All Chapters of Dari Mantan Jadi Ipar: Chapter 31 - Chapter 40
100 Chapters
Maaf, Mas Hatiku Terlanjur Patah
"Sha, tunggu!" Mas Athaar berusaha menahan diriku agar tak pergi. Pria itu kini menarik jemari tanganku."Sudahlah, Mas. Untuk apa kita bicara lagi? Sebaiknya kita nggak usah bertemu dan bicara lagi seperti ucapan kamu di chat waktu itu.""Sha, kita belum selesai. Kita harus bicara. Aku akui aku salah. Maaf." Mas Athaar berkata sambil menangkupkan kedua tangannya."Kamu salah? Bukan, Mas! Aku yang salah!" Aku berkata lantang sembari menatap lurus ke arah Mas Athaar."Aku, Sha. Aku yang salah.""Bukan, Mas! Aku yang salah. Salah karena sudah menjatuhkan hati pada orang yang salah. Harusnya, kamu nggak perlu beri harapan jika pada akhirnya semua kamu patahkan!"Mas Athaar tiba-tiba memeluk tubuh ini ketika aku usai mengatakan hal barusan. Dekapan pria itu erat sekali. Seolah-olah takut aku pergi. Namun, rasa sakit hati tak bisa diajak kompromi. Dengan sekuat tenaga aku berupaya melepaskan diri darinya."Lepas, Mas." Aku terus mencoba melepaskan diri. Kali ini sambil memukul dada bidang p
Read more
Mas Athaar Bukan Jodohku?
"Kenapa, Sha? Bukannya kamu sudah punya rasa sama mas?" Mas Athaar kembali menggenggam tanganku."Ya, karena aku nggak mau kamu sakit hati lagi, Mas. Aku nggak mau mengulang kisah salah di hidupku. Aku minta maaf jika selama kita kenal, aku ada salah sama Mas. Setelah ini, mungkin aku akan kembali ke Surabaya. Aku akan mencari orang yang bisa jagain ibuku di sini.""Kamu serius? Kamu nggak kasihan kalo misalnya ibumu tiba-tiba mendadak sakit?" Mas Athaar seolah-olah memancing sesuatu yang menjadi ketakutanku jika diri ini kembali ke Surabaya."Sebaik-baik penjaga adalah Allah. Dan aku cuma bisa berdoa, ibuku baik-baik saja di sini."Mas Athaar mendengkus. Mungkin kesal lantaran sulit merobohkan keyakinan diri ini. Namun, ada satu yang aku suka dari pria itu. Dia tak memaksa, bahkan tak mau berteriak marah. Padahal, aku tahu dia sangat kecewa saat ini."Ya, sudah. Kalo itu pilihan kamu, mas bisa apa. Mas harap, setelah ini kamu bahagia, ya. Maaf, jika beberapa hari ini banyak luka yang
Read more
Paket Penghancur Hati
Mas Athaar melotot tajam pada Azka yang baru saja dia dorong ke lantai. Wajah pria itu terlihat merah padam. Sepertinya amarah sudah membuncah memenuhi dadanya."Athaar, Azka, sabar ... kalian jangan bertengkar di sini." Ibu tampak ketakutan. Beberapa kali kalimat istighfar meluncur dari bibirnya. Sementara aku berusaha menenangkan Ibu dengan cara mengusap-usap bahu wanita itu."Maumu apa?!" Mas Athaar menarik kerah kemeja milik Azka, membuat pria itu mau tak mau terpaksa berdiri. "Selama ini aku udah sabar dan nggak mau ladenin kamu, eh kamu masih juga nggak sadar! Kamu pikir, aku nggak tau permainan busukmu?!""Maksudmu apa? Jangan melempar kesalahanmu ke aku lah!" Azka melepaskan cengkraman tangan Mas Athaar. Kemudian dengan gesit melayangkan tinju ke wajah rivalnya."Munafik!" Mas Athaar rupanya membalas dengan menghadiahi wajah Azka dengan bogem mentah. Membuat Azka terpental beberapa langkah."Astaghfirullah, Athaar, Azka! Sudah! Ibu ndak mau ada kekerasan di sini.""Iya, Mas. U
Read more
Umpan Halus untuk Mas Athaar
