All Chapters of Sisi Lain Pelakor: Chapter 31 - Chapter 40
102 Chapters
Bab 31
"Berhenti di sini saja, Mas."Aku turun sedikit jauh dari rumah Cindy. Berjalan perlahan sembari menenteng dua kantung plastik berwarna hitam. Telinga ku tajamkan agar bisa mendengar apa yang ibu-ibu kompleks bicarakan di depan rumah sahabatku. Namun tetap saja tak bisa mendengar apa yang mereka perdebatan. Hanya tatapan garang dari ibu-ibu."Itu dia Yasmin!" teriak wanita berdaster biru muda. Seketika semua mata tertuju padaku. Mereka seperti singa kelaparan yang siap menerkamku."Sini kamu!" Teriak wanita dengan rambut sebahu. Tangannya disilangkan di dada dengan mata melotot ke arahku.Ya ampun, ini belum malam tapi para setan sudah keluar dari sarangnya."Ada apa ini, Cin?" Ku senggol pundak Cindy. Namun dia justru mengangkat bahunya."Orangnya sudah datang, aku masuk dulu." Cindy berjalan masuk ke rumah. Namun seorang ibu menarik lengannya hingga akhirnya dia kembali berdiri di halaman rumah."Ada apa ini?" tanyaku penasaran.Semua mata tertuju padaku,menatapku dengan penuh keben
Read more
Bab 32
Brian duduk di kursi tepat di samping ruang IGD. Menunggu Yasmin dengan perasaan tak menentu. Entah bahagia atau pun kasihan. Perasaan itu seolah melebur menjadi satu. Hingga ia tak tahu harus bagaimana. Sebenarnya di hati Brian mulai tumbuh rasa tertarik kepada wanita simpanan ayahnya. Bukan karena cantik. Namun Yasmin seolah memiliki pesona tersendiri. "Sedang menunggu siapa, Mas?" tanya seorang lelaki yang tiba-tiba duduk di sampingnya. "Teman, Pak," jawab Brian lalu keduanya saling diam. Suster masuk dan keluar silih berganti. Banyaknya pasien di Instalasi Gawat Darurat membuat para suster dan dokter keteteran. Pintu ruang IGD dibuka perlahan dari dalam. Seorang suster berpakaian serba putih keluar. Netranya menoleh ke kanan dan kiri. Rupanya dia tengah mencari anggota keluarga salah satu pasien yang ada di dalam. "Keluarga pasien atas nama Yasmin?" ucapnya sedikit keras dengan mata menoleh ke sana ke mari. Brian segera berdiri, berjalan membungkuk saat melewati lela
Read more
Bab 33
Yasmin tersenyum datar, ia sama sekali tidak percaya dengan cinta pada pandangan pertama. Baginya cinta tumbuh karena terbiasa bersama. Sama seperti yang ia rasakan terhadap Bagaskara. Rasa nyaman dan harta melimpah membuatnya jatuh hati pada ayah Brian. "Jangan terlalu berharap, aku memiliki kekasih," ujar Yasmin lembut. "Ya, kekasihmu adalah ayah kandungku." Brian berkata tapi hanya di dalam hati. Selanjutnya semua diam, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Hingga akhirnya kendaraan roda empat milik Brian berhenti tepat di depan kontrakan Cindy. "Terima kasih, Rian." Brian mengangguk lalu melajukan mobil meninggalkan Yasmin yang berdiri seraya melambaikan tangan ke arahnya. "Apa Yasmin benar-benar mencintai papi? Bukan sekedar menginginkan harganya saja, " batin Brian bertanya-tanya. Yasmin berjalan pelan menuju teras. Netranya awas melihat sekeliling. Halaman sudah bersih dan pot yang sempat berciuman dengan kepalanya juga sudah tidak ada. Bahkan koper yang sempat
