All Chapters of Luka Yang Dirindukan: Chapter 41 - Chapter 50
111 Chapters
Kondisi Fery dan Ara
“Wali dari Mr. Fery?” Pria berseragam putih keluar dari ruang ICU. Matanya memindai koridor sekitar. Orang lalu lalang, tetapi dirinya hanya mencari Bu Asti.“Saya adiknya. Ibu saya masih tidak sadarkan diri di bangsal lantai bawah.” Vina yang sedari tadi mondar-mandir berdiri tegap menghadap dokter bernama Vincent itu. Matanya berbinar-binar penuh harap.Dokter Vincent mengangguk. Ia tahu betul bagaimana perasaan keluarga yang teramat cemas. Dan bukan kali ini saja ia menyaksikan masalah serupa. Vincent sudah menangani banyak pasien, terkadang anggota keluarganya sampai stres sampai ikut sakit.“Aku menyesal akan hal itu, Nona. Ini tentang Fery, aku ingin memberikan informasi perkembangannya. Kau tahu, dia beruntung, kondisinya sudah kembali stabil. Sepertinya Tuhan belum berkehendak untuk mengambil nyawanya.” Dokter Vincent mengulas senyum terbaiknya. Sebagai seorang tenaga kesehatan yang menangani Fery, ia sangat senang sekali memberitahukan kabar baik ini kepada anggota keluarga p
Read more
Keputusan Pulang Kampung
Ara menatap langit-langit putih ruang UKS. Ingatan tentang masa lalunya lagi-lagi berputar seperti rekaman film di bioskop.Di sana ia melihat Fery. Sangat jelas. Laki-laki itu membawa buket bunga, memberikannya di depan para karyawannya tanpa malu. Momen ketika datang ke kampung dan melamar, juga tentang hari-hari bahagia yang dijalani setelah berumah tangga.Hal itu membuat air mata Ara bergumul tak kira-kira.‘Aku pikir bisa melupakan kamu dengan mudah, Mas. Ternyata sulit.’Dan air mata itu turun perlahan ke samping, masuk ke sela telinga, memasahi anak-anak rambut di sana.‘Nak, maafkan bunda ya. Sepertinya kamu tidak akan ketemu ayah untuk sementara. Bunda juga tak bisa berjanji akan mempertemukan kalian kapan.’Ara mengelus perutnya penuh kasih sayang. Tenggelam dalam dermaga kesedihan yang membentang luas. Semakin diingat, semakin perih hatinya.‘Aku butuh kamu, Mas. Aku tak bisa membuat anak kita lahir tanpa ayahnya. Aku tak bisa,’ batin Ara menyiksa. ‘Aku harap kamu di sana
Read more
Ketulusan Rangga
Pagi meyambut cerah. Tak seperti kemarin yang terus diguyur hujan. Bahkan sisa-sisa hujan itu masih menggenang di beberapa ruas jalanan.Ara telah siap-siap akan pergi ke dokter kandungan seperti rencana kemarin. Setelah memastikan calon buah hatinya sehat dan ia boleh pulang, Ara akan langsung melakukan perjalanan darat bersama Rangga.“Lucu banget, sih.” Ara tersenyum. Kini di tangannya ada sebuah buku catatan kehamilan yang hanya bisa dimiliki ibu hamil saja. Buku KIA, Ara terus menatap dan mengusapnya seolah itu adalah benda paling berharga saat ini.Ting! Tong!Bel berbunyi.“Itu pasti mas Rangga,” sangkanya berjingkrak senang. Ara turun buru-buru, tetapi tetap memerhatikan langkahnya, takut jatuh.Ketika dirinya menarik gagang pintu, senyum menyambut seperti biasa. Itu sungguh Rangga. Datang tepat waktu sesuai janji. Hari ini ia akan mengantar Ara ke rumah sakit, dan jika memungkinkan akan langsung pulang kampung.“Assalamualaikum, Ra.” Rangga mengucap salam.“Waalaikum-sallam .
