All Chapters of Suamiku Jadul: Chapter 51 - Chapter 60
528 Chapters
Banjir
Suamiku JadulPart 51Makin bahagia rasanya setelah kelahiran anakku yang kedua. Pengobatan parsiduduan atau ratus itu juga sangat manjur. Badan jadi ringan. "Bang, adek mau diet," kataku pada suami di suatu hari. Saat itu kami lagi makan bersama. "Diet?""Iya, Bang, badan makin besar aja," "Gak kok, Dek, perasaan Abang tetap segitu kok,"Memang benar, berat badanku tak pernah naik, naik hanya lima kilogram, itupun waktu hamil tua. Akan tetapi aku merasa badan sudah terlalu besar. Ingin juga langsing seperti orang-orang. "Kok gak makan, Dek?""Kan sudah kubilang, Bang, adek mau diet,""Begini sudah bagus, Dek, ngapain diet," "Iyalah, Bang, biar makin cantik, biar Abang makin senang." "Hahaha," "Ketawa, Bang?""Abang suka sapi gemuk, kalau gak gemuk, kasihan aja lihatnya,""Aku bukan sapi, Bang,""Yang bilang sapi siapa, Dek?"
Read more
Takkan Terpisah
Suamiku JadulPart 52"Setelah berusaha, selanjutnya kita berdoa dan terus bertawakkal." begitu kata suami ketika kutanya amalan apa yang dia lakukan semalaman. Dia hampir tak tidur, baru kali ini kulihat suami segeilsah itu. "Kasihan Kakak, sapinya mati tenggelam," kataku dengan raut wajah sedih. "Iya, Dek, Abang lupa kasih tahu, Abang jadi ikut merasa bersalah, seharusnya dikasih tahu juga sapinya jangan dikandangkan atau diikat jika ada bencana. Bencana banjir atau kebakaran, sapi tak boleh diikat, karena binatang juga punya naluri bertahan hidup." kata suami. "Mungkin karena kakak gak ikhlas yang pelihara sapi itu, Bang, sudah sering dia bilang muak dengan kotoran sapi," kataku lagi. "Jangan bicara begitu, Dek, gak boleh itu," Ah, gak asik bangett ini suami, gak bisa diajak ghibah atau gosip. Padahal menurutku benar begitu. Kakak sudah berulangkali bilang capek urus sapi. Tiba-tiba HP-ku bergetar, ada
Read more
Kasur Empuk
Suamiku JadulPart 53Pagi harinya, kami sudah sampai di kota salak Padang Sidempuan. Kami singgah di rumah makan khas Tapanuli Selatan untuk sarapan pagi. Begitu kami turun dari mobil, kami didatangi dua orang pria memegang salak. "Salak sibakkua, dipangan sada mangido dua," katanya seraya memberikan salak untukku. Kuterima dan ... "Coba saja dulu, Bu," kata pria tersebut. Kukupas dan kumakan. Waw! Enak, manis dan sedikit kelat. "Sini, Bu, sini, ini salaknya," kata pria itu lagi. Kuikuti saja, seraya menggendong si Butet, sementara Bang Parlindungan bawa si Ucok ke kamar mandi. "Berapa, Pak?" tanyaku kemudian. "Satu sumpit dua puluh ribu, beli tiga lima puluh ribu," jawabnya. "Satu sumpit itu berapa?""Oh, ini, Bu, ini sumpitnya," kata pria itu seraya menujukkan wadah anyaman. "Aku ambil tiga," kataku. Dengan cekatan pri
Read more
Pohon Makin Tinggi
