Lahat ng Kabanata ng Dari Mantan Jadi Ipar: Kabanata 41 - Kabanata 50
100 Kabanata
Akan Kubuat Rumah Tangganya Berakhir!
Pak Ivan menghentikan langkahku dan Mas Athaar. Pria berjas navy itu kini sudah berada di hadapan kami. "Sepertinya Anda salah paham. Saya tidak ada maksud melecehkan perempuan dan mempermainkan Mbak Ayesha. Saya cuma berpikir logis. Perempuan yang sudah punya suami atau calon suami hidupnya akan terkekang. Susah kalo diajak bisnis. So, apa saya salah jika membatalkan rencana kerja sama dengan Mbak Ayesha dengan alasan seperti yang sudah saya jelaskan tadi?""Setiap manusia berhak punya pendapat dan pemikiran sendiri, tapi cara berpikir Anda terlalu sempit. Berapa banyak perempuan di luar sana yang menjadi wanita karir meski sudah berkeluarga? Seharusnya dari awal, Ayesha nggak perlu menemui Anda. Permisi." Mas Athaar kembali menggandeng tanganku dan kembali mengayunkan kaki.Rasanya sia-sia saja menemui Pak Ivan. Padahal aku sudah senang karena dia adalah pengusaha sukses. Setidaknya butik akan maju jika ada klien seperti dia yang ikut menanam saham. Namun, semua harapan itu pupus. A
Magbasa pa
Hilangnya Restu Ibu
"Ngapain kalian di sini?" Kak Dinda bertanya dengan wajah ketus.Aku langsung tercengang melihat sikap Kak Dinda. Harusnya dia bahagia aku dan Ibu ada di sisinya di saat dia berduka. Namun, kenyataanya malah membuat kami merasa sedih. Tak bisakah dia sedikit saja menghargai pengorbanan Ibu?"Nduk, ibu dan adikmu mau lihat bagaimana keadaan kamu. Kami sedih karena kamu kehilangan anak dan ibu kehilangan cu—""Nggak perlu main drama di sini, Bu! Aku nggak apa-apa, kok. Nggak usah berlebihan!" Kak Dinda bicara kasar. Bola matanya sama sekali tak melihat wajah Ibu. Entah kenapa dia bisa sebenci itu pada Ibu.Aku sangat geram dengan sikap Kak Dinda pada Ibu. Namun, demi menjaga mental wanita itu tetap kuat, sebisa mungkin aku menahan gejolak amarah yang menguasai diri.Aku berusaha menenangkan Ibu agar beliau tetap tegar. Meskipun sebenarnya aku sendiri juga sedang menahan amarah yang bercokol di dada. Nurani Kak Dinda seakan-akan mati. Di hatinya kini hanya ada kata benci. Harusnya dia ib
Magbasa pa
Berubahnya Sikap Ibu
"Istighfar, Bu. Astaghfirullah hala'zim," kataku mencoba membuat Ibu mengingat Allah. Bukankah hati menjadi lebih tenang ketika mengingat Allah?"Sudahlah, Nduk! Pokoknya ibu ndak akan merestui kamu menikah! Ibu kapok!" Ibu masih saja berontak. Padahal aku sudah berupaya menenangkan beliau. Membuat aku gamang akan rencana pernikahanku nanti. Bagaimana mungkin diri ini menikah tanpa restu orang tua?"Bu, saya mohon, Ibu yang tenang, ya. Jangan samakan Ayesha dengan Mbak Dinda, Bu. Mungkin Mbak Dinda tega membuat Ibu begini, tapi saya yakin kalo Ayesha adalah gadis baik. Dia nggak mungkin mendurhakai Ibu setelah menikah." Mas Athaar juga ikut meyakinkan Ibu. Mengingatkan Ibu jika nantinya seorang Ayesha tidak mungkin melupakan beliau setelah menjadi istri orang."Kamu juga! Pulang sana! Jangan mimpi kamu bisa menikahi putriku! Aku ndak mungkin menikahkan Ayesha!" Ibu benar-benar lepas kontrol hingga sanggup melontarkan kata-kata yang sangat menyakitkan hati.Aku hanya bisa menangis. Sun
