All Chapters of BUKAN SUAMI ALIM TAPI DZALIM: Chapter 21 - Chapter 30
45 Chapters
Bab 21 Balasan Telak
Pov : Dimas Empat bulan sudah aku menikah dengan Arnila Larasati. Gadis berusia 20 tahunan yang cantik, baik dan sangat sopan. Aku bertemu dengannya secara tak sengaja tak terlalu jauh dari alun-alun kota, enam bulan yang lalu. Saat itu hujan cukup deras. Aku baru pulang dari kantor, agak malam karena lembur. Kebetulan ada tender yang harus kutangani. Suasana cukup sepi, tak ada lalu lalang kendaraan di sana. Mungkin karena hujan cukup lebat.Kulihat seorang perempuan berdiri di samping motor sembari terisak bersama seorang laki-laki. Dia melambaikan tangannya ke arahku, namun aku berlalu begitu saja karena tak ingin mencampuri. Kuhentikan mobil seketika saat kulihat dari spion wajah perempuan itu mengiba, seolah minta tolong. Gegas membuka mobil dan melangkah cepat ke arahnya saat laki-laki itu menarik paksa lengan kanannya menuju pinggir jalan. Entah mau dibawa ke mana perempuan itu. "Mau dibawa ke mana dia!" Bentakku seketika saat perempuan itu berusaha melepaskan tangannya dar
Read more
Bab 22 Kejutan Lain
Pov : Dimas Jarum jam hampir menunjuk angka 12 malam. Aku masih termenung di depan kontrakan Ayu. Para tetangga sudah pulang ke rumah masing-masing. Suara tangis Ahmad yang tadi terdengar cukup keras pun sudah mulai hilang. Mungkin dia sudah tidur dengan nyenyak sekarang. Aku masih belum bisa berpikir jernih. Kulihat rumah di seberang jalan yang biasa menjadi istanaku melepas lelah, rumah yang nyaman dengan segala fasilitasnya, rumah yang tenang dan dipenuhi cinta pemiliknya, kini seolah menertawakan kehancuranku. "Bawa sini kunci mobilnya, Mas. Ini mobil kantor jadi kamu sudah nggak berhak untuk memakainya karena kamu sudah dipecat papa!" Suara Lisha yang kembali ke sini beberapa menit lalu untuk mengambil kunci mobil masih terngiang di benak. Teganya dia mengambil mobilnya di tengah malam begini. Aku yang tadinya sudah semangat ingin ke rumah Arnila mendadak terdiam tanpa kata. membiarkanku tidur di luar berteman dengan nyamuk, sementara dia kembali bersama papa ke rumahnya. Tak
Read more
Bab 23 Pesan Menjengkelkan
|Aku pulang, Mas. Semoga kamu bahagia dengan istri mudamu! Jangan pernah mencariku apalagi merayu ibuku agar kamu bisa kembali. Aku tak Sudi!| Sebuah pesan dari Ayu muncul di layar. Kuhembuskan napas perlahan. Bayangan Ahmad kembali hadir dalam ingatan. Anak itu semakin hari semakin membuatku rindu dan menggemaskan. Entah kapan aku bisa menemuinya kembali. Mengajaknya bermain dan tertawa bersama seperti sebelumnya. "Mas, tumben banget kamu ke sini pagi-pagi?" Pertanyaan Arnila membuatku terjaga dari lamunan. Dia datang dengan secangkir teh dan kue bolu di atas nampan lalu meletakkannya ke meja. "Aku mau cerai dengan Lisha, Nil. Untuk sementara aku tinggal di sini, ya?" ucapku pada Nila yang masih keheranan dan cukup kaget saat mendengar sekelumit kisah rumah tanggaku. Aku yang benar-benar akan bercerai dengan Lisha."Maksudmu, Mas? Kamu beneran pisah dengan istrimu yang kaya itu?" tanya Nila tiba-tiba. Entah mengapa mendadak aku fokus dengan kata kaya. Darimana dia tahu kalau istri
Read more
Bab 24 Dua Lelaki Pengacau
