Semua Bab Bukan Dokter Cinta: Bab 21 - Bab 30
61 Bab
Bab 21 Money
David terkejut mendengar kalimat yang ia ucapkan sendiri. Kebingungan yang dialaminya telah membuat lidahnya kelu lalu menjadi gugup dibuatnya. Sehingga kalimat itulah yang justru keluar dari mulutnya dengan sangat lancar. Payah! Kalimat ini akan membuat Wenda menjadi salah paham.David melihat Wenda sudah membelalakkan matanya sangat lebar. Itu menjadi bukti bahwa ia sedang terkejut tak terperi. David segera mempekerjakan otaknya lebih keras lagi untuk merangkai kata dengan baik dan benar. Ia harus meluruskan kesalahpahaman ini segera."Wenda, sorry. Maksud aku bukan begitu." Wenda melepaskan tangannya yang tergenggam di kedua tangan David secara perlahan. Mimik wajah itu seketika berubah menjadi tanya, alisnya berkerut dan matanya menatap tajam."Lalu maksud Mas apa?" tanya Wenda yang masih dengan alis berkerut.David masih terlalu gugup untuk memulainya harus dari mana. Ia menutup wajahnya sebagian dengan telapak tangan kanannya dan menghela napas perlahan. Ia berusaha menenangkan d
Baca selengkapnya
Bab 22 Terhina
Wenda melajukan kendaraannya dengan cepat. Suasana larut yang hampir menjemput membuat jalanan terlihat lebih lengang. Hal ini membuat Wenda semakin terpicu untuk menginjal pedal gas lebih dalam. Ia berharap perasaan amarahnya dapat terlampiaskan. Tak ingin rasanya membawa rasa ini masuk ke dalam gubuknya.Pada akhirnya, emosi tak mampu Wenda redakan sesampainya di rumah. Ia lumayan kasar menutup segala bentuk pintu, mulai dari pintu gerbang, pintu mobil, pintu rumah dan pintu kamar mandi. Pak Agus dan Bu Tiwi yang saat itu masih belum terlelap hanya bisa terheran-heran melihat tingkah laku putri sulungnya."Wenda kenapa ya, Yah?" tanya Bu Tiwi khawatit karena Wenda hanya menyapa mereka yang sedang menonton acara televisi dengan singkat dan dingin. Bu Tiwi melihat sosok Wenda menghilang masuk ke dalam ruang dapur."Ayah nggak tau, Bu. Mungkin sedang ada masalah di rumah sakit. Besok Ayah tanyakan sama Wenda." jawab Pak Agus mencoba menenangkan istrinya."Wenda nggak bilang apa-apa wakt
Baca selengkapnya
Bab 23 Ancaman
"Terima kasih sudah mau meluangkan waktu, Pak." ucap David sambil menjabat tangan seorang pria paruh baya bersetelan jas seperti dirinya."Justru saya yang terima kasih kepada Mas David karena masih mempercayai tim kami untuk berkonsultasi mengenai kasus seperti ini." balas pria itu tersenyum sambil memandang bergantian kepada dua orang di sebelahnya. Logat bataknya kentara sekali ketika beliau sedang berbicara. "Jika Mas David menginginkan kasus ini dilanjutkan, bisa langsung hubungi kami." lanjut pria yang bernama Pak Tigor. Ia berprofesi sebagai pengacara handal dan profesional. Tigor dan anak buahnya memang sudah dipercaya oleh Pak Johan sejak lama untuk menjadi penasihat hukum di perusahan. Itulah mengapa, David tidak perlu ambil pusing lagi mencari pengacara terbaik untuk menangani kasus yang saat ini ingin ia selidiki."Satu hal lagi, Pak. Saya mohon hal sepele seperti ini jangan sampai terdengar oleh Ayah saya. Saya hanya tidak mau membebani pikiran Beliau." pinta David sambil
Baca selengkapnya
Bab 24 Tega