Read more
Bab 34
"Maaf, Bu. Saya terlambat." "Kamu!" Seorang lelaki menatap Yasmin hingga tak berkedip. Bukan karena hijab yang ia kenakan sedikit miring. Namun karena kecantikan Yasmin semakin terpancar saat mengenakan hijab. "Farel." "Yasmin." Mereka saling sapa walau masih terkejut. Ada rasa tak percaya bisa bertemu lagi di sini. "Kalian sudah kenal?" tanya Hazna penasaran. Yasmin dan Farel saling lirik tapi belum juga ada yang menjawab pertanyaan Hanza. "Farel, kamu kenal Yasmin?" tanya sang kakak dengan sorot mata penuh tanda tanya. Hazna merupakan kakak kandung Farel. Tempat itu adalah salah satu restoran Hazna. Masih ada lima cabang lain di Jakarta. Dan lima cabang di luar Jakarta. "Dia teman saya, Mbak." Hazna mengangguk meski dalam hati masih bertanya-tanya. Selama ini Hazna mengenal hampir semua teman Farel. Entah itu laki-laki mau pun perempuan. Dan Yasmin bukan termasuk teman dekatnya. Teman perempuan Farel kebanyakan berhijab, sedang Yasmin kebalikannya. Pakaian yang ia k
Read more
Bab 35
"Yasmin bisa ikut saya sebentar!" ucap Farel mampu mencuri perhatian para karyawan yang berada di sana. Yasmin mengangguk lalu berjalan mengekor Farel. Semua mata menatap tak suka ke arah dua orang berbeda jenis itu. "Yasmin!" teriak Nikita membuat langkah Yasmin dan Farel berhenti. "Ada apa?" tanya Yasmin seraya membalikkan badan. Dia tahan emosi yang makin memuncak. Tiga hari diperlakukan tidak baik membuatnya semakin benci dengan Nikita. "Aku kerjakan tugas kamu. Jangan diulang lagi ya," ucap Nikita lembut. Dia berusaha mencari perhatian Farel dengan menjelek-jelekan Yasmin. Dia ingin menampakkan kesalahan Yasmin di hadapan adik sangat atasan. "Apa? Itu bukan tugas aku ya!" pekik Yasmin seraya mengepalkan tangan di udara. Dadanya naik turun. Berkali-kali dibully Nikita membuat kesabaran di ujung batas. Semut saja mengigit saat terinjak, apa lagi manusia seperti Yasmin. "Sudah, ayo!" Farel segera menarik paksa tangan Yasmin. Dia tidak ingin ada pertengkaran di antara kar
Read more
Bab 36
"Ini pesanannya," ucapku seraya meletakkan empat mangkuk sop iga di atas meja. "Terima ka... Yasmin!" DEG Suara seorang wanita yang sangat kubenci. Aku bahkan berharap dia lenyap dari muka bumi ini. Agar aku bisa bersama Om Bagas tanpa ada parasit dalam hubungan kami. Sayang dalam peperangan akulah yang kalah. Om Bagas memilih bersama Sandra. Meski hati tak rela, tapi aku bisa apa? Berjuang? Entahlah, aku sendiri ragu dengan kata itu. Aku hembuskan nafas perlahan, mengatur rasa yang tak bisa kujabarkan. Marah, benci, kecewa, dan malu. Semua melebur menjadi satu. "Yasmin, kamu Yasmin kan? Wanita mur*han yang ingin merebut suamiku. Tapi sayang tidak bisa," ucap Sandra dengan pongahnya. Aku diam, mengatur emosi yang siap meledak. Ku kepalkan tangan kanan di samping. Rasanya ingin ku layangkan tangan ini hingga mengenai wajah Sandra. Namun lagi-lagi aku urungkan niat itu. Bukan karena takut dipecat tapi takut masuk ke hotel prodeo. "Saya permisi. Silakan menikmati pesanannya.