Suara dering ponsel tak henti sedari tadi. Entah siapa yang menelepon. Pikiranku masih cukup kacau memikirkan pengirim pesan di ponsel Arnila dua hari lalu. Dua hari ini aku juga disibukkan dengan membuat lamaran kerja. Mau tak mau aku harus segera mendapatkan pekerjaan. Jika terus menganggur di rumah bisa runyam semuanya. Ditambah teror pesan itu makin membuatku sakit kepala. Arnila tak pernah mengaku dan tak tahu siapa pengirimnya padahal jelas di sana tertulis namanya. Astaghfirullah, benar-benar kacau hidupku sekarang. Ibu dan Bapak yang tadinya begitu ramah, entah mengapa dua hari ini cukup berbeda. Aku merasa tatapan mereka tak sama seperti sebelumnya. Mungkin karena aku sudah jujur apa yang terjadi, aku segera bercerai dengan Lisha. Mobil yang kupakai tiap hari pun mobil kantor, bukan mobilku sendiri. Ponsel kembali berdering. Terpaksa aku mengambilnya dari atas meja. Ibu? Sepertinya kali ini aku akan mendapat amukan ibu. Kuucap istighfar banyak-banyak sebelum mengangkat t
Read more
Bab 25 Dimas Mati Kutu
Pov : DimasSurat undangan sidang tergeletak begitu saja di atas meja. Detik ini, pikiranku benar-benar kacau. Di saat seperti ini, tak ada seorang pun yang bisa kuajak berbagi. Dulu selalu ada Lisha yang menemani dan memberiku support tiap kali ada masalah di kantor atau pun masalah dengan klien. Lisha memang tipe yang cukup tenang dalam memecahkan sesuatu, serius tapi tak gegabah. Sungguh berbeda denganku yang sering kali mengambil jalan instan. Di saat penat dengan urusan kantor, biasanya aku menjenguk Ayu di rumah. Wajahnya yang cantik, manja dan pencemburu sering kali membuatku rindu. Aku rindu omelannya saat aku belum pulang karena urusan kantor belum kelar. Dia yang merajuk membuatku semakin jatuh cinta, menambah rindu menggelora dalam dada. Kini, dia pun pergi meninggalkanku sendiri. Kuusap wajah dan membuangnya kasar. Aku benar-benar frustasi memikirkan semua yang terjadi. Bahkan sampai detik ini belum bisa berpikir jernih bagaimana caranya ke luar dari masalah pelik ini se
Read more
Bab 26 Ancaman Lain
Sebuah kebohongan akan diikuti kebohongan-kebohongan lain untuk menutupinya. Ya ... begitu lah. Wajah pias dan salah tingkah Arnila tiap kali menerima telepon seseorang membuatku curiga. Dia memang tak pernah bicara tentang masa lalunya, karena bagiku sudah cukup dia menerimaku apa adanya meski dulu dia tahu sudah memiliki istri.Tapi ...Akhir-akhir ini, Arnila semakin berubah. Kupikir karena masalah keuangan namun sepertinya bukan karena itu saja. Ada hal lain yang memang dia sembunyikan dariku. Aku bukan laki-laki b0d0h. Belajar dari Lisha yang bermain cantik, aku pun melakukan hal yang sama pada Arnila. Menyadap ponsel dan memasang cctv di ruang tamu dan ruang keluarga saat bapak tidur siang, sementara Nila dan ibu ke baby shop belanja untuk persiapan si kecil. |Nila, aku ingin bertemu kamu. Jika kamu memang nggak ingin menemuiku, aku akan langsung menemui suamimu. Kita harus bicara, Nil. Aku sudah berulang kali minta maaf sama kamu. Aku mohon, maafkan aku.|Sebuah pesan muncul d
Read more
Bab 27 Maksud Terselubung
Pov : Dimas Zaman sekarang mencari pekerjaan cukup susah, apalagi aku tak memiliki surat pengalaman kerja meski sudah cukup berpengalaman menjadi staf dan manager keuangan saat bekerja di kantor papa. Tapi mungkin saja tak ada yang percaya karena tak ada bukti yang bisa menguatkan keteranganku. Seminggu belakangan aku terpaksa menerima ajakan tetangga untuk menjadi karyawan bagian catering di Sasmita Wedding Organizer. Setidaknya ada penghasilan masuk untuk tabungan biaya persalinan Arnila sambil mencari pekerjaan lain yang lebih menjanjikan, paling tidak sesuai jurusan kuliahku-- manajemen keuangan. Meskipun Nila belum mencintaiku sepenuhnya, tapi aku tetap bertanggungjawab atas janin yang ada dalam kandungannya. Dua pernikahanku sebelumnya gagal, aku berusaha untuk menyelamatkan pernikahanku kali ini, namun dalam hati masih begitu penasaran apa alasan Arnila mau menerima lamaranku. Entah lah, kadang pikiran mendadak kacau tiap kali mengingat pesan dan ancaman laki-laki itu. Kub
