All Chapters of Nafkah Sepuluh Juta Perbulan: Chapter 31 - Chapter 40
57 Chapters
Tiga Puluh Satu
"Apa kurangnya aku, hingga kamu harus memilih dia, Kak?" tanyaku tak terima. "Aku mencintaimu, tulus. Aku juga menerimamu apa adanya. Bahkan aku siap memberikan apa pun yang kami minta supaya kamu mau menerimaku."Dio kembali tersenyum."Kalau kamu tanya kenapa, aku juga gak tahu. Tapi aku mencintai Silvi sejak pertama bertemu dengannya. Aku yakin saja Silvi akan menjadi ibu yang baik untuk anak-anakku kelak." Dio pun akhirnya menatap mataku. "Arni, lupakan aku. Aku tak pantas untukmu. Kamu wanita baik. Carilah lelaki lain yang bisa membuatmu bahagia dan berjuanglah untuknya!" Itulah ucapan terkahirnya hari itu. Yang merupakan hari paling menyedihkan untukku.Dua bulan kemudian aku tak bisa lagi menghindari pernikahanku dengan lelaki pilihan ayah. Aku pun segera diboyongnya ke Jakarta.Lalu tak lama aku mendapatkan kabar dari Dewa bahwa Dio juga akhirnya menikahi wanita bernama Silvi itu. Hari itu, di mana Dio menikah dengan Silvi aku menangis seharian tak henti-henti hingga suamiku
Read more
Tiga Puluh Dua
POV Silvi[Silvi, kembalilah pada Dio!] [Dia mencintaimu.] [Aku berjanji akan membuatnya berlaku adil padamu!] Aku memilih mengabaikan isi pesan tersebut, tak menganggapnya pernah ada, walau sebenarnya semua itu telah membuat moodku hancur seketika.Entah apa yang diinginkan wanita itu, padahal aku telah memilih mundur agar ia bisa bebas melenggang bersama suamiku. Itu kan yang mereka inginkan sehingga memilih menikah diam-diam di belakangku? Tak cukupkah hal itu bagi Arni dan Mas Dio sehingga mereka masih ingin mengganggu ketenanganku?"Silvi ..." Kak Gema memanggil namaku dari luar kamar. "Are you oke?" tanyanya lagi memastikan."Iya, Kak ..., aku oke!" teriakku berharap ia segera pergi dan meninggalkan aku sendirian yang sedang mood swing ini."Beneran? Apa barusan aku dan Abi menyinggungmu?""Engga kok, kak. Aku hanya tiba-tiba-tiba ga enak badan aja!" Terpaksa aku berbohong padanya."Ga enak badan? Kenapa demam? Pusing? Apa perlu aku antar ke dokter?" "Engga kak ... aku hanya
Read more
Tiga Puluh Tiga
[Maaf, kamu fikir kamu siapa sehingga bisa mengatur aku seenaknya?] [Kamu memang bisa merebut Mas Dio dariku. Membujuk dan merayunya hingga mau menikahimu. Tapi kau tak akan pernah bisa melakukan itu padaku! Aku bukan orang yang bisa kau atur, Arnita![Lagipula seharusnya 'kan kamu senang karena aku pergi dan kamu bisa memiliki Mas Dio seutuhnya?]Akhirnya aku pun membalasnya. Kesal juga karena ia dengan seenaknya malah mencoba mengaturku. Bersikap seakan memberikan madu, padahal ia telah lebih dulu menebar racun.[Aku tidak mengajak mu untuk berkonfrontasi, Silvi! Aku serius memintamu kembali pada Dio!][Kenapa aku harus kembali dengan Mas Dio? Aku sudah melepasnya tak sudi bersama lelaki yang pernah mengkhianatiku!][Apa tak cukup untuk kamu memiliki Mas Dio seorang diri? Kamu punya kelainan ya, suka dengan lelaki beristri? Senang dijadikan yang kedua?][Enak saja! Aku bukan wanita seperti itu!] Jawabnya singkat [Lalu wanita macam apa yang rela merayu suami orang, sampai rela meng
Read more
Tiga Puluh Empat