"Gilang, segera lalukan apa yang aku bilang kemarin!" ucap David setelah Gilang mengangkat ponselnya yang berdering dari saku celanyanya. Gilang pun menjawab 'Oke' dan segera menutup panggilan itu. Ia langsung mengerti apa yang sedang diperintahkan kepadanya. Sejujurnya, Gilang setengah hati ingin melakukan perintah itu. Tetapi David mengancam akan memecat dan tidak akan pernah menganggap dia seorang teman lagi. Gilang sudah terlanjur nyaman dengan materi yang berkelimpahan selama ia bekerja bersama David. Ia pun menurut saja apa yang bosnya perintahkan agar semua berjalan dengan baik dan lancar.David saat itu menyuruh Gilang untuk mencari cara. Bagaimana agar Pak Agus mau menceritakan tentang kasus penipuan itu. Rencana ini harus dilakukan sealami mungkin supaya Pak Agus tidak curiga dalam hal apapun. Gilang akhirnya memutuskan untuk mencari info tentang investasi dimaksud. Dan berpura-pura menceritakan kepada Pak Agus. Alhasil Pak Agus masuk ke dalam perangkapnya. Awalny
Baca selengkapnya
Bab 25 Ibu
Wenda menutup pintu kamar perlahan agar ibunya tidak merasa terganggu. Ia menemani Bu Tiwi yang sudah tenang hingga tertidur. Tak lupa ia mengecek tekanan darah tinggi ibunya. Wenda pun mampu bernapas lega karena semua normal dan baik-baik saja."Wen, gimana keadaan ibumu?" tanya Pak Agus yang sudah berdiri di ruang keluarga begitu mendengar Wenda keluar dari kamar utama."Sudah tenang, Yah. Sekarang baru istirahat." jawab Wenda berjalan mendekati ayahnya. "Dimas di mana?""Dimas sudah ke kamarnya." jawab Pak Agus. Wenda membimbing ayahnya untuk duduk ke sofa yang ada di depan televisi. Ada hal yang harus mereka bicarakan berdua saja, mumpung tidak ada adik-adiknya. Monic belum pulang karena masih ada bimbingan belajar, sedangkan Santi sudah pasti dia sedang pergi bermain bersama temannya di komplek ini.Wenda ingin tahu siapa dan berasal dari mana pengacara yang disebutkan ayahnya tadi. Ia curiga ini adalah ulah Si Tuan Muda. Ia teringat ancaman David yang ditu
Baca selengkapnya
Bab 26 Luka
"Baik, Bapak dan Ibu sekalian. Jika sudah tidak ada yang ingin disampaikan, rapat pagi ini saya akhiri." kata Patrick sambil berdiri di sebuah mimbar kecil samping layar proyektor, "Terima kasih Bapak dan Ibu sekalian untuk rapat hari ini yang sungguh luar biasa."Satu per satu para anggota rapat pergi meninggalkan ruangan itu. Patrick membereskan berkas-berkas dan mematikan proyektor. Ia melihat David tak kunjung meninggalkan ruangan itu. Bosnya itu tengah sibuk memainkan ponselnya dengan jarinya. "Halo. Maksud kamu apa, Lang?" tanya David lantang hingga membuat Patrick sedikit terkejut. Hampir saja berkas itu berantakan lagi jika ia tidak sigap memegangnya dengan erat."Patrick, ada jadwal meeting lagi nggak setelah ini?" tanya David tanpa menutup panggilan teleponnya."Nggak ada, Pak. Tapi hari ini Bapak ada jadwal bertemu dengan klien." jawab Patrick."Tolong tunda dan atur jadwalnya lagi! Hari ini saya mau ke rumah sakit." perintah David."Siapa ya
Baca selengkapnya
Bab 27 Kebaikan Hati
Pria paruh baya bernama Agus Gunawan itu merasa seperti tersambar petir di pagi hari yang cerah. Seorang anak majikannya berkata ingin menikahi salah satu putri kesayangannya. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Haruskah Pak Agus merasa senang mendengar kabar ini? Ya, betul. Ada setitik rasa kebahagian dalam benak Pak Agus. Pada akhirnya datang juga seorang pria yang meminta restu kepada dirinya untuk menikahi putri sulungnya yang sudah lama menyendiri. Tetapi yang menjadi pertanyaan Pak Agus adalah mengapa harus pria seperti ini? Bukan, bukan. Pak Agus sama sekali tidak meragukan ketulusan dan kejujuran pria itu.Pak Agus percaya, pria ini tulus mencintai putrinya. Jika tak mencintai, bagaimana mungkin ia mau membantu Pak Agus menangani masalahnya secara cuma-cuma. Pak Agus sebenarnya tahu bahwa tidak mudah dan tidak murah memakai jasa pengacara yang di rekomendasikan kepada dirinya. Bahkan sekarang, David ingin memindahkan perawatan Bu Tiwi ke rumah sakit yang lebih besar