Read more
Sampai Ke Kampung Halaman
Rangga benar-benar ingin melompat setinggi gunung saat ini, berteriak dengan lantang di antara angin-angin. Dengan merentangkan tangan menjatuhkan diri saking bahagianya.Cinta bertepuk sebelah tangannya lumayan ada perkembangan. Ara akan mencoba katanya.“Makasih banyak, Ra. Makasih karena sudah memberi kesempatan ini,” ucap syukur Rangga sembari menggenggam jemari-jemari halus Ara.Wanita itu menatap Rangga dalam diam. Di pikirannya berkecamuk banyak pikiran, terutama tentang keraguan. Apakah keputusannya sudah benar atau salah? Ara merasa terlalu buru-buru dalam memutuskan. Sebab, cintanya masih utuh untuk Fery meski ada secuil benci dalam hati. Dirinya tak tahu apakah suatu saat nanti bisa mencintai Rangga atau tidak.“Iya, Mas. Aku akan berusaha, setidaknya demi anakku. Aku tak bisa melihat dia hidup tanpa seorang ayah.”Perkataan Ara bagaikan sebilah pisau tajam yang menusuk ulu hati Rangga. Baru saja ia dibawa terbang ke awang karena cintanya diterima, ia sudah kembali dihempas
Read more
Menghadapi Pak Wisnu
Hujan memang tidak turun, tetapi Ara merasakan dingin menusuk sampai ke tulang saat berhadapan dengan Pak Wahyu, bapaknya. Terutama ketika ia menatap sepasang matanya yang mengilat marah.Pria beruban yang usianya sudah tak muda lagi itu mengepal tangan di atas paha. Mati-matian ia menahan emosinya setelah mendengar Ara hamil anak Fery. Giginya berbunyi gemeretuk begitu jelas, memecah keheningan dan keterdiaman yang melanda.“Kenapa kamu tak bicara jujur dari awal, Ra?” Tak seperti ayah Ara, ibunya masih bicara lembut seperti biasa, meski tak bisa dipungkiri ada rasa kecewa berat dalam dada sebab ia bukan orang pertama yang mengetahui kehamilan Ara.Antara terharu dan juga cemas tak terkira, ibunya menangis. Bukan tak bahagia atas kehadiran calon cucunya, tetapi kecemasan di hatinya kini lebih besar dibandingkan dengan kebahagiaan itu sendiri. Banyak pertanyaan berkecamuk hilir mudik sekarang dalam benaknya. Bagaimana dengan nasib Ara? Lalu, anaknya kelak? Apakah Ara akan sanggup mer
Read more
Mengharap Restu
“Heh, Rangga. Kamu itu udah pulang enggak kabar-kabar, pas sampai malah ribut pergi lagi malamnya. Kamu habis dari mana, sih? Coba liat jam berapa ini?” Ibu Rangga mengomel habis-habisan.Wanita yang kini hanya tinggal sendiri itu kesal bukan main melihat tingkah anaknya yang tidak seperti biasa.Rangga mengusap tengkuk yang meremang. Ia baru menyadari kesalahannya sekarang.“Maaf, Bu. Tadi buru-buru banget.” Hanya kata maaf singkat yang bisa dia katakan.Namun apa yang terjadi? Kemarahan sang ibu malah semakin menjadi.“Nggak kamu, nggak Erin, sama-sama jahat. Pada lupain ibu gitu aja!” Ia duduk di kursi bulat menghadap televisi yang mati.“Ih, ngomong apa, sih? Mana mungkin kami lupain Ibu. Jangan ngada-ngada, deh. Aku kerja di kota, Bu. Kan, setiap minggu ngabarin. Terus Erin sekarang sudah bersuami, hidupnya sudah beda lagi. Tapi, dia juga sering berkunjung ke sini, kan?” Rangga memelankan suaranya, berharap sang ibu tak marah lagi.Iya, dalam hati Rangga mengaku salah karena pula
Read more
Pergi Bertamu
Pagi begitu cerah, tapi tidak dengan keadaan hati Ara. Wanita itu murung sejak membuka mata. Di dapur, ia sudah membantu ibunya masak walau sebenarnya terkadang rasa mual itu kembali datang.“Ra, jangan ngelamun,” tegur ibunya.Ara menoleh. Karena stres dan kurang istirahat, matanya mulai menampakkan lingkaran hitam.“Cuma mikirin bapak, Bu. Kayaknya belum pulang, ya?” lirih ia menjawab.“Enggak usah dipikirin. Bapakmu dari dulu kalau lagi marah suka begitu, kan,” hibur sang ibu. Dirinya tak mau sampai Ara terbebani dengan semua itu.“Iya, tapi tetap aja sekarang rasanya beda.” Ara menunduk. Merasakan kembali kesedihan di hatinya.“Enggak apa-apa, nanti ibu akan bujuk bapakmu, ya. Jangan masukkan hati. Bapakmu mengatakan hal kejam itu juga bukan karena tak menginginkan cucunya. Bapakmu cuma terlalu dalam membenci Fery.”“Bapak juga sepertinya benci Ara karena dulu ngeyel dan tak nurut ke bapak,” lanjut Ara di tengah-tengah kegelisahannya.Sang ibu masih mengiris bawang hati-hati. Sese
