All Chapters of Cincin Perenggut Perawan: Chapter 11 - Chapter 20
64 Chapters
11. Muslihat Jody
Jody memperlihatkan sikap manisnya pada Sarlita. Namun, Sarlita yang sudah mengenal watak Jody tidak mengubah sikapnya. Dia tidak ingin terhanyut dengan muslihat yang diperlihatkan Jody, Sarlita tidak terlalu menghiraukan kehadiran Jody. “Sar.. aku antar kamu ke dokter ya? Biar kita tahu bagaimana perkembangan janin yang ada dikandungan kamu.” Jody berusaha mengambil hati Sarlita. “Gak usah! Kalaupun aku mau periksa, tidak perlu kamu antar.”“Kenapa Sar? Apa aku sudah tidak pantas bersikap baik terhadap kamu?”“Bukan tidak pantas! Aku hanya ingin melatih diri tanpa kamu, Jod!!”Sarlita seakan tidak mempercayai semua kebaikan Jody. Baginya, apa yang sudah dilakukan Jody itu tidak termaafkan. Bahkan Sarlita sudah mempersiapkan diri jika harus berpisah dengan Jody. “Kenapa kamu tidak memberikan ruang sedikitpun padaku, Sar? Jangan bikin aku bingung menghadapi situasi ini.”“Pilihannya ada di tangan kamu, Jod. Aku hanya menerima apapun yang akan menjadi keputusan kamu.”***Hari demi ha
Read more
12. Mama Sarlita Datang
Saat Mama Sarlita sudah berada di Jakarta, hal pertama yang menjadi pusat perhatiannya adalah perubahan fisik Sarlita. “Wajah kamu kok tembem gitu, Sar? Kamu gak sedang hamil kan?”“Masak hamil sih, Ma? Perut rata gini dibilang hamil?” Sarlita balik bertanya sembari memegang perutnya. Mama Sarlita melihat perut Sarlita dan memegangnya, hampir saja Sarlita menepis tangan Mamanya. “Kamu sudah punya pacar?” Selidik Mama Sarlita“Kok Mama tiba-tiba tanya itu sih? Kan wajar Ma, seusia aku pacaran?”Mama Sarlita menatap wajahnya dengan pasat, “Kenapa? Kamu keberatan Mama tanya soal itu? Mama cuma mau ingatkan kamu, di Jakarta harus hati-hati bergaul.”Deg! Jantung Sarlita serasa dihujam mendengar kata-kata Mamanya, Sarlita berusaha memperlihatkan ekspresi wajah yang biasa saja. “Sarlita tahu diri, Ma .. Mudah-mudah Sarlita bisa menjaga diri.” jawab Sarlita dengan tenang. Mama Sarlita mengajak untuk pindah ke hotel, karena kamar Sarlita terlalu sempit dan tidak cukup untuk bertiga. S
Read more
13. Kepergok Windi
Seketika wajah Jody pucat pasi melihat Windi yang ada disampingnya, “Kenapa Jod? Kamu tengsin sama aku?” canda Windi. “Eeh.. Win! Kenalin nih Dissa temannya Sarlita, aku kebetulan ketemu dia.” Jody salah tingkah sambil memperkenalkan Dissa pada Windi. “Gacoan baru, Jod?” Windi sengaja tanyakan itu di depan Dissa. Jody ajak Dissa segera meninggalkan club. Windi tersenyum puas menatap kepergian Jody dan Dissa. “Dasar playaboy cap topi miring!!” ucap Windi dengan kesal. “Itu siapa, Jod? Mantan kamu?” tanya Dissa sesaat sebelum masuk ke mobil. Setelah duduk di belakang stir, Jody baru jawab pertanyaan Dissa, “Dia pernah aku tolak cintanya, karena bukan tipikal cewek yang aku sukai. Mulutnya lemes, Dis.”“Oh ya? Bukannya Sarlita itu tipikal cewek yang kamu sukai? Kok kamu lepehin begitu aja, Jod?”“Menurut Sarlita, Mamanya gak suka sama aku. Jadi aku dilepehin sama dia.” ***“Nanti juga aku kenalin sama Mama, tapi anaknya cuek, Ma. Mama pasti suka deh, anaknya handsome kok.”“Nah! Gi
Read more
14. Puncak Kepasrahan
