Semua Bab BUKAN SUAMI ALIM TAPI DZALIM: Bab 11 - Bab 20
45 Bab
Bab 11 Kejutan Menggemaskan
Pov : Lisha Weekend. Hari ini aku ingin ke rumah papa. Sudah cukup lama aku tak menengoknya. Selain melepas rindu, aku juga ingin menenangkan pikiran. Sepertinya aku harus belajar mengontrol emosi karena boleh jadi mulai hari ini banyak masalah yang harus aku hadapi. Semua berawal dari Mas Dimas yang akan mengajak perempuan itu ke Jakarta. "Lisha ... besok Ayu sama anaknya datang ke sini. Kamu nggak apa-apa, kan? Kasihan dia jarang ketemu suaminya. Mungkin di rumah kesepian, makanya mau ke kota sekadar cari hiburan," ucap mas Dimas kemarin sore, saat aku duduk di gazebo belakang sembari membaca novel online. Aku memang tetap bersandiwara seperti biasanya. Pura-pura tak tahu dan tak kenal siapa Rahayu sebenarnya."Kamu bilang sekadar cari hiburan, Mas? Memangnya kamu pikir rumah ini tempat wisata? Lagipula di kampung bukannya ada ibunya? Kesepian gimana sih?" tanyaku sekenanya. Tak menoleh sedikit pun ke arah Mas Dimas sampai dia ikut duduk di sampingku lalu mencomot pi
Baca selengkapnya
Bab 12 Chat Yang Disadap
Rencana pertama mengusir perempuan itu dari rumah ini berhasil. Mas Dimas benar-benar mengontrakkan Ayu di rumah Pak Burhan. Rumah di seberang jalan yang letaknya tepat di depan rumahku. Rumah itu adalah rumah Pak Burhan yang stroke pasca ditinggal pergi istrinya menghadap Illahi, hingga akhirnya dia memilih pindah ke Semarang untuk tinggal bersama anak sulungnya, sedangkan rumah ini di kontrakkan. Meski aku secara halus mengusir dia dari rumah ini, namun aku tak lantas mengacuhkannya sebagai tamu. Aku tetap meminta Bik Minah untuk melayani dan mempersiapkan kebutuhan makannya. Aku pun tahu bagaimana caranya memuliakan tamu, hanya saja aku memang kurang nyaman jika dia serumah denganku. Kalau soal shopping itu urusannya pribadi, aku tak mau tahu. "Sha, pinjam uangnya dulu lah buat ngontrakin Ayu tiga bulan. Ini cuma ada buat ngontrak dia sebulan," ucap mas Dimas pagi tadi. Enak banget main pinjam-pinjam segala. Selama ini juga dia bebas menggunakan uangnya, salah sendiri nggak
Baca selengkapnya
Bab 13 Rencana Lisha Selanjutnya
"Sha, kenapa kamu nggak latihan berjalan? Akhir-akhir ini kulihat kamu kok malas-malasan, ya? Biasanya kamu semangat banget kalau diminta latihan jalan," ucap Mas Dimas tiba-tiba datang dan duduk di kursi depan meja kerjaku, saat aku masih sibuk memeriksa laporan keuangan. Aku mendongak sekilas, menatap wajahnya yang tenang. Benar-benar lihai sekali dia bersandiwara. Selalu merasa baik-baik saja seolah tak ada masalah serius yang dia lakukan. Masalah yang perlu dikhawatirkan jika tiba-tiba terbongkar. "Nggah ah, Mas. Kapan-kapan saja latihannya, lagipula sudah pakai kruk juga, kan? Kalau di kantor juga duduk manis," balasku sekenanya. "Kamu nggak capek seharian kerja? Jangan terlalu diforsir lah, Sha. Ingat pesan papa, kamu harus banyak istirahat. Kamu juga harus banyak latihan jalan supaya otot-ototnya nggak kaku," ucapnya lagi. "Iya sih, Mas. Hari ini rencananya aku juga mau pulang lebih awal, mau ke rumah papa." Mas Dimas seketika tersenyum. Aku curiga dia akan berbuat sesua
Baca selengkapnya
Bab 14 Lapor Ke Papa