Magbasa pa
Dokter Alan
"Mbak Ayesha, ini masih diagnosis awal. Semoga hasil pemeriksaan saya salah.""Maksudnya, Dok?" Sungguh, aku sedang dilanda cemas luar biasa. Takut sekali mendengar hasil pemeriksaan dokter sampai-sampai ucapan petugas medis itu aku potong.Saat ini aku sedang berkomunikasi dengan seorang dokter psikiater yang sudah beberapa hari ini menangani Ibu. Ya, akhirnya aku membawa Ibu ke psikiater karena terkadang beliau meracau, menangis, panik dan yang paling sering cemas berlebihan. Namun, tanpa sepengetahuan Kak Dinda dan juga para tetangga.Bukan tanpa alasan aku tak memberitahu Kak Dinda. Semua dikarenakan hanya akan sia-sia saja. Bukannya Kak Dinda tak pernah peduli pada Ibu? Dan para tetangga, paling-paling hanya akan menghujat dan mengomentari dengan kalimat yang membuat mentalku semakin jatuh.Sepertinya Ibu berniat sekali ingin menghapus memori ingatannya tentang Kak Dinda. Karena berulang kali beliau berpura-pura lupa pada putri kandungnya itu dan berakhir tangisan pilu. Jika itu
Magbasa pa
Dokumen Itu Milikku
"Emm ... sepertinya Anda salah paham, Mbak. Saya datang ke sini karena—""Karena mau bertemu Ayesha, kan?" Kak Dinda memotong ucapan Dokter Alan cepat. Wanita itu seperti tak mau mendengar lawan bicaranya menjelaskan maksud tujuannya."Kak, sudahlah! Tolong jangan memperkeruh suasana! Jangan membuat Mas Athaar semakin salah paham! Ini namanya Dokter Alan. Dia dokternya Ibu," kataku sembari melihat ke arah Mas Athaar. Pria itu kini terlihat membuang wajah. Mungkin tak siap bertemu pandang denganku."Dokternya Ibu? Jangan ngarang, deh! Ibu, kan nggak sakit." Kak Dinda menyangkal. Wanita yang kini mengenakan gaun berwarna ungu itu melipat kedua tangannya ke dada."Ibu memang tidak sakit, Kak. Aku mau Ibu sehat terus, tapi kenyataannya Ibu harus minum obat ini setiap hari." Aku menunjukkan obat dari Dokter Alan yang hingga kini masih aku tenteng.Kak Dinda terlihat sedikit kaget. Dia memperhatikan tote bag yang berada di tanganku. "Kamu mau drama, ya? Tadi aku lihat Ibu baik-baik aja, kok
Magbasa pa
Siapa, Sih Pacarnya Dokter Alan?
"Maafin saya, ya, Mbak. Saya cuma nggak mau mereka semakin menyakiti Mbak." Dokter Alan berujar dengan nada penuh penyesalan. Alis matanya yang tebal tampak berkerut.Dokter Alan terlihat ikhlas, meski awalnya membuatku curiga karena ada di butik juga. Pria itu yang membelaku ketika satpam mengusir dengan cara tak sopan. Namun, hingga detik ini, kemunculannya yang secara tiba-tiba masih membuatku bertanya-tanya."Nggak apa-apa, Dok. Terima kasih, ya. Mungkin jika Dokter tidak datang tepat waktu, mungkin mereka sudah lebih kasar dari tadi. Tapi ... kenapa Dokter bisa ada di Surabaya juga?" Akhirnya aku melontarkan pertanyaan itu. Tak enak rasanya menduga-duga dan bertanya-tanya."Hmm ... saya ada janji sama seseorang, Mbak. Kebetulan dia kerja di sekitar butik Shasha. Tadi saya melihat Mbak Ayesha di butik itu. Karena saya mau menyapa, jadi saya ikuti Mbak Ayesha dari belakang. Eh, malah ada kejadian tadi di depan mata saya. Maaf, ya Mbak kalo saya terkesan lancang ikut campur urusan k
Magbasa pa
Dokter Alan mencintaiku?