Read more
Perbincangan Serius
Ara masih saja merasa tegang walau berulang kali Rangga menenangkan. Bahkan kedua kakinya sedikit gemetar ketika turun dari kendaraan roda dua milik laki-laki itu.“Ra, kamu baik-baik aja, kan?” tanya Rangga memastikan.Tanpa dipinta, Rangga membantu Ara membuka helm dari kepala. Ia juga membenarkan anak-qnak rambut yang menghalangi pipi. Menyelipkannya ke belakang telinga Ara.“Aku baik-baik aja, Mas. Makasih udah bukain helm-nya,” bual Ara. Tak mungkin dirinya mengatakan jika masih gugup seperti sebelumnya.“Syukurlah, kalau gitu ayo masuk,” ajak Rangga usai membuka helm miliknya.Baru saja melangkah hingga anak tangga yang menuju teras, pintu utama terbuka. Ibu Rangga menyambut kedatangan Ara dengan hangat tanpa ketinggalan senyumnya.“Ara, apa kabar, Sayang?” Wanita yang masih segar awet muda itu merentangkan tangan, lalu memeluk serta cipika-cipiki kepada Ara.“Baik, Tante. Makasih sudah ngundang Ara buat sarapan bersama.” Ara mencoba menepis semua kegugupan yang terasa melebar,
Read more
Keributan
Sial, bapaknya pulang ketika Ara masih ada di rumah Rangga. Mengetahui anaknya kukuh untuk melanjutkan rencananya, ia tak akan tinggal diam.“ARAA! Bapak tahu kamu ada di dalam! Cepat keluar!” teriaknya menggila.“Tan, itu bapak. Ara takut,” ucap Ara gemetar. Ia merangkul lengan calon mertuanya erat.Ibu Rangga kaget dengan semua ini. Namun, dirinya mencoba untuk meredam ketakutan yang terasa. Digenggamnya tangan Ara, ibu Rangga bertanya.“Bapakmu kenapa marah begitu, Ra?”Ara semakin mempererat pegangan tangannya, ketakutan yang ia rasa semakin membesar saja.“Bapak enggak setuju Ara melahirkan anak ini, Tan. Mungkin karena tahu Ara setuju untuk menjalin hubungan sama mas Rangga, bapak tahu Ara akan tetap mempertahankan bayi ini.” Mata Ara mendadak memanas. Mengingat betapa kejam kata-kata bapaknya semalam membuat ia tak tahan lagi, gemetar hebat.“Astagfurullah ... bisa-bisanya bapakmu, Ra.”Ibu Rangga yang merasakan ketakutan Ara mencoba menenangkan. Meyakinkannya agar tenang. Mesk
Read more
Diskusi
“Bu, Bu! Turunkan parangnya, ya, bahaya!” Rangga mencoba menenangkan ibu Ara yang kini kelihatan sangat marah dan emosi.Sementara Ara sendiri malah diam tak bisa berkutik. Otaknya dipenuhi dengan ketakutan-ketakutan yang menyerang secara bersamaan.“Bu, kamu apa-apaan, sih?!” Bapak Ara mendekat panik.Namun wanita itu justru mendekatkan parang ke lehernya, membuat suasana semakin riuh dan tegang.“Bapak berani menyingkirkan cucu ibu, lihat saja ibu akan ikut mati bersamanya!” tantang ibu Ara dengan linangan air mata. Sesungguhnya wanita separuh baya ini takut, tetapi ia berani nekad begini karena ingin melindungi Ara dan calon buah hatinya.“Bu, Ara mohon jangan!”“Jangan mendekat!”Tak ada yang berani mendekatinya. Dinasehati pun tak membuat ibu Ara menjatuhkan benda tajam itu.“Ara, lihatlah! Ibumu jadi gila begitu karena kamu!” sentak Pak Wisnu masih tak tahu diri. Padahal semua tahu ia akar dari permasalahan ini.“Apa?” tanya Ara lirih. Sesekali ia melirik antara ibunya dan bapak
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status