"Azka ....""Kenapa? Kaget?" Dengan santainya, Azka bertanya demikian sambil menatapku sinis. Kemudian dia berjalan mengitari tubuh ini dengan tangan dimasukkan ke saku celananya. "Kalo kamu mau, aku bisa, kok temuin kamu sama perempuan itu. Ya, itu pun kalo kamu siap." Tanpa peduli dengan perasaan ini, Azka seolah-olah sengaja meluluh lantakan hati ini bertubi-tubi.Aku bergeming, rasanya ini semua bagai mimpi. Kenapa di saat keyakinan hati sudah mantap membina rumah tangga bersama dengan Mas Athaar, justru jalannya semakin berserakan ditaburi kerikil tajam? Entah apa yang harus aku lakukan menghadapi ini semua. Haruskah aku percaya pada Azka?"Nggak usah lama-lama kagetnya. Aku, kan udah bilang kalo calon suami kamu itu belum tentu lebih baik dari aku. Jangan jadikan orang yang salah menjadi tempat pelarian kamu, Sha." Azka kini membungkukkan tubuhnya agar sejajar denganku. Entah apa maksud kalimat terakhir pria itu."Menjauh dariku! Aku nggak mau ada yang salah paham lagi." Aku mend
Read more
Mas Athaar Keracunan
"Mas, kamu nggak apa-apa, kan?" tanyaku penuh dengan kekhawatiran. Bagaimanapun aku tak tega melihat Mas Athaar batuk-batuk.Mas Athaar mengangkat tangannya, mungkin memintaku agar tak perlu khawatir. Namun, mana mungkin aku tak mencemaskan dia. Apalagi pria itu dibarengi dengan sesak ketika batuk."Mas, kamu beneran nggak apa-apa? Mas! Astaghfirullah!" Aku panik, karena Mas Athaar tiba-tiba pingsan. Ya, Allah Sebenarnya pria itu kenapa?Beberapa pengunjung lain datang menghampiri kami. Mereka pasti kaget dan tentunya refleks ingin menolong karena aku berteriak meminta tolong."Masnya kenapa, Mbak?" Salah seorang pengunjung bertanya padaku. Sementara aku hanya bisa menggeleng karena di situasi yang panik, diri ini memang tak bisa jika ditanya-tanya."Ya, sudah sebaiknya kita bawa saja mas ini ke rumah sakit."Aku hanya mengangguk saja sebagai respons. Jujur, aku takut Mas Athaar kenapa-kenapa. Bagaimanapun dia seperti itu karena ulahku. Andai, tadi diri ini tak berinisiatif membicarak
Read more
Ada Mata-mata
"Waalaikum salam," jawabku dan Mas Athaar secara bersamaan. Aku yang sejak tadi deg-degan, kini bertambah tidak keruan. Anggota keluarga Mas Athaar yang berjumlah tiga orang melempar senyum pada diri ini. Aku pun membalas senyuman mereka sembari menyalami mereka satu persatu. Sungguh, saat ini aku diliputi canggung luar biasa. Biasanya, kan aku bertemu mereka di rumah dan didampingi Ibu."Nak Ayesha, terima kasih, ya. Kamu sudah menjaga Athaar. Ibu bahagia melihat kalian seperti ini." Bu Wening kembali tersenyum padaku. Kali ini beliau mengusap lembut bahu ini setelah aku mencium punggung tangannya.Aku membungkukkan badan. Kemudian dengan segan menjawab. "Sudah menjadi keharusan buat saya, Bu. Apalagi, kejadian itu terjadi ketika kami sedang makan berdua di kafe.""Ciee ... Athaar. Diem-diem rupanya udah lancar nge-date. Pantes wajahnya sekarang fresh banget," goda Mas Agung sembari melirik Mas Athaar. "By the way, kamu, kok bisa sampe teledor?" Wajah Mas Agung kini berubah serius.
Read more
Kepergok Selingkuh
Mas Athaar akhirnya diizinkan pulang oleh dokter setelah hampir dua hari di rawat. Pria itu terlihat bahagia ketika aku datang menjemputnya di rumah sakit. Bu Wening memang memintaku untuk menemani anak bungsunya itu pulang ke rumah."Mas, kenapa, sih senyum-senyum dari tadi?" Aku heran karena sejak aku datang ke ruang perawatan, Mas Athaar senyum-senyum terus."Nggak ada. Cuma seneng aja lihat kamu," jawabnya sambil terus mengumbar senyum. Jujur, aku jadi kikuk berhadapan dengannya. Beberapa kali barang di tangan ini terlepas begitu saja lantaran grogi. Saat ini aku tengah membereskan barang-barang milik Mas Athaar sebelum pulang ke rumah.Lantaran tak mungkin mengedepankan rasa grogi, sebisa mungkin aku fokus berkemas. Tidak baik jika kami berlama-lama di tempat ini. Takutnya ada pasien lain yang mau menempati ruangan ini. Namun, satu insiden kecil terjadi. Ada seekor anak cicak tiba-tiba merayap ke tangan ini. Spontan diri ini terpekik dan bergerak tak beraturan. Intinya aku jijik
Read more
Siapa Dina Sebenarnya?