Read more
Bab 37
"Lho, kok tidak sakit?" gumamku lirih. "Jelas tidak sakit, Mbak. Saya yang sakit." Terdengar suara lelaki meringis kesakitan. Astaga! Pantas saja tidak sakit. Aku jatuh di tubuh seorang pria. Segera aku bangun. "Rian!" ucapku kalau melihat pria di hadapanku. "Bila, kamu Nabila kan?" Rian menatapku dari ujung kepala hingga ujung kaki. Mungkin dia terkejut melihatku berpenampilan seperti ini. Nabila yang ia kenal berpenampilan wah. Kini memakai seragam pelayan restoran. Pasti Rian tertawa terbahak-bahak. "Kamu kerja di restoran itu?" "Tadi iya, sekarang tidak tahu.Aku duluan ya!" Rian diam tapi matanya menatapku hingga tak berkedip. Mendadak aku menjadi salah tingkah. Jujur saja penampilan saat ini membuatku merasa tidak nyaman. Aku seperti bukan diriku sendiri. Aku kembali tersadar saat suara Sandra terdengar dari sini. Dia pasti ingin mempermalukan aku lagi. "Aku duluan!" Aku kembali berjalan meninggalkan Rian yang masih berdiri di tempat yang sama. Aku sudah berad
Read more
Bab 38
Beberapa pesan masuk di aplikasi hijau milik Brian. Lelaki itu masih diam enggan membaca apa lagi membalasnya. Dia yakin itu pesan dari Sandra yang menanyakan keberadaannya. Kriiingg.... Ponsel Brian berbunyi nyaring. Alunan lagu pop terdengar kala Sandra menghubunginya. Sesaat Brian bimbang, diangkat atau dibiarkan hingga akhirnya mati sendiri. Namun dengan ragu ia menggeser gambar telepon ke atas. "Kamu di mana? Mami menunggu sampai sopnya dingin!" ujar Sandra tanpa mengucap salam terlebih dahulu. Kebiasaan Sandra selalu begitu. Urung mengucapkan salam saat ingin memastikan sesuatu. Seperti saat ini. Di restoran milik Hazna, Sandra dan Bagas masih duduk sembari menikmati sop buntut yang mereka pesan. Andre sendiri memilih tak datang karena masih muak dengan perbuatan kedua orang tua mereka. Putra kedua Sandra kian tertutup. Apa lagi di depan kedua orang tuanya. Namun Sandra tak juga mengetahui perubahan sikap sangat putra. Hati dan pikirannya sudah disibukkan dengan Bagaska
Read more
Bab 39
Yasmin sudah siap dengan baju kerjanya. Tangannya masih sibuk merapikan hijab yang sebenarnya sudah rapi. Rasa takut yang membuatnya kian merasa bingung. Ingin kembali bekerja tapi malu dengan semua karyawan restoran apa lagi Hazna. Namun jika keluar, dia ragu akan segera mendapatkan pekerjaan. Di tambah dia hanya lulusan SMA. "Belum berangkat kerja?" Suara Cindy memecahkan lamunannya. Yasmin menoleh ke arah Cindy pelan. Sahabatnya itu tengah berdiri dengan punggung menempel di pintu. Matanya menatap Yasmin lalu menggelengkan kepala. Cindy sangat tidak menyukai seragam kerja Yasmin. Memalukan dan kampungan. Dua kata itu yang selalu ia ucapkan saat mengomentari penampilan Yasmin. "Sudahlah, Yas, ganti saja pekerjaanmu itu. Apa kamu tak malu berpenampilan seperti orang alim tapi kelakuan malu-maluin!" sindir Cindy sambil menarik ujung bibirnya. Mencibir. Sebenarnya Cindy ingin menggoyahkan pendirian Yasmin agar mau ikut bersamanya ke dunia malam. Wanita berpakaian ketat itu yak
Read more
Bab 40
"Apa kamu benar-benar menjadi wanita simpanan, Yasmin?" tanya Bu Hazna tanpa tedeng aling-aling. Aku hanya bisa diam, tak mampu mengeluarkan sebuah kata. Mulut ini mendadak menjadi kelu. Sebenarnya aku sudah yakin ini akan terjadi tapi kenapa aku jadi takut begini? Aku kehilangan keberanian di hadapan Bu Hazna. Bahkan kata-kata yang sempat ku rangkai hilang tak berbekas. "Jadi benar isu itu?" ucapnya penuh penekanan. Nada suaranya tidak tinggi, tapi mampu membuatku gemetar ketakutan. Yasmin yang bar-bar dan tak tahu malu seakan hilang. Kini hanya tinggal Yasmin yang berubah menjadi pengecut. Payah. "Yasmin kamu tidak tuli, kan?" "Ti-tidak, Bu. Sa-saya memang pernah menjadi simpanan pengusaha," ucapku menunduk. Entah kenapa aku justru membuka aibku sendiri. Namun mau bagaimana lagi? Semua orang sudah tahu video yang sempat tersebar di dunia maya. Mengelak juga percuma, tak akan mengubah keadaan. "Astagfirullahaladzim ...." Bu Hazna memegangi dadanya seraya menggelengkan kep
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status