All Chapters of Bakti Seorang Menantu : Chapter 201 - Chapter 210
221 Chapters
203. Secercah Harapan bagian 2.
"Kamu … dari waktu, Mas pulang belum haid?" tanya Rahman jantungnya semakin berpacu tak sabaran ingin tahu apa yang terjadi pada istrinya."Belum!" sahut Mala sambil menggelengkan kepalanya. Sepertinya Mala hilang fokus, tak sadar kalau percakapan dengan suaminya itu via telpon bukan video call atau berhadapan."Cepat tes, sana!" titah Rahman tak sabar. "Kata orang bagus pagi-pagi, Mas! Besok pagi aja!" kilah Mala. Rumor-nya mengechek urine pada tespek harus dilakukan pagi-pagi. Padahal di rumah sakit terkadang chek urine jam berapa saja tak jadi masalah. Lalu siapa yang pertama bilang seperti itu? Entahlah di ples enam dua ini ragam manusia adanya. Jadi banyak mitos yang kadang-kadang gak logis pun dipercayai. Tapi mungkin perihal urine ini ada benarnya, akan lebih akurat di pagi hari kali, ya? Akh entahlah. "Emang ada aturan ngechek urine?" tanya Rahman lagi."Entahlah!" sahut Mala ragu."Ya udah sana tes, aku ganti video call, ya!" "Hmz!" Mala sedikit merasa was-was dengan tes y
Read more
204. Positif bagian A.
Positif.Mala sangat bahagia melihat garis dua di tespeknya. Ia sudah tak sabar ingin segera sore hari dan akan pergi ke bidan hari ini juga. Tak lupa ia menyuruh Aisyah untuk mengantarnya, tapi adiknya itu ternyata sedang sakit, terpaksa Faris yang harus mengantarnya. Mala belum memiliki motor meski keuntungan toko dua bulan ini sungguh menakjubkan, tapi ia ingin mengembalikan uang Helen dan kedua kakak iparnya, jadi ia menahan diri untuk membeli sesuatu yang sifatnya hanya butuh bukan darurat. Semetar di rumah bu Samirah, Eni sedang emosi karena ibunya bak di kasur. Padahal ia baru saja pulang menjemput anak pertamanya dari sekolah. Kondisi rumah yang berantakan akibat Nayla yang sedang masanya ngacak-ngacak mainan setiap harinya, ditambah ibunya yang semakin hari semakin merepotkan. Eni langsung meraih ponselnya dan mengetik sesuatu di grup wa keluarganya.{Beliin Pampers, sih! Hari ini ibu bak di kasur, baunya keseluruh penjuru dunia, cepat kirim Pampers ke rumahku} Mala yang s
Read more
205. Positif bagian B.
"Hmz. Ini adik saya, Bu. Suami saya kebetulan sedang di luar pulau. Jadi yang mengantar kesini adik saya," terang Mala memberi penjelasan. Faris sudah dua kali menuai pandang yang menurut pemuda itu memalukan. Membeli tespek dan mengantar sang kakak ke bidan. Ia menjerit dalam hatinya kenapa Aisyah harus sakit disaat Mala membutuhkan bantuan. Karena biasanya Aisyah lah yang menghandle semua bantuan untuk kakaknya."Oh, kirain suaminya. Maaf, ya dek!" ucap wanita itu dengan menangkupkan kedua tangannya. Faris hanya nyengir menanggapi permintaan maaf itu meski hatinya dongkol."Suaminya di luar pulau kok, Mbak bisa hamil?" ucapnya lagi membuat Mala terkejut serta ingin memaki wanita di sebelahnya itu. Tingkat keponya melebihi rata-rata hingga pada orang tak dikenal pun dia bisa-bisanya julid. Bukannya tak pantas menanyakan hal seperti itu. Masih banyak pertanyaan lain yang berbobot untuk menjalin komunikasi dengan orang lain di tempat umum. "Suami saya pulang pergi seminggu sekali!" u