Terpampang di ponsel Sarlita beberapa foto kemesraan Jody dan Dissa saat Berdansa. Sarlita merasa kalau Dissa sudah mendustainya, karena dari foto-foto itu jelas terlihat sebuah kemesraan. Sangat berbeda antara ucapan Dissa dengan kenyataan yang ada. Sarlita bertanya dalam hati, “Apa tujuan Dissa menceritakan pertemuannya dengan Jody?”Setelah sampai di tempat kost-nya, Sarlita mencoba untuk menenangkan diri. Meskipun berbagai pertanyaan dan kecurigaan terus bersemayam dalam benaknya. Sarlita kembali mengingat persahabatannya dengan Dissa. Tidak pernah Dissa memperlihatkan ketertarikannya pada Jody, saat dia perkenalkan Dissa dengan Jody. Namun, Sarlita tidak bisa menduga kalau Jody diam-diam menyukai Dissa. ***Di kamarnya, Jody tidak bisa memejamkan mata. Dia tidak menyangka kalau Dissa menolak ajakan kencannya. Bagi Jody, itu bak pukulan telak yang menghantam rahangnya. Belum pernah dia ditolak gadis yang diajaknya kencan, baru Dissa yang menolaknya. Malam menjelang larut Jody
Read more
15. Gedebong Pisang
“Mau apa kamu datang malam ini, Jod? Inikan sudah larut malam?”“Aku ingin menemani kamu tidur, Sar.” jawab Jody sembari memaksa masuk. Sarlita tidak kuasa menahan keinginan Jody, dia sadar kalau Jody adalah suami sahnya. Dibiarkannya Jody masuk, dia hanya bisa menatap Jody yang langsung berbaring di tempat tidurnya. “Okey.. aku izinkan kamu tidur di sini malam ini. Tapi, pagi-pagi kamu sudah harus bangun dan pergi dari sini. Aku tidak ingin Mama memergoki kamu ada di kamarku.” pinta Sarlita. Sarlita mengambil bantal dan gulingnya, serta selimut yang digelarnya di lantai. Melihat Sarlita ingin tidur di lantai, buru-buru Jody melarangnya. “Kamu sedang hamil, Sar, jangan tidur di lantai. Biar aku yang tidur di lantai, kalau kamu gak mau tidur bersamaku.” Jody turun ke lantai, dia minta Sarlita pindah ke atas tempat tidur. Sarlita tidak menyangka kalau Jody begitu perhatian dengan kondisinya yang sedang hamil. Sarlita mengikuti keinginan Jody dan pindah ke atas tempat tidur. Sement
Read more
16. Kembali Menegang
Sarlita kembali kecewa, dia berharap Jody menginap di kosannya. Ternyata, setelah berhubungan intim, Jody ingin segera meninggalkan Sarlita begitu saja. “Gak salah kamu, Jod!? Emang kamu mau kemana lagi? Kok enak banget habis begitu kamu mau langsung pergi?” Sarlita bangun dari tidurnya dan menatap Jody dengan kecewa. “Kalau aku paksakan tidur di sini, aku akan bangun kesiangan, Sar. Lebih baik aku pulang dan tidur di rumah.”“Terus! Kamu ke sini Cuma mau melepaskan hasrat kamu aja? Aku Cuma kamu anggap sebagai tempat pelepasan ya!!?” Sarlita tak kuasa lagi menahan amarahnya. “Aku minta maaf kalau aku salah, Sar. Tapi, aku memang tidak mungkin tidur di sini.” Ujar Jody sembari terus ngeloyor pergi. Dia tidak lagi menghiraukan kata-kata Sarlita yang semakin tajam menghujam jantungnya. Sarlita hanya bisa menahan tangisnya, seakan tidak ada lagi airmata yang tersisa. Berbagai penyesalan menumpuk di dada Sarlita. Cincin pertunangan yang penuh kepalsuan itu menjadi sumber malapetaka y
Read more
17. Casting Iklan
Sarlita tidak menduga kalau Dissa juga ikut Casting. Proses seleksi yang ketat, karena peserta yang ikut pun cukup banyak membuat Sarlita hopeless. “Sepertinya aku gak ikutan, Dis, banyak syarat yang gak bisa aku penuhi.” Sarlita seperti orang yang kalah sebelum berperang. “Gak ada yang berat deh, Sar, syaratnya cuma pakai swimsuit. Selebihnya biasa aja.”Sarlita tidak mungkin menggunakan pakaian renang, karena dia harus menyembunyikan kehamilannya. Kristo menghampiri Sarlita dan menanyakan kesiapannya, “Kok kamu belum ganti pakaian renang, Sar? Kamu tinggal minta sama wardrobe kok?”Dissa yang merasa Sarlita adalah pesaingnya, sangat senang Sarlita menolak ikut casting. Namun, dia pura-pura menyesalinya, “Wah! Gak asyik kalau kamu gak ikutan, Sar. Padahal aku ingin kita berdua yang jadi bintangnya.” ujar Dissa seakan menyesali. Sarlita pamit begitu saja pada Kristo dan Dissa, dia keluar ruangan casting. Di halaman luar kantor Advertising, Sarlita melihat mobil Jody di kejauhan.