"Kamu mau kan menerima tawaranku, tetap menjadi istri Dio, dan merelakan aku menjadi istri keduanya? Aku berjanji akan menjamin hidupmu dan memberikan semua yang kamu inginkan!" tanyanya lagi memastikan.Aku menghela nafas kasar. Mencoba memberikan oksigen pada jantung dan otakku yang seprtinya makin mengebul karena emosi."Kau tahu, Arnita Rahmania, DE-RI-TA-LO!" makiku dengan kasar. "Itu semua bukan urusanku! Mas Dio mau menceraikanmu, atau kalian mau hidup bahagia berdua, bukan lagi urusanku! Aku sudah memutuskan untuk berpisah dengan Mas Dio, dan tak ada yang bisa merubah keputusanku itu. Walaupun kamu memberikan semua hartamu sekalipun aku tak akan pernah sudi kembali bersama Mas Dio, apalagi menerimamu sebagai maduku!""Kau tak akan bisa membeliku seperti kau membeli Mas Dio dan keluarganya! Rumah, kenadaraan, dan penghasilan bulanan aku juga memilikinya meski tak seberapa dan hanya milik orang tuaku! Aku bahagia hidup bersama Dita dalam keterbatasanku ini!Tak semua masalah bi
Read more
Tiga Puluh Lima
"I-ini, Pak!" Ragu-ragu aku memberikan berkas dari Ica tadi. "Ica memintaku memberikannya pada Pak Abi." terangku tanpa diminta.Lelaki itu segera mengambil berkas dari tanganku dan langsung membukanya di hadapanku. Ekspresi wajahnya tak bisa digambarkan. Yang pasti sangat mengerikan bagiku. Pak Abi menghela nafas berat. Ia lalu menutup berkas tersebut dengan kasar."Apa yang sedang kamu kerjakan sekarang, Silvi?" tanya Pak Abi tiba-tiba. Membuatku mengerutkan dahi akan pertanyaannya. Apa ia sedang melakukan penilaian terhadapku?"A-aku sedang menagih pembayaran yang macet pada beberapa klien," jawabku."Baguslah ..., yang lain bagaimana? Apa yang mereka kerjakan?" tanyanya lagi."Yang lain ... ya begitulah ...," jawabku sekenannya. Bingung juga mau menjawab apa, karena jika jujur bahwa teman-teman banyak yang sedang menganggur aku takut disalahkan mereka, sedang jika berbohong aku berdosa."Kamu mendengar pembicaraanku tadi di telepon?" selidiknya seolah menghakimiku."Eh ..., ti-t
Read more
Tiga Puluh Enam
"Kau lihat, Silvi, aku bisa melakukan apapun yang aku mau dan membuatmu menyesal! Jangan lupa, aku sudah memperingatkan padamu sebelumnya, kan?" Wanita licik itu pun kemudian berlalu pergi begitu saja dengan angkuhnya. Membiarkan seluruh mata menatap aku dan dia keheranan.Apa yang telah dia lakukan? Apa dia sengaja membeli pabrik ini untuk membuat aku menyesal atas pilihanku? Apa dia ingin menunjukkan seberapa besar kuasa yang dimilikinya? Tak pernah terpikirkan semuanya akan menjadi begini. Entah wanita seperti apa yang sedang aku hadapi. Hanya karena masalah cintanya dia bahkan rela melakukan hal-hal licik seperti ini. Tiba-tiba saja aku tersadar, apa ini juga berarti secara tidak langsung akulah yang menjadi penyebab seluruh karyawan pabrik ini kehilangan pekerjaannya?"Silvi ..., apa maksud wanita itu?" Ica salah satu teman yang satu bagian denganku seketika menghampiri."Apa hubunganmu dengan wanita itu, Silvi? Kenapa kamu mengenalnya? Apa kamu ada hubungannya dengan pembelian
Read more
Tiga Puluh Tujuh
Pukul 14.00 setelah menyelesaikan benerapa berkas terkait PHK, aku bersama Bapak pulang ke rumah. Cukup sedih juga menyadari bahwa besok kami tak akan lagi berangkat kerja. "Silvi, uang pesangon yang Bapak dapat nanti kita pakai saja untuk buka warung, ya?" ujar Bapak setelah berada di rumah. Sepertinya ia berpikir keras bagaimana melanjutkan hidup sementara ada aku dan Dita kini di rumahnya. "Mencari kerja tak mudah sekarang! Lagi pula siapa yang mau memperkerjakan bapak yang sudah tua begini?" lanjutnya lagi.Kebetulan Bapak yang memang sudah lama bekerja mendapatkan pesangon dengan jumlah yang lumayan. Sedangkan aku yang memang baru satu bulan bekerja tidak mendapat apa pun selain gaji bulanan saja."Iya, Pak! Terserah baiknya saja menurut Bapak!" jawabku sekenanya. "Tapi mungkin Silvi akan tetap berusaha cari kerja ya, Pak. Mudah-mudahan aja dapat yang cocok!" ungkapku. Rasanya tak mungkin jika aku harus berdiri dengan bantuan bapak terus seperti ini. Maka aku harus kuat dan m
