Semua Bab Ayah Untuk Anakku: Bab 11 - Bab 20
103 Bab
Didorong Bukan Dilihat
“Duduk sini mba.” Clarita mendongak pelan. hingga ditatapnya sosok wanita muda.“Hai mba, apa sudah ada yang dipanggil untuk interview?” tanya Clarita mencoba bersahabat kepada sosok wanita muda di sampingnya. Ia memprediksi jika usia wanita itu baru 19 tahun. Terlihat dari penampilan lugunya dan juga map coklat yang ia bawa.“Hai juga mba, sudah ada beberapa mba. Tersisa segini,” sahutnya sopan.“Segini?” tanya Clarita memastikan.“Iya mba, tadi pagi jauh lebih banyak. Oh iya mba, saya Deandra, panggil saja Dean.”Clarita membalas uluran tangan Dean dan berkata, “Aku Clarita, senang berkenalan denganmu, Mba.”Clarita dan Dean terlibat pada obrolan sederhana namun keduanya terlihat nyaman dan akrab. Tanpa sadar kini hanya tersisa ia, Dean dan 5 pelamar lainnya. Mereka berbincang mulai dari makanan kesukaan hingga pengalaman kerja. Ia tak menyangka jika diusia Dean yang masih muda itu ia telah memiliki banyak pengalaman kerja, sangat berbeda dengannya. Yang hanya berkerja beberapa kali
Baca selengkapnya
Masalah Percintaan!
Di sana jelas berdiri dua sosok wanita dengan penampilan sederhana, tinggi tubuh mereka pun tak berbeda jauh. “Siapa At?” ulang Bara karena Atma tak memberi respon apapun pada pertanyaannya.Tanpa banyak kata, Atma menyalakan mesin mobilnya dan bergerak mengikuti angkutan umum di depannya. Bara mengernyitkan keningnya bingung, namun ia enggan bertanya pada pria di sampingnya. Lengan kekar Atma mencengkram erat stir mobil, sorot mata elang miliknya menatap lurus ke arah angkutan di depannya seakan ketika ia berkedip maka angkutan itu akan menghilang dari pandangannya.Bara tampak mendengus kasar, ia tak tahu ke mana Atma akan membawanya. Terlebih lagi beberapa pekerjaannya belum selesai. Kini Bara menyesali keputusannya untuk berangkat meeting satu mobil dengan Atma, seharusnya ia membawa mobilnya sendiri, sehingga ia tak perlu terjebak pada situasi yang membingungkan.Berbeda dengan Clarita, wanita itu tampak bercengkrama bersama dengan Dean. Setelah berbincang cukup lama dengan Dean,
Baca selengkapnya
Dibuang atau Dipungut?
“At!” panggil Bara yang mendapatkan tatapan tajam dari sang pemilik nama. Bara yang mengerti jika saat ini Atma sedang tak ingin mendengarkannya pun memilih untuk diam dan menikmati setiap adegan roman yang mungkin akan tersuguh.Clarita berjalan tertatih, di belakangnya turut serta gadis dengan rambut sepinggang. Jendela kaca Atma yang tak ditutup sepenuhnya membuat ia berhasil mencuri dengar perbincangan keduanya. “Mba, mba tuh nyari siapa?” tanya Dean bingung.“Dean gak akan tahu siapa!” pekik Clarita tanpa sadar.“Ya makanya mba kasih tahu dong! Kalau mba diam saja bagaimana Dean tahu!” teriak Dean tak kalah tingginya.Bahu Clarita melemah, ia gelisah. Apakah ia harus berkata yang sesungguhnya pada Dean?“Mba, Dean sudah anggap mba seperti kakak Dean sendiri walau kita baru kenal. Dean sudah menceritakan semuanya, Mba masih gak percaya?”“Kita baru saja kenal, De.”Dean mendesah pasrah. “Memangnya kenapa, Mba? Bukannya mba sendiri yang bilang mba di sini seorang diri? Mba sendiri
Baca selengkapnya
Berapa Bayarannya?