Read more
Bab 28 Ancaman Tes DNA
Pov : Dimas "Sore, Pak, Bu. Maaf, boleh saya menjenguk Nila?" Suara seorang laki-laki terdengar dari ambang pintu. Aku, ibu dan bapak menoleh ke arahnya hampir bersamaan. Betapa kagetnya aku saat melihat laki-laki kekar itu berdiri di sana dengan senyum lebarnya. Dia ... ada hubungan apa dengan Arnila? Bapak dan Ibu menoleh ke arahku hampir bersamaan. Mereka hanya diam tak menjawab. "Silakan," jawabku singkat. Mempersilakan dia masuk ke dalam menemui Arnila. Perempuan yang baru delapan bulan kunikahi secara siri itu tampak begitu cemas dan ketakutan. Terlihat sekali jika ada sesuatu yang memang dia sembunyikan. Perlahan telapak tangannya menarik lenganku agar aku tak meninggalkannya. Terpaksa aku kembali duduk di kursi samping pembaringannya. "Perkenalkan, Mas. Saya Brama, laki-laki yang beberapa bulan lalu kamu pukuli di dekat alun-alun," ucap laki-laki kekar itu memperkenalkan diri. Dia tersenyum tipis menatapku sembari mengulurkan tangannya. Kujabat tangan kasarnya asal. Dia
Read more
Bab 29 Kamulah Impianku
Pov : Lisha "Lisha, apa aku boleh bertanya sesuatu?" tanya Dokter Akbar saat papa mengajakku makan malam bersama di Adelia Resto. Papa yang nyatanya nggak datang, dengan alasan mendadak mengantuk. Aku yakin itu hanya alasan papa agar aku dan Dokter Akbar makan malam berdua. "Tanya apa ya, Dok?" tanyaku singkat. "Sudah kubilang jangan panggil dokter, kan?" ucap Dokter Akbar dengan tawa kecilnya. "Dulu kamu nggak manggil itu," ucapnya lagi, mulai mengingatkanku dengan masa lalu saat masih dekat dengannya. Aku memang dulu memanggilnya dengan sebutan Abang. Tapi sejak menikah dengan Mas Dimas, aku mulai membiasakan diri untuk memanggilnya Dokter Akbar, seperti panggilan papa untuknya. "Oke, aku panggil Abang seperti sebelumnya," jawabku lirih tanpa menatap kedua matanya. Aku mengalihkan pandangan dengan memainkan sedotan di gelas berisi cappuccino latte, minuman favoritku. "Begitu jauh lebih bagus dan enak terdengar," ucap Dokter Akbar lagi sambil tersenyum lebar."Kamu nggak tan
Read more
Bab 30 Penculikan
|Tes DNA sekarang atau kamu akan menyesal dan terus dirasuki penasaran selama hidupmu!|Pesan dari Brama waktu itu, membuatku berpikir untuk melakukan Tes DNA beberapa hari yang lalu. Tak apa lah, biar aku dan Arnila sama-sama tenang siapa ayah biologis Azima sebenarnya. Aku atau Brama. Ingin rasanya menyalahkan Arnila atas perzinaan itu, tapi lagi-lagi dia bilang bukan atas nama suka sama suka melainkan diperk0s4. Aku pun berusaha mengerti, biar lah. Aku ingin membuka lembaran baru bersamanya tanpa harus terus dibayangi dengan masa lalu. Dokter bilang hari ini hasil tes DNA Azima ke luar. Aku dan ibu pun ke rumah sakit mengambil hasil tes itu sebagai bukti kuat siapa sebenarnya ayah bayi mungil itu, sementara Nila dan bapak ada di rumah menjaga Azima. Bayi prematur memang sedikit lebih ribet merawatnya dibandingkan bayi yang terlahir cukup bulan. Arnila pun kadang melamun, entah apa yang sedang dia pikirkan. Sepertinya dia kelelahan. Ibu memang membantunya setiap waktu namun Azima
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status