Semua Bab ANAKKU PULANG SEPERTI PEMBANTU: Bab 41 - Bab 50
54 Bab
Part 41 Belum Ada Akhirnya
Part 41 Belum Ada Akhirnya“Ya! Jadi cepat bantu aku kalau mau tujuh paket sembako!” Sekali lagi bu Nanik menawarkan yang sangat menggiurkan bagi kami kalangan masyarakat kelas bawah. Jangankan tujuh paket, dua paket saja sudah membuat senang. Apalagi Jeni dan anak-anaknya termasuk keluarga yang pas-pasan atau bahkan kekurangan. Aku mengabaikan semua itu dan melanjutkan melawan Ajeng. Kali ini ia juga semakin menjadi melawanku dengan menarik jilbab. Namun aku tak mau kalah, kugunakan kaki buat menendang betisnya hingga ia bersimpuh di tanah. Seketika jilbabku terlepas dari tangannya, untung tidak memperlihatkan rambut yang sudah sedikit beruban.“Aw!” teriak Ajeng.Seketika, terlihat Jeni juga melawan Bu Nanik dengan aksi saling dorong mendorong. Ternyata paket tujuh sembako ditolak Jeni dan lebih memilih membela aku. Alhamdulillah, aku tak salah berteman dekat dengan Jeni dari kecil. Suka duka bagi bersama, inilah teman seperti saudara kandung.“Hentikan! Jangan buat ribut di tokoku
Baca selengkapnya
Part 42 Penyebab
Part 42 PenyebabAstagfirullahalaziim, rasanya aku tak percaya kalau Susi anaknya Jeni berkata seperti ini padaku. Selama ini hanya Jeni tempat berbagi suka dan duka. Bahkan teman rasa suadara kandung. Jika kami tak berteman lagi ..., ya Allah, apakah aku memang harus sendirian sementara Mila juga jauh? Sebenarnya hidup tak boleh bergantung pada orang lain. Aku sudah melakukan itu dan mau tak mau harus kuat. Namun entah kenapa dengan jauh dari Jeni yang teman dari kecil, rasanya hati ini sedih seperti kehilangan saudara kandung. Tetapi aku bisa apa? Semua kondisi di luar kendali. Susi lebih berhak atas ibunya ketimbang aku yang tak ada ikatan darah.“Maaf Susi, aku tidak tau kalau suamimu bisa kehilangan kerjaan gara-gara ....” Kerongkongan ini tersekat dengan rasa perih menyelimuti hati. Tak menyangka jika begini akhirnya.“Maaf itu nggak bisa membuat suamiku dapat kerjaan itu lagi. Bu Yuni kan tau kondisi kami tak semampu orang lain. Jika suamiku tak kerja maka biaya dapur sangat k
Baca selengkapnya
Part 43 Ikhlas
Part 43 Ujian Dari Allah“Aku masih mencintai Mila, Bu Yuni. Sebenarnya aku sudah berusaha melupakannya karena cintaku belum terbalas, namun sulit. Kala aku melihat ia seperti tersakiti dalam pernikahan dengan Haris, hati ini ikut sedih.” Bayu bercerita dengan mata berkaca. Ini ucapan yang kedua aku dengar. Bisa dirasakan betapa ia punya rasa yang besar pada putriku. Tetapi aku bisa apa? Mila sepertinya belum ada rasa pada Bayu.“Maaf Bayu. Aku hanya bisa mengarahkan Mila, namun keputusan tetap di tangan Mila.”“Aku tau, Bu Yuni.” Jawaban Bayu sambil menganggukan kepala.Aku akan cari Lili menayakan masalah ini. Dengan begitu aku tak punya beban dan bisa jadi ia salah paham. Lagian kalau Bayu menolak putrinya, bukan salah anakku karena Mila saja belum menerima Bayu. ---Selesai salat magrib, aku melanjutkan membaca al quran. Surat Al Mulk adalah pilihan utama agar hati tenang dalam menghadapi masalah. Berkali-kali hati ini mensugesti diri harus kuat dan tidak boleh larut dalam kesedi
Baca selengkapnya
Part 44 Hadapi!