Read more
18. Feeling Mama Sarlita
Setelah Jody pulang, Mama Sarlita mengungkapkan sesuatu yang di luar dugaan Sarlita, “Sar.. sudah berapa lama kamu berhubungan dengan Jody? Kok Mama kurang respek sama Jody, Sar? Kamu serius berhubungan sama dia?” tanya Mama Sarlita. Jody memang tidak pandai berasa-basi, sehingga karakter aslinya tampak secara terang benderang. Bahkan saat pamit pulang pun Jody tidak memperlihatkan sikap hormatnya pada Mama Sarlita. “Kok Mama nanya sampai segitunya? Ada yang salah dari Jody, Ma?” Sarlita malah balik bertanya. “Kamu belum jawab pertanyaan Mama, kok malah balik bertanya sih? Jawab dulu dong pertanyaan Mama.”Sarlita jelaskan pada Mamanya bahwa, dia belum lama berhubungan dengan Jody. Sarlita juga tidak terlalu setuju dengan penilaian Mamanya terhadap Jody. “Apa alasan Mama tidak respek pada Jody?”“Jody memang ganteng, Sar. Tapi, dia bukanlah tipikal lelaki yang setia. Dari sikapnya yang pecicilan, kelihatan kalau dia Play Boy.”Sarlita terus berdalih dan membela Jody dari tuduhan
Read more
19. Morning Sickness
Sarlita mengunjungi Mamanya di hotel, karena perasaan bersalah yang begitu besar. Sarlita memang belum punya pengetahuan tentang kehamilan, dia menganggap hal biasa saat mengalami muntah dan mual (morning sickness). Mama Sarlita curiga melihat Sarlita kerap muntah dan mual, “Kenapa kamu, Sar? Masuk angin?” tanya Mama Sarlita. “Gak tahu nih, Ma.. Dari bangun tidur begini terus.” jawab Sarlita dengan polosnya. “Kamu kurang tidur semalam? Atau malah gak tidur?” cecar Mama Sarlita. Ada kecurigaan yang mendalam di benak Mama Sarlita. Sebagai wanita yang sudah berpengalaman tentang masa-masa kehamilan, hal seperti itu dianggapnya bukanlah hal yang biasa. Sarlita pun tidak membayangkan kalau apa yang dialaminya itu adalah Morning Sickness. Sesuatu yang dialami wanita saat kehamilan memasuki usia 7 minggu. Sarlita dipapah oleh Mamanya ke tempat tidur, “Kamu tiduran deh, biar Mama gosok minyak kayu putih perut kamu.”Mendengar itu, Sarlita sempat khawatir kalau Mamanya sempat tahu kead
Read more
20. Prasangka yang Terbukti
Deg!! Wajah Sarlita pucat-pasti, apa yang ditakutkannya benar terjadi. Sementara Mamanya tetap bersikap biasa di depan dokter. Sarlita memaksakan mengekspresikan kesenangan, “Ooh.. terima kasih dokter.” hanya itu yang dikatakannya sembari menyunggingkan senyum yang dipaksakan. “Kenapa kamu tidak bersuka cita, Sar? Sementara banyak wanita di dunia ini sangat mengharapkannya?” pertanyaan Mamanya begitu menohok. “Ma.. nanti kita bahasnya,” ucap Sarlita. “Jadi secara umum kesehatan saya gak ada masalah dok?”“Gak ada mbak, apa yang mbak alami itu biasa di sebut Morning Sickness.”Karena memang hanya karena morning sickness, maka Sarlita dan Mamanya segera pulang. Dalam perjalanan ke hotel, Mama Sarlita berpikir keras untuk menghadapi situasi yang tidak diinginkannya tersebut. Sarlita merasa berdosa karena telah berbohong pada Mamanya. Tidak ada kemarahan terpancar di wajah Mama Sarlita, karena dia harus menjaga situasi agar tidak membuat Sarlita tertekan. Sesampai di hotel, Sarlita
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status