Semua Bab Sisi Lain Pelakor: Bab 21 - Bab 30
102 Bab
Bab 21
Dengan sikap masa bodoh aku kembali berjalan menuju lift. Kupaksa kaki ini melangkah dengan cepat. Saat ini bersembunyi dalam apartemen adalah solusi yang tepat. Mengamankan diri dari pandangan tidak mengenakkan dari mereka. Lambat laun semua akan baik-baik saja. Tak selamanya video itu akan menjadi buah bibir mereka. Kembali kuyakinkan diri sendiri. Bahwa semua akan baik-baik saja. Toh bukan aku saja yang mengalaminya. Artis papan atas juga sama. Justru mereka semakin terkenal. Bahkan job semakin lancar karena video viral mereka tersebar di dunia maya. "Itu penghuni apartemen sebelah kan? Berani dia ke sini lagi?" "Dia mencemarkan apartemen kita." "Dasar pelakor tidak tahu malu!" Hujatan demi hujatan terdengar olehku. Aku mencoba menutup telinga rapat. Ucapan mereka tak ku hiraukan. Menjadi wanita simpanan harus punya muka tembok. Biarlah mereka mau bicara apa. Toh, bukan mereka yang memenuhi semua kebutuhanku. Anggap saja angin lalu. Apartemenku tinggal beberapa langkah saj
Baca selengkapnya
Bab 22
Pov Sandra "Ini kan yang kamu cari, Yasmin?" Yasmin menoleh ke belakang, matanya membulat sempurna melihat aku dan Mas Bagas yang bergandengan tangan. Senam jantung kan? Memang enak? Kukira wanita jal*ng itu akan menjadi gelandangan di pulau orang. Tapi dugaanku salah. Dia bisa juga kembali ke Jakarta. Heran juga, semua orang bisa iba dengannya. Apa jangan-jangan dia menggunakan pelet? Ah, entahlah! Yang terpenting adalah melempar Yasmin dari hidup Mas Bagas. "Ayo kita pulang, Mi!" Mas Bagas menarik tangan ini. Namun secepat kilat kutepis. Permainan baru di mulai tapi kenapa harus tergesa-gesa pulang? Apa Mas Bagas takut aku berbuat nekad? Atau takut gundik kesayangannya menangis? "Aku mau di sini sebentar, kalau papi mau pulang. Silakan!" Seketika Mas Bagas berhenti. "Maaf Mbak, apartemen atas nama Yasmin memang sengaja dikosongkan. Itu perintah dari Pak Bagas selaku penyewa apartemen ini." Aku tersenyum puas mendengar ucapan resepsionis itu. Namun tidak dengan Yasmi
Baca selengkapnya
Bab 23
Sebenarnya ada rasa tak tega melihat Mas Bagas di hajar papa.Namun ku tepis jauh perasaan itu. Biarlah Mas Bagas menuai apa yang ia tanam. Dan semoga saja Mas Bagas bisa sadar dan tahu rasa sakit hati ini. "Kamu sudah mencoreng nama keluarga kita. Apa yang ada di ot*k kamu hingga menyakiti hati Sandra dan anak-anak?" ujar papa Aryo lantang. Dada beliau naik turun, emosi sudah ada di ubun-ubun. "Bagas khilaf, Pa. Itu semua aku lakukan karena Sandra sudah tak bisa melayaniku dengan baik." DEG Nyeri di ulu hati saat Mas Bagas mencari pembenaran dari sikapnya itu. Pelayanan yang bagaimana lagi agar bisa membuatnya tetap setia? Dada naik turun menahan emosi yang siap meledak. Namun sebisa mungkin ku tahan. Ku lihat sejauh mana Mas Bagas memutar balikkan kenyataan. Sebagai seorang suami dia harus menjadi imam yang baik. Menutup aib istri di hadapan orang lain. Termasuk keluarganya sendiri. Apa ini balasan atas penggrebekan yang ku lakukan? Aku hanya ingin memberi mereka pelaja
Baca selengkapnya
Bab 24