Part 44 Hadapi!“Astagfirullahalaziim, anakku nggak mungkin melakukan itu, Pak Rt. Ini fitnah!” Dengan nada emosi aku sanggah ucapan pak Rt.Aku yakin Mila tidak akan melakukan pekerjaan haram itu meski kekurangan uang. Aku yakin itu. Anakku wanita baik-baik. Entah siapa yang menyebarkan fitnah hingga mencoreng nama baik putriku.“Maaf, Bu Yuni. Aku hanya bertanya saja. Lagian aku juga tak yakin kalau Mila seperti itu.”“Siapa yag bilang sama Bapak kalau anakku jual diri di Jakarta?”“Mm aku dengar dari istriku dan ia bilang juga dengar dari Bu Lili. Katanya ada keluarga jauhnya yang baru pulang dari Jakarta.”Hah? Setahuku tidak ada keluarga Lili yang merantau ke Jakarta. Atau ada keluarganya yang tidak aku kenal? Masa ada keluarga jauhnya yang kenal Mila sementara sama aku saja tidak kenal? Pasti Lili yang menyebarkan fitnah karena berusaha membuat Elis putrinya diterima sama Bayu. Ya, ini pikiranku saja dengan membaca yang terjadi.“Keluarganya yang mana ya, Pak?”“Nah itu dia, aku
Baca selengkapnya
Part 45 Kembalikan Nama Baik Putriku!
Part 45 Tak Butuh Kata Maaf, Tapi Kembalikan Nama Baik Putriku!“Ya! Aku akan perpanjang kasus ini dengan melaporkan atas kasus pencemaran nama baik!” Kuulangi mengucapkan dan masih dengan nada emosi.“Kok malah melaporkan aku? Aku kan hanya dengar dari yang lain juga.” Lili masih berusaha melindungi diri dengan melempar kesalahan pada orang lain dan entah siapa. Bisa jadi saudara jauhnya itu tidak ada alias rekayasa saja.“Kalau gitu kamu jadi saksinya aja!”“Iya, yang dengar gitu.”“Atau bawa saudaramu itu buat kasih keterangan, Li!”“Kan polisi bisa atasi meski Lili nggak salah, kan ntar diselidiki.”“Iya ya, kan mereka nggak bodoh. Lili cukup beri keterangan apa yang dikatakan saudaranya itu tentang Mila.”Beberapa ibu-ibu berpendapat dan ini pasti membuat nyali Lili menciut. Aku tak akan mundur atau memaafkan sebelum nama baik putriku dikembalikan.Ya Allah, kenapa banyak sekali fitnahan yang datang pada putriku. Mulai dari tuduhan tentang kebakaran di rumah mertua, selingkuh den
Baca selengkapnya
Part 46 Cara
Part 46 CaraElis semakin terlihat gelisah. Namun Lili sama sekali belum memperlihatkan kalau ia bersalah. Tatapan sinis masih terlihat seolah punya dendam besar padaku, astagfirullahalziim.“Kenapa diam?”“Sepetinya ia iri pada kita. Ayok pulang, Nak.” Lili menarik lagi tangan putrinya. Sekali lagi Elis menahan diri sehingga belum beranjak juga. Aku tahu, ia takut dengan ancamanku.“Oke, kalau gitu aku pergi dulu. Lama-lama di sini akan membuang banyak waktu.” Lalu aku melangkah mau pulang.Sebenarnya aku tak yakin apakah bisa kasus ini dilaporkan. Hanya berlagak sok pintar saja demi menggertak Lili. Namun, ia sama sekali tak gentar. Hanya Elis yang terlihat pucat.“Tunggu, Bu Yuni!” Tiba-tiba Elis menghentikan langkahku kala baru beberapa langkah meninggalkan warung ini.Aku berbalik badan. ”Ya, ada apa lagi?” tanyaku.“Aku nggak mau masalah ini semakin dikonsumsi orang banyak. Mungkin ini hanya salah paham saja. bisakah kita lupakan masalah ini?” Dengan nada baik Elis berucap.“Kam
Baca selengkapnya
Part 47 Kepulangan Mila
Part 47 Kepulangan MilaSudah dua hari ini ke pasar, namun daging pesanan tak kunjung datang. Ditelepon tak diangkat. Bahkan aku pulang dengan membawa uang dua puluh ribu saja hasil dari jual sayur yang tidak banyak. Tetap bersyukur karena dari hasil kebun samping rumah saja bisa menganjal perut. Tak ada beras singkong pun jadi. Lagian ikan bisa diambil di kolam dan sayur juga dipetik. Alhamdulillahirabilalamiin, Allah masih sayang padaku.Sendiri, ini lebih membuat fokus beribadah. Selalu berdoa agar Mila bisa bahagia dan menemukan pendamping hidup yang bertanggung jawab. Tak lupa mendoakan almarhum suami yang sampai sekarang masih dirindukan. Rindu yang paling berat adalah kala merindukan seseorang yang telah pergi ke sisi Allah. Jika masih di dunia mungkin masih bisa melihatnya meski berjarak jauh, tetapi takdir memisahkan kami.Stok gula dan kopi telah habis. Aku ke warung untuk membelinya karena satu hari saja tanpa minum kopi, terasa ada yang kurang. Ya, beginilah jika kecanduan