Read more
206. Kedatangan Rahman bagian A.
Gadis tujuh belas tahun itu langsung berkemas guna menuruti titah ibunya. Aisyah tipe anak yang patuh, tidak pernah membantah atau bilang ah saat Sarah atau Ahmad meminta bantuannya.Aisyah terbilang anak yang rajin beribadah, ia juga sedang belajar menghafal Al-Qur'an. Dari keempat anaknya, hanya Aisyah yang ingin menguasai banyak bidang dalam kehidupannya. Mulai dari membantu pekerjaan rumah, bahkan Aisyah tak segan membantu Ahmad menggembala domba-domba mereka. Kehidupan mereka makin hari makin membaik, jauh daripada saat anak-anaknya masih kecil. Makan telur satu biji pun harus dibagi empat. Tapi kini, jangankan telur … bahkan mereka mampu makan di restoran mahal apalagi setelah Aisyah menjadi salah satu affiliate di salah satu e-commerce berwarna orange."Is, cepatlah keburu malam!" teriak Sarah dari ruang depan. "Biar, Abah antarkan saja, Mak. Diluar sudah gelap!" ucap Ahmad, ia tak tenang jika harus melepas anak gadisnya pergi sendirian. "Ya … udah, Faris yang antar saja. La
Read more
207. Kedatangan Rahman bagian B.
"Sudah dekat, Man?" tanya Arip sambil membenarkan posisi duduknya serta melihat ke arah luar yang mulai menunjukkan bentangan sawah di sisi kanan dan rumah-rumah sederhana di sisi kiri. "Iya, bentar lagi. Kejedot, ya?" tanya Rahman tanpa melihat kearah Arif karena ia sedang fokus pada jalan berbatu dan sempit. Arif hanya terkekeh. Ia mematikan AC mobil lalu membuka jendela lalu menghirup aroma pagi di kampung Rahman. Banyak anak-anak berjalan untuk pergi kesekolah, aktivitas para warga sudah terlihat ramai di sepanjang jalan. Rahman melihat bangunan toko yang miliknya terlihat Agus dan Sandy tengah memindahkan barang, pikirnya pasti Mala masih di dalam rumah, karena jam baru menunjukkan pukul tujuh lebih sepuluh menit. Ia menarik rem tangan kemudian mematikan mobilnya. "Alhamdulillah sampai!" ucapnya. Agus dan Sandy melirik ke arah mobil hitam yang barusan parkir di depan toko. "Bang Rahman!" seru keduanya lalu menyalami suami bosnya itu. Tak lupa mereka pun menyalami Arif yang ba
Read more
208 Kedatangan Rahman bagian C.
"Is, belanja ke pasar, ya! Beliin sayuran dan daging sapi. Teteh mau masak banyak ada tamu!" titahnya sebelum ia masuk ke ruang tamu untuk menyapa Arif "Tamu siapa?" tanya Aisyah sambil menata nasi ke piring." Kamu belum tahu?" "Abang gak ngomong!" sahut gadis itu cuek."Ya … udah, hayu samperin dulu tamunya, terus kamu ke pasar. Nanti, Teteh catat apa saja yang harus di beli." "Siap, Bos!" sahutnya sambil memperagakan sikap hormat pada kakaknya keduanya tergelak dan melangkah beriringan untuk menemui Arif. "Akh, maaf menunggu lama. Gimana perjalanannya?" tanya Mala saat sudah berada di ruang tamu sambil menyodorkan tangannya. "Alhamdulillah aman dan lancar. Maaf saya merepotkan," sahut Arif sambil pandangannya menuju pada gadis yang berdiri disamping Mala. Gadis dengan alis tebal dan bulu mata lentik, sedikit pipinya agak gembul tidak terlalu tirus. Mata Arif tak berkedip melihatnya. "Ini adik saya!" ucap Mala membuyarkan fokus pandangan Arif, Aisyah maju dan mencium takjim ta
Read more
209. Tanggung jawab anak Laki-laki
Arif yang terbangun karena bau masakan yang menguar hingga ke kamarnya, sejak tadi sudah duduk ditepi ranjang dan mendengar obrolan sang tuan rumah. Kebetulan posisi kamar Arif nempell dengan dapur, jadi obrolannya Mala dan Aisyah terdengar jelas ketelinganya. Ia lalu berdiri menatap gambar dirinya di cermin lemari dan bergumam. " Masa iya, wajah ganteng begini tak membuat bocah itu terpesona. Aku mirip Reza Rahardian loh!" Kemudian Arif tersenyum sendiri mengingat obrolan Aisyah tadi. ——RatuNna kania——Setelah masakan selesai dan terhidang di meja, Mala memberitahu Aisyah bahwa dia akan ke rumah Bu Samirah menyusul Rahman dan memberi makan mertuanya itu. Aisyah meng-iyakan dan gadis itu melanjutkan membereskan dapur, piring yang sudah dicuci ia masukkan ke dalam kitchen set yang tersedia disana.Arif keluar hendak ke kamar mandi dan Aisyah hendak ke kamar mereka bertemu tepat di tengah ruangan antara ruang tengah dan kamar mandi. Arif seketika menghentikan langkahnya begitupun