Read more
Tiga Puluh Delapan
Pov Dio"Silvi ..., ka-kamu pulang?" pekikku ketika melihat sosok yang sangat aku rindukan setengah mati itu tengah berdiri mematung di pintu. Wanita itu hanya diam menatapku dengan tatapan yang tak bisa kugambarkan. Melihatnya lagi berada di rumah ini seketika membuat rasa rindu itu makin membuncah. Aku tak bisa menahan diri lagi, betapa ingin memeluknya dan memastikan wanita yang amat kucintai itu tak akan pernah pergi lagi. Gegas kulangkahkan kaki turun dari kasur dan segera menghampiri dia yang tampak begitu anggun meski tanpa polesan make up di wajahnya itu. Bodohnya aku telah menyia-nyiakannya karena keputusan yang tak kupikirkan panjang.Tapi, tiba-tiba si lelaki sial*n yang selalu ikutt campur urusanku dan Silvi itu menghalangi langkahku. Gema berdiri tepat di hadapan Silvi, menghadang pergerakanku. "Apa yang mau kamu lakukan, Dio?" tanyanya dengan tegas, seakan ia body guard Silvi. Padahal dia hanya kakak angkat yang ku tahu sedang mencari perhatian di depan Silvi-ku."Ta
Read more
Tiga Puluh Sembilan
"Dio ...., Dio ..., Gawat Dio! Bangun! Cepat bangun! Kenapa kamu malah tertidur di lantai seperti ini, Dio?" Sayup-sayup kudengar suara ibu memanggil, diiringi guncangan di tubuhku yang begitu keras hingga aku kesakitan. Perlahan kucoba membuka mata, melihat sekeliling dan tersadar. Ternyata benar bahwa kini aku tengah berbaring di lantai yang penuh debu.Kucoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya hingga bisa seperti ini. Ah... iya aku ingat, aku terus menangis setelah kepergian Silvi pagi tadi hingga sepertinya membuat aku terlelap di lantai seperti ini."Dio, ayo cepat bangun! Ada hal gawat, Dio!"" cetus Ibu sambil berdiri dan menarikku agar segera bangun."Apaan sih, Bu? Hal gawat apa memang?" Ketusku kesal seraya bangkit, duduk di sofaLagi pula, apa lagi yang bisa lebih gawat dari hidupku dibanding kepergian Silvi? Hidupku sudah hancur berantakan tanpanya."Gawat Dio ..., ini semua gara-gara kamu! Kenapa kamu begitu bodohnya? Aku melahirkanmu agar bisa menjadi lebih pintar d
Read more
Empat Puluh
Setelah mendapatkan apa yang aku butuhkan, gegas aku meminta Kak Gema untuk segera beranjak pulang. Tak ingin lebih lama lagi berada di rumah yang kini terasa menyakitkan itu."Ayo, Kak Gema, kita pergi dari sini! Aku tak ada lagi urusan di rumah ini!" tegasku. Sambil membuang muka, tak sudi lagi melihat sosok paling kubunci saat ini.Entah drama apa lagi yang sedang Mas Dio lakukan? Buat apa dia tinggal di rumah itu lagi, dan menemuiku dengan kondisi kacaunya? Ingin membuat aku bersimpati dan kembali padanya?No! Aku tak akan goyah. Apa pun yang terjadi padanya, aku tak akan pernah kembali dengan orang yang telah melakukan pengkhianatan, dan menyakitiku bertubi-tubi itu. Hati yang sudah terluka tak akan sama lagi, mau seperti apa pun ia diobati.Gegas aku memasuki mobil Kak Gema dan duduk di kursi penumpang sambil melipat kedua tangan di dada. Tak berapa lama Kak Gema pun datang dan ikut duduk di balik kemudinya."Sayang sekali tadi kamu tak memberikan aku kesempatan untuk menghajarn
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status