Bakda ashar kupacu mobil menuju rumah papa yang tak terlalu jauh dari rumahku, sekitar 15 menitan untuk sampai ke sana. Kulihat mobil dokter Akbar terparkir di garasi. Akhir-akhir ini dia memang sering mengontrol kesehatan papa, kadang sekadar ngobrol atau cerita panjang lebar agar papa tak jenuh saat tak berkunjung ke rumahnya. Mereka menoleh ke arah mobilku saat aku mulai memasuki garasi, memarkir mobil bersebelahan dengan mobil Sang Dokter. Dua laki-laki beda usia itu pun menoleh seketika. Gegas kubuka pintu lalu mengucapkan salam. "Assalamu'alaikum. Oh ada Dokter Akbar juga, ya," ucapku mengawali pembicaraan. "W*'alaikumsalam. Tumben ke sini nggak kasih papa kabar dulu, Sha. Ada apa?" tanya papa dengan wajah berbinar. Entah kebahagiaan apa yang menyelimuti hatinya detik ini. Aku merasakan aura berbeda di wajahnya yang menua. "Iya, pa. Kasih kejutan aja buat papa," balasku singkat. Kulihat papa tersenyum kecil sembari melirik Dokter Akbar. "Ohya Dokt
Baca selengkapnya
Bab 15 Sebuah Kesepakatan
Jarum jam sudah menunjuk angka delapan malam. Sejak papa sampai di rumah sakit, Dokter Akbar yang membantu mengurus keperluannya. Dia begitu pengertian karena memang aku tak bisa ke sana-sini dengan cepat. Kakiku masih menggunakan kruk sementara Mas Dimas belum tahu kalau aku dan papa berada di rumah sakit. Aku sengaja belum mengabarinya. Bukan tanpa alasan tapi aku ingin melihat dan mendengar jawaban papa. Aku ingin tahu apa solusi atau pun nasehat yang akan diberikan papa untuk masalah ini. Segera berpisah atau justru membiarkanku bersandiwara untuk membuat mereka jera. |Mas, Si Lisha nggak ada di rumah, kan, sekarang? Makan di luar yuk| Tak sengaja aku membuka pesan dari Ayu yang masuk ke ponsel Mas Dimas. Begini enaknya menyadap ponsel pasangan, dia tak akan bisa mengelak lagi saat nanti aku beberkan semuanya di persidangan. |Dapat duit dari mana, Sayang? Di Atm ludes sekarang, bagi hasil dari bisnis properti yang kuceritakan waktu itu juga belum datang. Entah mengapa bisa te
Baca selengkapnya
Bab 16 Mengapa Aku Begini?
Pov : Dimas"Aku lagi telepon Lisha loh, Ay. Kenapa kamu tiba-tiba manggil begitu? Lisha bisa mendengar suaramu. Dia pasti curiga kenapa sepagi ini kamu sudah di sini. Kalau dia semakin curiga, bisa gawat kita," ucapku sedikit kesal. Ayu memang tipe manja, cemburuan dan nggak sabaran. Apa yang dia inginkan sering kali harus ditepati saat itu juga. Sikap manjanya terkadang membuatku kangen namun kalau berlebihan aku juga jengah. Tak seperti Lisha yang lebih mandiri dan dewasa. Meski usia mereka tak jauh beda. Lisha lebih tua satu tahun dibandingkan Ayu. "Kamu tanya aku kenapa manggil-manggil saat kamu telepon Lisha, Mas?" tanyanya santai."Iya, kenapa?""Kamu cemburu kan dengar Dokter itu perhatian ke Lisha? Kenapa, Mas? Kamu mulai menyukai istri sandiwaramu itu? Kamu mulai bermain hati, Mas?" tanyanya ketus. Pertanyaan yang membuat dadaku berdebar. Cemburu? Apakah aku memang cemburu dengan Dokter Akbar? Apa aku memang mulai menyukai Lisha dan tak ingin dia jatuh ke tangan orang lain
Baca selengkapnya
Bab 17 Rencana Berhasil
Jarum jam menunjuk angka sepuluh pagi, namun kulihat Mas Dimas belum juga datang. Entah ke mana dia, padahal tadi dia ijin berangkat lebih dulu. Kupikir dia akan langsung ke kantor tapi ternyata nggak. Aku sudah siapkan berkas pengalihan kerja sama dengan Pak Agustian itu. Dia harus segera menandatanganinya. Modal usaha itu dari kantor papa, otomatis kontrak kerja samanya harus beralih nama papa. Dia harus menandatangani kesepakatan ini. Untuk melancarkan misi ini, ada baiknya aku harus hati-hati. Aku harus membuatnya terburu-buru agar dia langsung menandatangani berkas ini tanpa membacanya terlebih dahulu. |Dapat nggak, Mas? Pokoknya harus dapat. Kamu bilang sebagai permintaan maaf karena masalah kemarin? Di mall-mall biasanya banyak, itu kue baru launching beberapa hari yang lalu dari artis favoritku. Aku mau foto buat dinner kita nanti malam karena hari ini tahun kedua pernikahan kita|Pesan Ayu tiba-tiba terkirim ke ponsel Mas Dimas. Aku sedikit mengernyitkan dahi membaca pesan