“Bu Ranti, Kembalikan anak saya!”“Kalau kamu mau anakmu kembali bayar tunggakanmu dulu, baru ambil anakmu. Lagi pula aku butuh anak kecil ini untuk mempertahankan harta keluarga suamiku, haha.”Clarita dan Dean tampak terkejut mendengar ucapan wanita paruh baya di depannya. Ia tak menyangka jika sosok yang ia kira baik ternyata memanfaatkan dirinya. “Bu Ranti gak bisa begini dong, Bu!” pekik Clarita kesal.“Apa sih Cla. Kamu ini hamil nganggur, daripada jadi aib lebih baik anak kamu sama saya!”Bola mata Clarita membulat sempurna mendengar ucapan dari sang pemilik kost yang selama ini telah ia anggap sebagai sosok pengganti ibunya. Wanita berusia 44 tahun itu memang tak punya anak, tetapi apakah ia harus berkata sedemikian rupa?“Anak tanpa bapak? Ibu pengangguran? Daripada anak ini besar sama kamu dan cuman jadi perempuan penghibur sepertimu lebih baik sama saya, lebih terjamin!” ujar Bu Ranti sinis.“Maksud ibu apa ya?” tanya Clarita tak terima.“Hamil tanpa suami? Memang kamu kira
Baca selengkapnya
Om-Om Asing
Clarita mendongak dan menatap Atma dengan sebelah alis terangkat, sebenarnya sejak tadi ia menahan diri untuk menanyakan hal itu. Karena wanita berhidung mancung itu cukup sadar diri, jika pria asing di depannya telah menyelamatkan dirinya dari lilitan ibu kos yang gila harta.Bara mendelik kesal menatap wanita yang sepantaran dengan sang adik di rumah. “Siapa tadi namamu? Deon? Bukan, Dena? Bukan emm –““Dean!” potong Dean cepat.Bara menjentikkan jarinya dan berkata, “Nah itu, kami bukan om-mu. Usia kami juga tak setua itu untuk dipanggil om. Dan kami tadi hanya tanpa sengaja melewati jalanan ini dan berpapasan dengan kalian. Sebagai manusia yang memiliki hati nurani, kami memutuskan untuk tu –““Terlalu banyak omong, sudah om-om silakan keluar. Sudah malam, Mba Cla juga mau mengurus anaknya. Kecuali … salah satu dari kalian adalah pria brengsek yang membuat Mba Cla hamil!” ujar Dean ringan. Wanita muda itu seakan tak punya rasa takut sama sekali dengan siapa yang berdiri di depanny
Baca selengkapnya
Wanita Kotor!
Clarita dan Dean mendongak menatap wanita yang sebaya dengannya tengah mengatur nafas usai berlari dari kosnya. “Kenapa, Mba?” tanya Clarita pelan.Wanita berseragam pabrik itu masih sibuk mengatur nafasnya selama beberapa menit. Dean yang mengernyitkan keningnya bingung. “Anu itu,” ujarnya tertahan.“Ada apa to, Mba?” tanya Clarita lembut.Ia membuang nafas kasar setelah itu berkata, “Kamar kosmu dibongkar paksa oleh Bu Ranti. Ia mengeluarkan semua barangmu dan membuangnya ke halaman kos.”“Astagfirullah. Ayo Mba!” ujar Dean bangkit dari duduknya.Clarita menatap sang lawan bicara tak percaya. “Kamu serius?” Teman kos Clarita hanya mengangguk penuh dan menepuk bahu wanita yang masih mengenakan pakaian piyama itu.“Terima kasih ya, kamu hati-hati di jalan.” Clarita menunduk singkat dan mengulas senyum tipis, seakan berkata jika ia tak apa.Dengan langkah cepat Dean dan Clarita berjalan beriringan menuju ke kosnya. Sejujurnya Clarita tak terlalu khawatir akan tindakan Bu Ranti. Ia lebi
Baca selengkapnya
Dienakkin Saja