Read more
210. Ada Apa?
Mala hanya tersenyum mendengar apa yang Susan katakan. Sebenarnya, dia pun mendengar desas-desus tentang sikap judesnya Eni terhadap ibunya sendiri. Namun, Mala tidak ingin terlibat lebih dalam lagi dalam urusan mertuanya. Karena bukan hanya satu dua kali saja, Eni dengan bengis menyuruh agar Mala tidak ikut campur dengan kata-kata yang bikin sakit hati dan jiwa."Ada apa, Mbak?" tanya Rahman untuk kedua kalinya dengan menatap tajam ke arah kakak iparnya itu. Rasanya ia tak sabar lagi ingin tahu."Mala! Memangnya, kamu nggak mendengar apa yang tetangga omongkan?" Susan malah bertanya kepada Mala yang sejak tadi tengah menyuapi mertuanya."Aku sibuk di toko, Mbak. Nggak sempat mendengar hal-hal yang aneh," ucap Mala dengan singkat, cukuplah dia tahu tanpa harus koar-koar. Toh, cepat atau lambat suaminya akan tahu juga. Saat ini dia tidak mau ikut terseret ke dalam perdebatan itu. cukuplah dia melakukan tugasnya sebagai seorang menantu dan istri. Ia tak mau lagi mendengar omongan menyaki
Read more
211. Ketahuan bagian A.
"Kamu berani sama aku, sekarang?" kata Eni sambil melotot dan kedua tangannya berada dipingganya."Lah siapa yang berani? Emang benar-kan dan pada nyatanya seperti itu. Iya-kan, Mbak Susan? Apa yang dikatakan sama tetangga seperti itu? Kalau katanya, kak Eni mengurus ibu, ya begitu? Aku nggak tahu pasti. Namun begitulah gosip yang sedang santer di kampung ini." Mala akhirnya melangkah keluar kamar karena Eni pasti akan mengajaknya berdebat. Sehingga Mala tidak jadi membawa selimut atau barang apapun dari kamar Bu Samirah. pikirnya biarlah Rahman yang akan mengambilnya nanti."Dasar ipar minim sopan santun! nggak tahu diri!" umpat Eni ketika mendengar ucapan Mala dan sang adik ipar tanpa pamit melenggang begitu saja meninggalkannya. Selama ini yang dia tahu, adik iparnya itu tidak pernah membantah tapi entah kenapa hari ini dia begitu galak dan berani."Kamu apa-apaan sih, Mbak … ngadu-ngadu masalah yang tidak jelas kepada Rahman. Lagian apa yang aku lakukan sama ibuku, Mbak? Mala i
Read more
212. Ketahuan bagian B.
"Bukan hanya dari tadi aja deh kayaknya. Tapi dari kemarin, aku perhatikan si Arif itu mencuri-curi pandang terus sedangkan Aisyah biasa saja," sahut Rahman."Apa jangan-jangan Arif naksir, ya! sama Aisyah?" ucap Mala lagi sambil menempelkan telunjuknya di keningnya."Bisa jadi!" ucap Rahman singkat."Kalau begitu … kita jodohkan saja, Mas. Gimana? Bukankah Arif itu orang yang baik, selalu membantu kita dan dia pun masih single. Eh, atau … apakah Arif itu sudah punya pacar, Mas?" tanya Mala mencoba mencari jawaban terlebih dahulu."Setahuku sih belum. Tapi nggak tahu deh kalau di belakangku. Biasanya kalau malam minggu kami itu sering pergi berdua atau kadang aku yang main ke rumah Arif. Arif itu nggak pernah ke mana-mana selain ke rumahku dan di rumahnya," ucap Rahman lagi sambil mengingat-ingat selama setahun dia berada di Lampung dan nyaris tidak pernah absen malam minggunya tanpa Arif."Nanti aku ngomong sama Aisyah, kalau memang Arif mau sama Aisyah … kan kapan lagi Aisyah bisa d
Read more
PREV
1
...
181920212223
DMCA.com Protection Status