Baca selengkapnya
Part 48 Kepulangan Mila (2)
Part 48 Kepulangan Mila (2)Aku memeluk erat anakku yang sangat dirindukan. Sudah lama ingin melihatnya seperti ini. Bahkan sehari saja terasa sangat lama. Ia cantik dan kulit putih glowing seperti dulu kala masih gadis. Ya Allah, terima kasih telah mengembalikan putriku seperti dulu. Mila melepaskan pelukan. “Ibu lihat nih. Aku sudah cantik belum?” Mila berputar agar aku bisa melihatnya lebih jelas.Bukan saja kulitnya yang terawat, sekarang pakaian yang dikenakan juga bagus. Ia tak terlihat seperti wanita yang terlahir dari rahimku yang kerja hanya berjualan di pasar. Tidak, ia tidak seperti itu. Justru ia lebih cocok menjadi anaknya Cece. “Masyaallah, kamu cantik sekali, Nak.” Bahkan mata ini berembun saking terharunya. Ini terharu yang membahagiakan.“Ibu tau nggak, banyak sekali alat-alat yang digunakan buat perawatanaku ini. Bahkan ini perawatan tempat artis-artis, Bu. Dan biayanya juga sangat mahal. Tetapi Cece membiarkan aku menikmati perawatan itu tanpa memotong gajiku.”“A
Baca selengkapnya
Part 49 Mila Jadi Pusat Perhatian
Part 49 Mila Jadi Pusat PerhatianTidak! Kenapa pikiranku mengatakan kalau Mila seperti yang dikatakan Lili, bahwa ia kerja jual diri di Jakarta. Tetapi tidak mungkin anakku seperti itu. Aku membesarkannya dengan didikan agama dan tata krama yang baik. Apakah begitu pendeknya pemikiran Mila hingga melakukan ini?Ya Tuhan, aku mau mati saja jika pemikiran ini benar. Aku tak sanggup, aku tak kuat dan ....“Ibu kenapa?” Mila memegang kedua lenganku kala dada ini sesak dengan pemikiran buruk ini. Saking tak terimanya, hanya air mata yang berjatuhan. Tuhan, aku tak kuat, aku betul-betul tidak kuat.“Hah! Hah! Hah!” Dada ini makin sesak dan ini paling parah yang pernah dirasakan. “Ibu ..., Ibu kenapa?” Mila tampak khawatir dan terus memegangku.“Apa salahku hingga Ibu seperti ini? Kenapa Ibu?” Air mata Mila berjatuhan.Aku menghela napas panjang berulang kali agar bisa mengendalikan diri. Ini tepatnya rasa shock yang berlebihan hingga mengendalikan diri saja sulit. Mengucap di hati, inila
Baca selengkapnya
Part 50 Mila Sengaja ....
Part 50“Astagfirullahalaziim! Ada apa ya, Bu?” Mila terkejut dan lalu mengalihkan pandangan ke arah Haris.“Haris nabrak mobil orang dari belakang.” Aku pun ikut menonton insiden ini dengan senang hati.Aku yakin mantan menantu aku itu terkejut kala melihat Mila sudah berubah cantik. Tidak kusam lagi atau badan kurus kering. Kini badan Mila sudah ideal dengan tinggi badannya. Aku saja yang melahirkan sangat terkejut jika hanya beberapa bulan saja bisa secantik ini.“Hey! Apa kamu nggak punya mata!” Lelaki yang mengendarai mobil bicara berteriak pada Haris.Haris turun dari motornya. Untung ia tidak jatuh karena motor yang tidak melaju kencang kala melihat putriku barusan. Dan bisa dilihat betapa ekor mobil penyok ulah tabrakan. Aku dan Mila sengaja menghentikan langkah menyaksikannya. Lagian, penasaran juga ingin melihat reaksi Haris sekali lagi.“Kamu tu yang salah bawa mobil lambat!” Bukannya mengakui kesalahan, Haris malah balik menyalahkan lelaki itu.“Ini bukan jalan keramaian!
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status