Suamiku JadulPart 54Satu bulan penuh kami di kampung, baru situasi kembali normal, setelah dua kali panen sawit, saatnya kami kembali pulang ke Medan. Abang iparku dapat bantuan dari kami, akan tetapi Bang Parlin memberikan bukan dalam bentuk uang, melainkan panen sawit. "Kalau Abang, Kakak sukses suatu hari nanti, lakukan juga seperti yang kami lakukan pada kalian ini, ya, Kak, Bang," kata Bang Parlin ketika kakakku melepas kami pulang ke Medan. "Iya, Parlin, akan kami ganti, ini catatannya semua, panen sawit itu dua puluh lima juta, upah dodos dan transportasi bikinlah lima juta, jadi kami berutang dua puluh juta," kata Abang iparku. "Bukan begitu, Bang, bayarnya bukan sama kami, tapi sama orang yang tertimpa musibah seperti kalian ini, yang bisa merubah kembali nasibnya," jelas Bang Parlin. "Alangkah mulianya hatimu, Parlin," kata kakakku. Supir kami sudah menunggu di mobil. Supir kami ini memang ser
Read more
Digoda Calon Dewan
Suamiku JadulPart 55Terharu dan bahagia rasanya mendengar perkataan suami. Aku tahu dia memang mampu secara materi untuk melakukan poligami. Akan tetapi jawabannya itu yang membuat aku meleleh. "Poligami memang sunnah, tapi menjaga keutuhan keluarga itu wajib," kata-katanya itu sungguh membuat aku tak mampu menahan diri lagi. Langsung kupeluk suamiku di depan Sinta. "Ada lagi gak saudaranya Bang Parlin yang masih lajang, kalau ada kenalkan samaku ya," kata Sinta ketika kami bertemu lagi. Saat itu aku lagi beli sayur di warung tetangga. "Gak ada lagi, dah laku semua," jawabku seraya memasang senyum semanis mungkin. Aku memang coba tersenyum kepada orang yang coba rebut suamiku. "Di mana dicari orang seperti Bang Parlin, ya?" tanyanya lagi. "Setelah dia menolak, aku justru makin kagum padanya," sambung Sinta lagi. Ya, ampun, ini orang tak ada perasaan, masa dia puji-puji suamiku di dekatku, harus dikasih pelajaran ini
Read more
Prinsip Hidup
Suamiku JadulPart 56Aku sadar, rumah tanggaku masih seumur jagung, untuk ke depan nanti pasti makin beragam cobaan yang datang menimpa kami. Sampai hari ini masih bisa kami lalui, aku berdo'a bisa kami hadapi sampai hari yang akan datang, sampai mau memisahkan. Bang Parlindungan mulai mengurangi aktivitasnya. Dia lebih pokus ke kami anak istrinya. Biarpun sudah punya ART, akan tetapi dia lebih banyak di rumah. Si Ucok memang lagi lasaknya, kini dia sudah empat tahun, si Butet adiknya hampir dua tahun. Tak ada tanda-tanda aku hamil lagi, padahal tak KB. "Bang, aku kok gak hamil lagi, ya," tanyaku pada Bang Parlin di suatu siang. "Iya, mungkin cuma dua yang dititipkan Tuhan untuk kita," kata Bang Parlin. "Tapi Abang maunya tujuh," kataku lagi. "Iya, Dek, Abang memang maunya tujuh, tapi kemauan kita tak selamanya akan terwujud, kita percaya saja sama Allah, hanya dua yang kita mampu," kata Bang Parlin.&nbs
Read more
Sakit pun Bawa Keberuntungan
Suamiku JadulPart 57"Dek, pasti ada pengobatan lain, Abang gak mau operasi, gak mau," kata suamiku ketika tahu dirinya akan dioperasi. "Gak ada lagi, Bang, udah, ini hanya operasi kecil, jangan kek anak kecil Abang," kataku menenangkan suami. Dia yang hebat, dia yang jago, bahkan sampai berani memukul calon anggota dewan ternyata takut dioperasi. Bahkan takut dengan jarum suntik. Rasanya aku kurang percaya, ada lelaki berumur empat puluhan tahun, tak pernah disuntik. "Pria itu tukang suntik, Dek, pantang disuntik," kata suami lagi. "Udah, Bang, jangan rewel," kataku kemudian.Seorang perawat datang menghampiri kami, di tangannya ada beberapa berkas. "Dengan Pak Parlindungan Pulungan?" tanyanya ramah. "Iya, Kak, ada apa?" aku yang menjawab. "Besok akan dilakukan operasi, tolong cukur bulu di sekitar kemaluan, ini alat cukurnya, terus mulai saat ini puasa ya, Pak, sampai b
