All Chapters of Kembalinya Mama Muda Kaya Raya: Chapter 11 - Chapter 20
56 Chapters
Jujur
Pintu diketuk membuat dua orang yang masih berdiam diri sepanjang waktu tadi menoleh "Masuk!" perintah Thomas singkat, tak lama kemudian terdengar suara pintu dibuka. Dari belakang pintu muncul seorang pria dengan pakaian barista yang melekat ditubuhnya.Ruangan kembali hening setelah barista tadi menyelesaikan pekerjaannya. Meninggalkan dua orang manusia yang masih terdiam dengan Thomas yang memandangi Thea, "Jika kau terus memandangiku seperti itu maka kepalaku akan berlubang!" sarkas Thea sembari meletakan minumannya kembali di atas meja. Thomas menyunggingkan senyumnya kala mendengar ucapan Thea, membuat bulu kuduk gadis itu meremang. "Mendekat kemari!" perintah Thomas lembut namun dengan penekanan di akhir kalimatnya. Thea yang sudah pasrah akan takdirnya hanya menurut dan bergeser mendekat ke arah teman kecilnya, "Berhenti menunduk dan lihat wajahku!" nada ucapan Thomas terdengar ketus, lalu tangan kekar pria itu meraih pergelangan gadis yang telah menemani masa pertumbuhannya
Read more
Pindahan
Sudah terhitung satu Minggu sejak Thea tinggal di hotel. Hari ini gadis dengan rambut sepinggang itu tengah merapikan barang barang yang akan dia bawa pindah ke tempat tinggal barunya, "Jangan lupa untuk mengemas itu Thomas," ujar Thea sembari menunjuk meja di samping ranjang dan berlalu pergi ke toilet. Lelaki itu hanya menurut dan langsung mengemas barang yang ditunjuk oleh Thea.Saat dia sedang mengemas beberapa perabotan ide jahil muncul di kepalanya, "Hei, bagaimana dengan celana dalammu?" teriak Thomas dengan kekehan kecilnya, berniat menggoda Thea."Aku akan mengemasnya sendiri! jangan sekali-kali kau berniat untuk menyentuhnya, kecuali jika kau sudah siap kehilangan nyawamu saat ini!" teriak Thea dari dalam toilet. Thomas lantas tertawa mengejek, kemudian berjalan menuju sofa, pria berusia 25 tahun itu duduk santai dengan memainkan ponselnya hingga tak sadar ada orang yang tengah memperhatikan perilakunya."Apa yang kau lakukan!" kaget Thomas sedikit membentak, jantungnya ber
Read more
Cantikku
Bau alkohol menyeruak didalam sebuah gedung dengan lampu warna-warni yang berpijar secara bergantian. Wanita wanita dengan pakaian terbuka menari sepanjang dentuman music di perdengarkan, "Tropical Mocktail, ukuran pint dengan campuran soda!" pesan seorang gadis dengan wajah malu-malu, ah sepertinya dia baru pertama kali datang ketempat ini.Sudah sejak seminggu Thea bekerja di diskotik yang dikelola oleh Thomas, tak ada yang istimewa, seluruh pengunjung sama seperti orang pada umumnya. "Apa Anda baru pertama kali kemari?" tanya Thea berbasa-basi, "Ya, bersama temanku!" Thea hanya mengangguk menanggapi pernyataan gadis tadi. Gadis itu memakai gaun pendek berwarna kuning, sungguh tampak mencolok di dalam club. Apa dia ingin menarik perhatian pada binatang buas disini?"Apa temanmu juga baru pertama kali kesini?" tanya Thea, "Ah tidak, dia sudah sering ke diskotik, kebetulan dia mengajakku hari ini!" ucapnya membuat Thea mengerutkan keningnya.Thea menggeleng pelan mengusir pikiran bur
Read more
Penyelamat
"Apa kau pikir aku akan mendengarkanmu, cantikku?"Perkataan itu seakan menarik usus Thea keluar dari tempatnya. Menjijikan, dia harus segera mencari jalan keluar sekarang!"K-kau siapa?" tanya Thea berusaha mengambil kembali ketenangannya. Alis pria itu berkerut, "Tentu saja aku belahan jiwamu!" ujarnya. Urat-urat merah nampak pada dahi Thea, dasar gila."Apa kau adalah orang yang sama?" tanya Thea. Satu alis pria itu terangkat, tak mengerti maksud Thea. "Apa kau orang yang sama yang menguntitku!" bentaknya, berjalan semakin mundur. Mata pria itu melebar, lalu mengangguk mantap beberapa kali."Dasar gila!" teriak Thea. Ekspresi wajah pria itu menggelap, wajahnya muram. Sebuah kalimat yang ia ucapkan membuat Thea tercengang, "Ya, itu aku. Kau yang membuatku gila! Mengapa kau sangat cantik sialan," rancaunya.Pria itu menarik napas beberapa kali, "Andai aku tampan, kau pasti juga akan memandangku berbeda kan?" hardiknya, "Sialan, kalian para wanita selalu saja memandang uang dan wajah!
