia disuruh pulang sama Mamanya, agar bisa istirahat. “Oh ya Sar, kenalin ini Marchiano relasi Papa dari Jakarta.”Sarlita pada awalnya tidak terlalu peduli dengan kehadiran Marchiano. Tapi, karena disuruh kenalan Sarlita pun pada akhirnya memperhatikannya dan memperkenalkan diri, “Sarlita.. “ Ucap Sarlita sembari mengulurkan tangannya. Marchiano pun menyambut uluran tangan Sarlita, “Marchiano.. panggil aja Kiano.”Sarlita membayangkan sosok Marchiano yang ada dihadapannya adalah Jody. Tapi, bayangannya seketika pudar. Jody dan Marchiano jauh panggang dari api. “Yaudah Pa.. Sarlita masuk ke kamar dulu ya.”“Ya sayang.. kamu istirahat aja ya. Nanti Papa mau bicara sama kamu.”Sarlita meninggalkan W
Magbasa pa
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status