"Dina? Kamu Dina, kan?" tanyaku pada seseorang yang tadi menyapa Koh Chang.Dina menunduk, mungkin gugup dan kaget karena tak menyangka bertemu aku di sini. Namun, setelah itu dia mengangguk."Kamu kenal dia, ya? Ini, nih karyawan oe yang izin sakit terus. Bikin pusing." Koh Chang berbicara sembari membetulkan letak kacamatanya yang sedikit miring."Saya baru ketemu dia sekali, Koh. Cuma kenal namanya," jawabku.Koh Chang manggut-manggut, kini matanya kembali memindai Dina dengan teliti. "Kamu ke sini mau kerja atau apa? Oe liat kamu masih pucat.""Saya mau izin berhenti kerja, Koh. Saya nggak bisa kerja lagi soalnya saya disuruh istirahat sama suami saya."Jawaban Dina seketika membuatku kaget. Suami? Bukannya kata Bu Santi suami Dina pergi meninggalkannya? Lantas, apa benar jika Dina ini adalah sepupunya Azka?"Emm ... maaf. Boleh saya nanya sesuatu?" tanyaku pada Dina. Wanita itu terlihat tegang."Silahkan, Mbak.""Kamu asli sini, ya?""Enggak, Mbak. Aku cuma kerja di sini. Di kamp
Magbasa pa
Dia Ditikam Preman
"Biasa aja wajahnya, Dok. Wajar kalo Dokter suka sama Ayesha. Hanya pria bodoh yang tak jatuh cinta sama dia. Tapi Anda tetap salah, karena dia itu calon istri saya dan nggak seharusnya Dokter mendekatinya." Mas Athaar masih melanjutkan ucapannya yang menurutku terlalu berlebihan. Karena selama ini sikap Dokter Alan biasa-biasa saja padaku. "Benar, kan, Dok?" sambung Mas Athaar lagi."Mas, kenapa, sih kamu kek gini? Dokter Alan nggak mungkin suka sama aku. Dia hanya kebetulan bertemu aku di sini dan ternyata calon istrinya itu adalah orang yang selama ini aku curigai ada hubungan sama Azka. Jangan berspekulasi terlalu dini, dong Mas. Aku cuma mau bantuin dia sekaligus membongkar kedok Dina.""Sha, aku ini seorang pria. Jelas aku tahu bagaimana seorang pria ketika naksir wanita. Sudahlah kalo kamu nggak percaya. Silahkan lanjutkan misi kamu kalo memang bisa berjalan tanpa aku." Mas Athaar kembali mengayunkan langkah. Entah kenapa hati ini mendadak ngilu melihat sikapnya. Kecemburuan pr
Magbasa pa
Naluri Lelaki Mas Athaar Bangkit
Ruangan serba putih ini rasanya pengap sekali. Menambah sesak yang semakin menghimpit dada. Dua jam sudah aku berada di sini, menunggu Mas Athaar sadar dari pingsan. Namun, pria itu tak kunjung membuka mata seperti harapan ini.Alhamdulillah, Mas Athaar sudah melewati masa kritis setelah ditusuk oleh anak buah Kak Dinda. Tinggal menunggu dia sadar pasca operasi. Entah bagaimana caranya aku menjelaskan pada keluarga Mas Athaar ketika mereka tiba di sini nanti. Semua ini salahku yang melibatkan Mas Athaar ke dalam masalahku.Mungkin sekarang Mas Agung sudah memberitahu keluarganya tentang kondisi sang adik. Namun, tetap saja aku harus menjelaskan dan meminta maaf pada keluarga Mas Athaar atas kejadian ini. Saat ini Mas Agung sedang di kantor polisi untuk melaporkan tindak kriminal yang dilakukan Kak Dinda.Di saat kejadian penusukan tadi, karena aku berteriak, banyak orang yang datang menghampiri kami dan menolong membawa Mas Athaar ke rumah sakit. Sementara para preman dan Kak Dinda me
Magbasa pa
Kembali pada Azka?
Aku melepaskan pelukan Mas Athaar yang sejak tadi terasa erat. Dia yang aku pikir sopan dan mau menjaga keperawanan hingga pernikahan, nyatanya hanya pecundang bertopeng pahlawan. Aku kecewa, benar-benar kecewa."Sha, mau ke mana?""Pulang! Hanya perempuan gila yang mau satu ruangan dengan orang mesum!""Hah? Apa maksudmu?"Aku membalikkan badan, padahal malas sekali untuk melakukannya. Mungkin ini yang terakhir, setelah ini aku akan mengakhiri semuanya. Siapa yang mau menikah dengan pria yang tak bisa menghargai wanita? Harusnya Mas Athaar bisa menahan diri, bukan malah mengajakku berbuat maksiat. Memalukan!"Kamu jahat, Mas! Kamu pikir aku murahan? Kita belum menikah, bisa-bisanya kamu ajak aku gituan!""Hah ...?" Mas Athaar masih terbengong-bengong. Dia pikir wajahnya itu lucu? Menyebalkan! "Kamu ini kenapa, Sha?""Udahlah, Mas! Aku pokoknya mau pulang dan aku nggak mau nikah sama kamu!""Ayesha, kamu kenapa, sih? Tolong jelaskan mas ini salah apa?"Gila! Mas Athaar bahkan tak mera
Magbasa pa
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status