Read more
Diberhentikan dari pekerjaan
Thea segera menyadari keadaan sekitar, dia membuka matanya. Saat yang pertama kali dia lihat adalah tatapan tajam Thomas, Thea mendadak bisu, tak ada isakan sedikitpun yang keluar dari bibirnya."Apa yang terjadi padamu?" tanya Thomas menatap tajam keadaan Thea. Pupil mata gadis itu bergetar, "A-aku ... " Thea tergagap, tak mampu mengutarakan apa yang terjadi padanya. Thomas yang memiliki temperamen buruk lantas berteriak, memanggil namanya dengan keras."THEA!"Thea tersentak, air mata kembali menetes dari matanya. Thomas tampak menyeramkan, gadis itu semakin menutupi wajahnya dengan selimut. Thomas mengacak rambutnya dengan kasar, urat-urat menonjol dari lehernya."Thea, ayo bicara denganku!" Nada bicaranya berubah menjadi lembut dalam sekejap mata, dengan suara bergetar Thea berucap, "T-tidak mau … k-kau tenangkan dirimu d-dulu!" Thomas mengembuskan napas kasar, berusaha menoleransi sikap Thea yang mengesalkan baginya."Ceritakan semua yang terjadi barusan, tolong. Selain sahabatmu,
Read more
pregnant
Suara pintu diketuk membuat Thea harus terbangun dari istirahatnya, Thea mengucek mata sebentar lalu berjalan menuju pintu utama rumahnya, "Ya!" seru Thea menjawab ketukan pintu."Hai kakak!" suara remaja laki-laki yang baru memasuki masa puber masuk kedalam gendang telinga Thea, "Kenapa Raka, ada yang kau perlukan?" tanya Thea lantaran merasa aneh akan kemunculan anak ini dirumahnya, sebenarnya ia mengira bahwa yang mengetuk pintu rumahnya adalah Thomas. "Apa kau sakit?" tanya Raka berbasa-basi, "Ya, ada apa?" tanya Thea balik. Apakah wajahnya sangat pucat hingga orang yang baru bertemu dengannya menyadari bahwa ia sakit? Raka hanya mengangkat bahunya untuk menanggapi ucapan Thea, kemudian ia menyodorkan sebuah kantung plastik berwarna ungu tepat di hadapan Thea. "Apa ini?" tanya Thea, matanya memandangi wajah Raka lekat. "Tidak tahu," Raka mengalihkan pandangannya dari tatapan curiga Thea ,"buka saja!" seru Raka lalu segera melenggang pergi dari rumah
Read more
Thea, Mari Bicara.
Thomas telah menyelesaikan administrasi rumah sakit Thea, beberapa saat lalu dia juga kembali untuk membantu Thea berjalan menuju tempat parkir. Wajah pucat Thea terus membuatnya khawatir, meskipun Thea terus mengatakan bahwa dirinya telah membaik Thomas terus saja mengkhawatirkannya."Thea," panggil Thomas ketika sudah berada di dalam mobilnya, wajahnya kembali ceria saat berada didekat Thea, gadis itu hanya menengok ke arah Thomas tanpa menjawab panggilan sahabatnya."Bagaimana rencanamu selanjutnya?" tanya Thomas, Thea hanya menundukkan kepala tanpa menjawab pertanyaan Thomas, beribu-ribu hal masuk dan terpikir di dalam kepala Thea. "Aku harap kau kembali memikirkan ucapanmu waktu itu," ujar Thomas kemudian melanjukan mobilnya meninggalkan gerbang rumah sakit.Jalanan sore ini cukup lenggang, dengan awan yang bersinar kemerahan Thea terus memandang keluar kaca, matanya menatap dahan-dahan dari pohon besar bergoyang akibat burung yang bertengger di atasnya. Angin
Read more
Keluar Dari Perterpeon!