Read more
Mencintai Secara Rahasia
Suamiku JadulPart 58Ada hikmah di balik Bang Parlindungan sakit itu, kini dia mulai menjaga kesehatan. Tak lagi langsung kerja sehabis makan. Makan pun tak buru-buru lagi seperti biasa. "Dek, tau adek usus buntu?" tanya Bang Parlin,  saat itu aku lagi menyuapi si Butet sarapan. "Ya, taulah, Bang,""Semua bagian tubuh kita ada gunanya diciptakan Tuhan, kalau usus buntu apa gunanya?" tanya Bang Parlindungan lagi. Aku mulai berpikir, tapi tak juga kutahu apa itu guna usus buntu. Setahuku banyak orang yang usus buntunya dibuang, tapi tak ada pengaruh apa-apa, sebelum dan sesudah dibuang. "Tunggu, Bang," kataku tak mau kalah, kuketik 'kegunaan usus buntu' di kolom pencarian Google. Ternyata memang tak ada gunanya, para ahli pun masih banyak berdebat tentang kegunaan usus buntu ini. Bahkan aku dapat jawaban tak masuk akal. Usus buntu katanya berkaitan dengan teori darwin, sisa dari evolusi manusia. Ah, ini tak
Read more
Mie Ayam Pesugihan
Suamiku (Tidak) JadulParliNiaSeason ke-2Sub judul :  Mie Ayam Pesugihan Sore itu kami jalan-jalan di taman, bawa dua anak, Ucok dan Butet. Aku duduk di bangku taman baca buku, sementara suamiku dan dua anak kami bermain di rumput. Entah kenapa, sudah enam tahun tinggal di kota, Bang Parlin tak bisa move on dari rumput. Kalau jalan-jalan, pilihannya kalau gak taman, ya, pemandian alam. "Mak, ada orang gila," lapor si Ucok seraya menunjuk seseorang di pinggir jalan. "Huss, gak boleh ngomong gitu," kataku seraya menyilangkan jari telunjuk di bibir. "Memang orang gila, kok, Mak," kata si Ucok lagi. Sementara itu Bang Parlin lagi bermain kejar-kejaran dengan si Butet. Butet kini sudah sudah tiga tahun, si Ucok lima tahun. Sudah sekolah TK. Ucok kembali bermain, aku kembali sibuk dengan bukuku. "Maaakkk ...!" tiba-tiba terdengar jeritan si Ucok. Segera aku berlari
Read more
Cemburu Pada Nama
Suamiku (Tidak) JadulSesion ke-dua. Sub judul ; Cemburu Pada NamaSi Ucok kini sudah sekolah TK, setiap hari aku antar dia naik becak tetangga kami. Ini usul Bang Parlin, katanya untuk membantu tetangga tersebut. Seorang bapak tua yang di hari tuanya masih mengayuh beca. Kebetulan pula sekolah si Ucok tidak berapa jauh dari rumah. Hari itu aku jemput si Ucok seperti biasa, akan tetapi ternyata ada acara sehingga anak sekolah agak lama pulang, Bapak tukang becak tersebut kusuruh menunggu. Aku duduk di kantin, di sini banyak emak-emak muda yang menjemput anaknya. "Jemput anaknya, Bu," sapa seorang wanita padaku. "Iya, Bu, katanya agak lama hari ini," jawabku sesopan mungkin. "Iya, aku juga jemput anak, ngomong-ngomong gak kasihan sama anaknya naik becak tiap hari, panas lo," kata ibu yang satu lagi. "Udah biasa, Bu," jawabku. "Itulah gak sayang sama anak itu, suamiku mana dikasihi
Read more
PREV
1
...
45678
...
53
DMCA.com Protection Status