Baca selengkapnya
Bab 18 Rahasia Dimas Lainnya
"Sha, aku buru-buru pagi ini. Aku mau ke rumah teman dulu sebelum ke kantor. Tolong ambilkan tas kerjaku di kamar. Aku mau sarapan dulu," ucap Mas Dimas dengan tergesa. Dia duduk di kursi makan sembari menyantap sarapan yang sudah disediakan Bik Minah beberapa menit lalu. Gegas kulangkahkan kaki menuju kamar. Kesempatan tak datang dua kali, kuselipkan Atm miliknya ke laci meja. Mas Dimas biasanya tak suka gonta-ganti pin, paling kalau bukan tanggal lahirnya mungkin tanggal pernikahanku dengannya. Ya ... seputar hari penting begitu. Aku bisa mencobanya nanti. "Memangnya mau ke mana, Mas?" tanyaku saat menarik kursi di sebelahnya. Kuletakkan tas kerjanya di atas meja. Kulihat dia minum setengah gelas air putih lalu mengelap mulutnya dengan tissu. "Ada urusan sebentar dengan teman. Penting sekali," jawabnya singkat. Dia tak menjawab detail, membuatku mengerutkan alis berpikir siapa teman yang dia maksud. Apa Pak Agustian? Entah mengapa mendadak aku menebak namanya. Aku yakin Mas D
Baca selengkapnya
Bab 19 Kabar Mengejutkan
|Rumah Bapak Rudi dan Ibu Warsih, Mbak Lis. Satpam bilang, anak mereka yang bernama Arnila memang sudah menikah siri dengan Mas Dimas empat bulanan lalu| Deg. Astaghfirullah. Menikah siri? Kukucek kedua mata membaca pesan yang dikirimkan Pak Yono. Berulang kali kubaca pesan itu namun tetap saja tak berubah. Kupikir tadi aku hanya salah membaca namun ternyata nggak. Dua buah foto Mas Dimas yang sedang mengobrol dengan perempuan itu pun terkirim ke ponselku, sementara foto yang lain saat mereka berpelukan. Mungkin saat Mas Dimas pamit untuk pulang.Mas Dimas sudah menikah siri dengan Arnila. Kupejamkan mata perlahan. Benar-benar serakah. Jadi sekarang Mas Dimas memiliki tiga istri, begitu? Pantas saja dia sering berangkat pagi-pagi dengan alasan ini dan itu, pulang juga tak pernah bareng denganku dengan alasan masih ada pekerjaan yang diselesaikan, ternyata dia memiliki istri baru. Astaghfirullah. Astaghfirullah. Astaghfirullah. Tak habis pikir kenapa Mas Dimas bisa melakukan ini semu
Baca selengkapnya
Bab 20 Terbongkar
Pov : Lisha Jarum jam hampir menunjuk angka sebelas malam saat aku sampai di rumah bersama papa. Suasana rumah Pak Burhan yang kini menjadi tempat tinggal Ayu begitu ramai. Banyak motor parkir di halaman. Aku dan papa gegas ke luar gerbang lalu menyeberang jalan. Beberapa tetangga saling berbisik saat aku dan papa datang. Kulihat rahang papa mengeras menahan amarah. "Pa, istighfar, ya," bisikku padanya. Papa menatapku beberapa saat, mengangguk lalu kembali melangkah ke dalam rumah. Kali ini aku hanya berharap papa bisa mengontrol emosinya. Aku tak ingin papa kembali drop dan masuk rumah sakit kembali. |Dokter, bisa minta tolong? Ada masalah antara saya dan Mas Dimas. Sekarang papa tampak begitu emosi, saya takut papa kenapa-kenapa. Kalau dokter tak sibuk, bisa kah ke rumah sekarang? Saya dan papa ada di depan rumah, rumah Pak Burhan| Kukirimkan segera pesan itu ke nomor Dokter Akbar. Gegas kususul papa yang sepertinya sudah mulai mengomel di dalam rumah. Kulihat di dalam su
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status