Melepaskan? Apa kah aku harus berpisah dengan Mas Bagas? Entahlah, rasa cinta itu memang masih ada tapi sudah terkikis. Aku bahkan tak tahu masih banyak atau justru terkikis habis. Namun berpisah bukan pilihan yang tepat. Selain tak ingin kedua putraku hidup terpisah dengan ayahnya. Aku juga tak ingin Yasmin bahagia di atas penderitaanku. Yasmin akan menguasai harta kami jika aku bercerai. Dan itu tidak bisa dibiarkan. "Brian bisa pindah tempat sebentar?" tanya Mas Bagas. "Aku tidak mau, pi!" "Brian." Kuanggukan kepala saat Brian menatap ke arahku. Seketika dia berpindah tempat dan duduk tempat di belakang Mas Bagas. "Sandra maafkan aku. Aku memang salah telah menduakan cintanya kita. Aku khilaf, tolong maafkan aku." Aku mencebik mendengar kata khilaf yang keluar dari mulut Mas Bagas. Khilaf tidak akan berjalan hingga satu tahun. "Tolong maafkan aku, San. Aku janji itu yang terakhir. Mari kita jalani semua dari awal. Aku akan membahagiakanmu hingga maut menjemput." Mungkin d
Baca selengkapnya
Bab 25
"Bangun Woy!" teriak Cindy seraya menggedor-gedor pintu kamar Yasmin. Jarum jam masih berada diangkat tujuh kalau Cindy berusaha membangunkan sahabatnya, Yasmin. Wanita dengan pakaian kurang bahan itu tak suka jika Yasmin masih tidur pulas. Dia akan meminta Yasmin mencari pekerjaan. Menumpang lama di rumah akan menguras uang miliknya. Itu yang ada di pikiran Cindy. Bagi Cindy, kedatangan Yasmin adalah masalah besar baginya. Dulu kehadiran Yasmin begitu diharapkan Cindy. Namun tidak sekarang. Cindy hanya mau uang Yasmin. Bukan orang saja. Lingkungan memang mempengaruhi pola pikir seseorang. Begitu pun Cindy. Bergaul dengan orang-orang salah membuat pola pikirnya pun mulai berubah. Dia tak lagi memikirkan persahabatan. Yang ada di kepalanya hanya uang, uang dan uang. Yasmin menggeliat, gedoran pintu ia biarkan begitu saja. Yasmin sudah tahu karakter sahabatnya. Dekat saat Yasmin ada uang dan menghilang ketika tak memiliki apa-apa. Ingin rasanya Yasmin pergi. Namun lagi dan lagi, i
Baca selengkapnya
Bab 26
"Mbak ini yang ada di video viral itu kan?" tanya seorang lelaki paruh baya yang tiba-tiba sudah berdiri di samping Yasmin. Seketika wajah Yasmin memerah. Namun sebisa mungkin ia tutupi rasa malu yang mendominasi hati dan pikiran. "Maaf, mungkin bapak salah orang." Hanya kalimat itu yang mampu keluar dari mulut wanita berambut panjang itu. "Saya yakin kok." Lelaki itu tetap kekeh dengan pendiriannya. Dia justru semakin menatap Yasmin dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Ini, Mbak." Yasmin segera memberikan uang dan pergi dari sana. Berbekal foto copy KTP dan ijazah Yasmin mencoba mencari pekerjaan. Dia bahkan lupa untuk melamar pekerjaan bukan hanya KTP dan ijazah saja. Namun harus memiliki foto, surat lamaran dan lain sebagainya. Di lain tempat Sandra dan Bagaskara sedang duduk di ruangan notaris. Mereka tengah mengurus pemindahan aset atas nama Bagas menjadi atas nama Sandra. Senyum tak henti terlukis di wajah Sandra. Namun tidak dengan Bagaskara. Lelaki yang sudah memi
Baca selengkapnya
Bab 27
“Maaf Ya,Mbak.Saya tidak sengaja.” Brian menatap wanita di hadapannya. “Tak apa,namanya juga tidak sengaja.” Yasmin memasukkan ponsel ke dalam tas. Dia urungkan niat untuk kembali menghubungi Bagas. Yasmin kembali berjalan. Dia memutuskan untuk mencari rumah makan terdekat. Rasa lelah dan lapar menuntunnya untuk pergi ke rumah makan tak jauh dari mini market. Hanya tiga bangunan dari toko yang menjual berbagai kebutuhan pokok itu. “Mbak!” Langkah Yasmin terhenti kala mendengar panggilan seseorang. Wanita yang memakai kemeja biru muda itu kembali menoleh ke belakang. “Kamu memanggilku?” tanyanya kepada Brian yang masih diam membisu. Bahkan matanya tak lepas dari memandang Yasmin. “Apa ini orangnya?” Brian mengingat wajah wanita di video penggrebekan itu dan mencocokkan dengan wajah wanita di hadapannya. “Benar dia orangnya. Pantas saja papi tergila-gila padanya. Yasmin memang cantik. Sayang kecantikannya digunakan untuk merusak hubungan orang lain,” batin Brian. Yasmin sedikit