Baca selengkapnya
Bab 28 Pindah
Tidur siang Wenda terasa tidak nyaman dan juga tak nyenyak. Kondisi Ibunya yang tengah sakit menghantui pikirannya, walaupun tindakan operasi sudah berjalan dengan sangat lancar dan keadaannya kini juga sudah stabil. Ia sekarang terbangun dari tidurnya yang hanya berlangsung dua jam saja. Lalu beranjak dari ranjang dan menyiapkan segala sesuatu yang menjadi kewajibannya. Ia membereskan rumah dan memasak lauk pauk untuk Ayah serta ketiga adiknya nanti. Wenda pun dapat membayangkan, usai musibah ini terjadi, semuanya pasti akan berubah drastis. Ibunya dapat dipastikan tidak bisa beraktivitas seperti biasanya lagi. Serangan stroke itu akan membuat ibunya tidak mampu lagi menggunakan anggota tubuhnya dengan sempurna seperti dulu. Wenda pun telah siap jika harus membantu ibunya untuk menggantikan perannya di dalam rumah ini.Wenda telah selesai menyelesaikan tugasnya. Bersamaan dengan itu Santi tiba di rumah usai menyelesaikan kegiatan sekolahnya. Santi masuk ke dalam rumah
Baca selengkapnya
Bab 29 Hubungan Spesial
Wenda mengerjapkan mata dan mengerutkan keningnya sambil menatap ayahnya lekat-lekat. Ia sama sekali tak mengerti apa yang diucapkan ayahnya di sore ini. Ia yakin bahwa ia tidak salah mendengar kalimat pertanyaan yang keluar dari mulut ayahnya. Karena lorong ini sepi, tidak ada orang berlalu-lalang saat ini."Ayah ngomong apa sih? Hubungan apa?" tanya Wenda tak paham. "Tidak perlu kamu tutup-tutupi lagi hubungan itu di depan Ayah, Wenda. Ayah sudah tahu semuanya." ucap Pak Agus sambil memegang lengan Wenda seolah mencoba menguatkannya."Menutupi apa, Ayah? Wenda nggak ngerti!" pekik Wenda karena kesal. Ia tahu sepertinya Ayah salah paham akan situasi itu. Hal itu bukan seperti yang dibayangkan ayahnya. Mungkinkah ayahnya mengira ia memiliki hubungan spesial dengan anak majikannya itu? "Ayah tidak akan bertanya banyak hal padamu mengenai hubunganmu dengan Mas David karena dia sudah banyak cerita kepada Ayah. Dan Ayah sudah memutuskan untuk merestui kalian." lanjut Pak Agus yang kini m
Baca selengkapnya
Bab 30 Dendam
Wenda mempertahankan langkah kakinya untuk tetap kuat berjalan, meski terasa lemas. Ia mencoba untuk terus berjalan hingga sampailah ia di mobil kesayangannya. Ia duduk di jok dan membenamkan kepalanya di antara kedua lengannya yang sudah bersandar di kemudi. Cairan hangat perlahan telah keluar dari bendungan bernama kelopak mata. Kejadian yang baru saja terjadi tenyata sangat membuat dirinya syok. David mencium tanpa seijinnya. Sekarang, lelaki itu telah sukses untuk merendahkan dirinya. Setelah ini, apalagi yang akan lelaki itu perbuat terhadap dirinya? Sebenarnya, Wenda datang untuk menemui pria itu karena ia lelah dibuat muak olehnya. Ia merasa tertantang dengan kesepakatan yang David buat. Ia mau David ikut bertanggung jawab atas musibah yang dialaminya. Karena dirinya-lah Ibunya telah jatuh sakit. Ingin rasanya ia menguras habis harta yang sangat dibanggakan dan dipamerkan oleh David itu. Wenda telah mengubah pola pikirnya, keluarganya bukanlah pengemis! J
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status