"Lihat, Kak! Bener, kan apa yang aku bilang. Mas Azka itu selingkuh!" Usai mengatai Azka biadab, aku berusaha membuka mata Kak Dinda yang sebenarnya tidak tertutup."Cukup, Sha! Kalo nggak tau apa-apa, nggak usah sok tau! Dia itu Dina, sepupunya Mas Azka."Aku dan Mas Athaar kembali saling melempar pandang. Sungguh, aku bingung harus bagaimana. Memangnya ada, ya sepupu, tapi dikecup pipinya? Oke kalau cuma usap perut karena menyapa calon bayi masih bisa dipertimbangkan. Akan tetapi kalau sudah berciuman, apakah pantas?"Kenapa? Kaget? Lain kali kalo orang jelasin itu denger, ini main marah dan pergi aja." Azka seolah-olah berusaha membuatku semakin tersudut.Entahlah, rasanya aku tak percaya jika Dina adalah sepupunya Azka. Herannya, kenapa Kak Dinda percaya begitu saja? Sebagai adiknya, aku tak bisa berbuat apa-apa jika Kak Dinda lebih percaya pada suaminya."Ini kenapa ribut-ribut? Bikin pusing aja." Bu Santi muncul dari dalam rumah. Sepertinya dia baru saja bangun tidur."Nggak ada
Read more
Janji Temu dengan Klien Tampan
"Kenapa bicaramu kasar sekali? Dia itu mertua kakakmu. Ndak pantas kamu seperti itu sama dia." Ibu menasihati aku dengan wajah sedih. Inilah yang aku takutkan. Namun, sudah terjadi."Jeng, sudah. Jangan marahi Ayesha. Aku yang salah, makanya dia begitu." Bu Santi sok peduli, padahal aku tahu jika dia senang sekali jika Ibu memarahi aku. Dasar muka dua!"Maaf, ya, Jeng. Mungkin dia capek makanya begitu. Dari tadi terus mikirin Dinda. Katanya Azka—""Itu bukan masalah besar, Jeng. Azka dan Dinda baik-baik aja, kok. Ayesha cuma salah paham." Bu Santi memotong ucapan Ibu dan menjelaskan dengan wajah sok polos."Syukurlah, Jeng. Tolong, Jeng jagain Dinda. Jeng, kan tau sekarang Dinda udah ndak mau pulang ke sini." Ibu berujar dengan nada sedih."Iya, Jeng. Jangan khawatir. Kalo gitu saya pamit dulu, ya. Takutnya nggak dapet ojek kalo kemaleman.""Oh, iya, Jeng. Maaf sekali lagi. Sampe ndak nyuruh masuk ni saya.""Nggak apa-apa. Mari." Bu Santi pun berlalu pergi setelah Ibu mempersilakan wa
Read more
Dipermainkan
Mas Athaar kembali terpancing emosinya dengan ucapan Azka. Aku yang tahu maksud tujuan Azka hanya ingin merusak pertemuan keluarga, berusaha menenangkan Mas Athaar agar bisa mengontrol diri. Bagaimanapun kami saat ini sedang berada di luar rumah. Akan dipandang buruk oleh para tetangga jika kami bertengkar."Mas, mending kita masuk. Nggak ada untungnya kita meladeni dia," kataku sambil menahan tubuh Mas Athaar yang berulang kali hendak mendorong tubuh Azka."Kamu akan menyesal, Sha. Harusnya kamu percaya sama aku. Aku tulus sama kamu Sha." Azka bicara tanpa menggunakan otak. Bisa-bisanya dia mengatakan hal sebodoh itu."Jangan bersikap di luar batas! Sadar diri kalo kamu nggak akan bisa bersama Ayesha. Biasakan gunakan otak supaya apa yang kamu lakukan tidak melampaui batas." Mas Athaar sudah tak bisa lagi membendung kata-kata racun yang sepertinya sudah dia simpan sejak lama."Ohh ... jadi dia sudah tau hubungan kita di masa lalu, ya, Sha? Baguslah. Biar dia tau siapa saingan berat d
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status