Baca selengkapnya
Bab 28
Yasmin diam, ucapan Bagaskara membuat dirinya tak berkutik. Yasmin memang sudah jatuh hati kepada lelaki beristri itu. Namun untuk hidup bersama tanpa limpahan harta membuat dirinya ragu. Awal mula terjalin hubungan terlarang itu karena harta. Hingga akhirnya keduanya bermain hati terlalu dalam. Itu yang membuat mereka tak bisa saling melepaskan. "Kenapa kamu diam, Yasmin? Apa benar yang dikatakan Sandra. Kamu hanya menginginkan hartaku. Kamu tak mencintaiku kan?" Yasmin seperti memakan buah simalakama. Bingung harus berkata apa? Kalau saja dia tidak bermain hati, mungkin saat ini dia memilih pergi dan mencari pria yang lebih kaya dibanding Bagas. Namun hati Yasmin telah terjerat dengan pesona Bagaskara. Lelaki yang sudah memiliki dua anak tapi masih gagah. "Om Bagas yakin akan meninggalkan harta dan keluarga demi hidup bersamaku?" tanya Yasmin ragu. Bagaskara menganggukkan kepala. Senyum merekah tergambar jelas di wajah lelaki itu. Namun secepatnya ia tarik lagi lengkungan itu
Baca selengkapnya
Bab 29
Bagaskara berjalan mendekat setelah mengunci pintu kamar hotel. Jantungnya berdetak kencang, tubuhnya memanas melihat Sandra yang memakai lingerie berwarna merah duduk manis di atas ranjang. Setelah beberapa tahun, baru kali ini Sandra memakai pakaian tidur yang tipis. Hampir semua bagian tubuhnya tergambar jelas di sana. Lelaki mana yang tak tertarik saat disuguhkan hal seperti itu. Rasa marah yang hadir kini menguap seketika. Hanya tertinggal hasrat yang harus segera dituntaskan. "Sayang ...," panggil Bagas sambil menjatuhkan bobot tempat di samping Sandra. "Maafkan aku sudah menduakan cinta kamu. Aku khilaf." Bagaskara menarik tubuh Sandra hingga berada dalam dekapannya. Sandra diam meresapi harum tubuh Bagas yang sudah lama ia rindukan. Semenjak kehadiran Yasmin, Bagaskara jarang memberikan nafkah batin untuknya. Dalam satu tahun bisa dihitung dengan jari mereka melakukan ibadah suami istri itu. "Tolong tinggalkan Yasmin, Mas." Sandra menggeserkan kepalanya di dada bidang Ba
Baca selengkapnya
Bab 30
"Bagaimana, Nabila? Apa kamu bersedia mengikuti peraturan restoran ini?" tanya Bu Hazna karena melihatku masih diam mematung. Bagaimana bisa aku memakai hijab? Astaga! Pekerjaan macam apa ini? Apa kata dunia jika seorang Yasmin memakai hijab? Ini kenyataan atau hanya ilusi? "Nabila!" panggilan pelan. Aku ingin mengundurkan diri saat ini juga. Namun ucapan Cindy kembali terngiang di telinga. Aku harus tidur di mana jika dia mengusirku? "Baik, Bu." "Saya tunggu kehadiran kamu, besok pagi." Seulas senyum di berikan kepadaku. Aku hanya mengangguk lalu berjalan meninggalkan wanita dengan hijab menjuntai itu. Aku berjalan ke luar restoran dengan pikiran tak menentu. Pakaian apa yang harus ku kenakan untuk bekerja besok? Sedang aku tak memiliki pakaian yang pantas. Semua bajuku selalu terbuka. Astaga! Aku pijit kepala yang terasa berdenyut. Aku harus membeli pakaian dengan apa? Sedang uang di dalam dompet tersisa seratus lima puluh ribu. Apa aku jual ponsel saja? Tapi sayang, ini s
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status