"Terserah, tapi Thea aku berharap kau tidak akan membuat keributan di cafe. Jangan pernah muntah karena morning sickness, itu akan membuat pelangganku kabur!" Thea termenung, Thomas yang dia kenal bukanlah orang yang seperti ini. Biasanya Thomas akan selalu memperhatikannya, lagipula Thomas juga pasti tahu, morning sickness tidak bisa dikendalikan oleh ibu bayi. Thea dengan perasaan yang campur aduk menganggukkan kepalanya, ia harus memaklumi bahwa setiap orang bisa berubah. Mungkin Thomas yang di sampingnya saat ini bukan lagi Thomas yang menjadi kawan semasa kecilnya.•••Thea sampai di rumahnya pada malam hari, Thea langsung membersihkan tubuhnya saat setelah berada di rumah. Rumah yang dibeli dengan uang hasil penjualan asetnya ini benar-benar nampak kumuh. Dinding yang telah mengelupas dan lantai yang berwarna kekuningan sama sekali tak Thea pedulikan. Bagaimanapun juga harga apartemen jelas lebih murah daripada harga rumah, beruntung Thea bisa membeli rumah dengan kondisi yang
Read more
Ayah ...
"Apasih, kenapa kau membenciku! Aku itu kan ayahmu!" bentak Richard, suaranya menggelegar mengagetkan Thea. Sebenarnya dia telah seringkali mendengar suara dengan nada ini, tapi tak pernah sekalipun Thea bisa terbiasa. Thea menarik nafas panjang, berusaha mendapatkan ketenangannya kembali."Kau masih bertanya mengapa aku membencimu, ayah? Kau sungguh masih bertanya?" Thea tersenyum saat mengatakan hal itu, berusaha menutupi rasa sakit yang terasa di hatinya. Rasa sakit mulai menjalar, melewati setiap saraf yang ada di tangannya. Rasa nyeri menyebar ke seluruh tubuhnya, ini adalah rasa sakit yang selalu ia rasakan saat berbicara dengan ayahnya. Rasa sakit itu terus menjalar melewati jari-jarinya, tangan Thea terkepal menahan rasa ngilu. "Ibuku, kau meninggalkannya saat setelah melahirkan. Kau bahkan tidak pernah memperbolehkan aku untuk bertemu dengannya. Kau," Suara teriakan menggema, hal itu berasal dari Richard. Pria tua yang memiliki jiwa arogansi yang tinggi tak mu
Read more
Terlambat bangun
Thea menoleh saat merasakan tepukan di bahunya, Thea berjingkat kaget saat berbalik untuk melihat siapa yang menepuk pundaknya. "Ah Raka, kenapa?" tanya Thea. Kenapa anak itu bisa sampai di daerah ini? Biasanya Raka hanya ada di pinggiran kota, sedangkan ini di tengah kota.Raka yang memandang wanita di depannya ini dengan pandangan aneh, Raka hanya menepuk pundaknya lalu mengapa Thea sampai harus berjingkat kaget seperti itu? "Maaf aku menyentuhmu, sedari tadi saat aku memanggil namamu kau sama sekali tidak menjawab," ucap Raka menjelaskan. Ia tak ingin dipandang aneh karena telah menyentuh orang lain tanpa izin terlebih dahulu."Ah ya, tak apa. Aku memang sedang termenung tadi. Jadi Raka, apa yang kau butuhkan?" Thea memandang anak remaja di depannya dengan pandangan penuh selidik. Biasanya walaupun mereka bertemu secara tidak sengaja, Raka tidam akan pernah menegurnya. Tak ada hal yang istimewa tentang hubungannya dengan Raka.Raka mengeluarkan sebuah a
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status