“Kenapa mba?” tanya Dean setelah Clarita tak kunjung menlanjutkan ucapannya.“Aku tak punya uang sepeserpun, De.”Dean tersenyum, ia menurukan tas jinjing yang ia bawa. Kemudian sebelah tangannya meraih sebelah tangan Clarita yang menggantung bebas. “Mba, ada Dean. Mba tenang aja ya. Toh Dean kan memang lagi nyari kos baru. Jadi Mba gak usah mikirin hal itu ya.”“Tetapi, De. Tetap saja mba gak enak.” Clarita mendongak manik matanya membalas tatapan teduh Dean.Dean tersenyum lebar dan berkata, “Dienakin saja mba kalau gitu. Oh iya, kita belum sarapan, Mba. Gimana kalau kita –““Gak usah, De. Mba gak lapar kok. Kalau De mau makan, De duluan aja. Em … .” Clarita mengedarkan pandangannya mencari tempat yang pas untuk dia menunggu. “Nah mba nunggu di sana aja ya,” ujar Clarita seraya menunjuk kursi taman yang berjejer di sepanjang jalan.“Apa sih, Mba. Kalau mba gak makan, De juga gak makan. Lagipula mba tuh harus makan. Kan mba lagi menyusui."Setelah melalui perundingan yang alot, akhir
Baca selengkapnya
Bergoyang Liar  
“Atau kamu mau aku pakai baju yang –,“ ucapan wanita berambut pirang itu terhenti kala Atma berjalan melaluinya dan bergerak menuju pintu keluar butik.“Atma‼ Sayang‼” pekik wanita bersepatu high heels mengundang perhatian pengunjung sekitar butik.Seakan tuli, Atma terus berjalan lurus mengabaikan setiap teriakan yang terlontar dari bibir dengan warna merah merona itu. Atma merutuki kesialan di hidupnya, seharusnya ia menolak saja kala sang Ayah memerintahkan dirinya untuk mengurus cabang baru perusahaan keluarganya.“Sayang‼” pekik wanita dengan dandanan menor itu seraya sebelah tangannya ia gunakan untuk mencekal lengan sang pria.Atma menghentakkan jemari itu kasar. Tatapannya lurus dan dingin, baru ini ia enggan bersentuhan dengan wanita, selama ini ia selalu saja membiarkan tubuhnya dijamah oleh wanita liar, tetapi entah mengapa dengan wanita ini Atma enggan.“Kenapa kau keluar?”“Apa aku perlu menjawabnya?” balas Atma dingin.“Wahh 4 kata, sedikit peningkatan. Ayolah Atma, ayah
Baca selengkapnya
Menyudahi Usia
"Seperti bukan dirimu, At. Mencari tahu seluk beluk seorang perempuan, itu bukan kebiasaanmu.” Atma menatap datar pria yang menyandang status sebagai tangan kanan sekaligus sahabatnya itu. “Aku hanya ingin tahu, apa salah?” Bara menggeleng dan tertawa renyah. “Kau ini tak mengenal dirimu sendiri?” Pertanyaan Bara sukses membuat Atma terdiam tanpa rasa bersalah, Bara meninggalkan sahabat sekaligus bosnya yang tengah merenungi perubahan didirinya. Berbeda dengan Atma, Clarita wanita itu tengah sibuk dengan barang-barang yang ia bawa. Beruntung Yara dan Yandra hari ini tak begitu rewel. Selepas memberinya asi, kedua buah hatinya itu terlelap dengan begitu tenang. “De?” panggil Clarita pada wanita yang belakangan ini dekat dengannya. Dean menoleh, menatap Clarita bertanya. “Kenapa, Mba?” Clarita tampak ragu me
Baca selengkapnya
Butuh atau Tidak?
Tubuh Dean dan Clarita menenggang kala mendengar suara yang tak asing lagi di telinga mereka. Clarita menatap pria itu datar, sedangkan Dean menatapnya kesal. Masih tergambar jelas perdebatan sengit antara Dean dengan pria berambur cepak itu.“Apa‼” tantang Dean tak mempedulikan sekitarnya. Ia berjalan mendekati Bara yang menatapnya dengan sebelah alis terangkat.“Kalian kenapa ada di sini?” tanya Bara santai, sangat berbeda dengan sang lawan bicara yang menatapnya sengit.Dean memutar bola matanya malas, merasa pria di depannya begitu bodoh hingga melayangkan pertanyaan basa-basi yang tak berguna. “Kukira dengan pakaian rapi bak orang kantoran membuatmu sedikit lebih cerdas, Tuan.”“Apa maksudmu?”“Kurasa ini masih tempat umum yang terbuka untuk siapa saja. Dan sudah jelas bukan ini tempat apa?” sahut Dean tak peduli pada tatapan Bara yang menyorotnya lekat-lekat.Clarita mendesah malas, wanita yang baru saja melahirkan itu sangat menghindari perdebatan tak penting begini. ia mengham
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status