All Chapters of Kembalinya Mama Muda Kaya Raya: Chapter 21 - Chapter 30
56 Chapters
Sebuah Ekspresi
Suara telepon berdering memecahkan suasana di dalam mobil yang hening, nama Thomas terpampang jelas di sana. Waktu menunjukkan bahwa Thea sudah sangat terlambat untuk datang ke tempat kerja. Wanita yang berumur hampir seperempat abad itu menghela nafas panjang sebelum akhirnya menggeser naik tombol hijau yang tertera pada layar ponselnya.[Olá Thomas, Bom Dia ...] [Halo Thomas, selamat pagi …] sapa Thea, keringat dingin mengalir di pelipisnya saat tidak mendengar sahutan apapun dari seberang. Hanya suara nafas yang terdengar, telapak tangan Thea mulai mengeluarkan keringat.[Thomas?] [Thomas?] panggil Thea sekali lagi, baru setelah itu terdengarlah suara sahutan dari seberang yang membuat Thea akhirnya bernafas lega.[Sim. Bom dia também Thea, você está com problemas?][Ya. Selamat pagi juga Thea, apa kau sedang berada dalam masalah?] sahut Thomas pada akhirnya. Dalam keadaan seperti ini sebisa mungkin Thea harus berkata jujur,
Read more
Jus Jambu
Ekspresi itu hanya muncul saat Thomas berada pada puncak amarahnya, berbeda dengan saat berada di dalam mobil kemarin … Thomas saat itu masih bisa mengendalikan dirinya. Thea menunduk, pasrah akan hidupnya. Bagaimanapun Thomas adalah orang yang lebih mengerikan dari pada ayah atau seluruh mantan keluarga besarnya."M-maaf," Hanya itulah kata-kata yang mampu terucap pada lisan Thea. Ruangan hening, Thea masih menunduk sementara Thomas tak memberikan jawaban apapun. Hanya suara detik jam yang menjadi tanda bahwa waktu terus berjalan, sama sekali tidak berhenti."Duduklah!" perintah Thomas menunjuk kursi di depan sofa tempatnya duduk. Thea menggigit bibir cemas, dengan langkah yang sangat pelan dia berjalan ke arah sofa. Ruangan ini memiliki desain yang sangat berbeda jika dibandingkan dengan beberapa minggu lalu, karena Thomas telah merombak keseluruhan isi dari ruangan ini. Saat Thea bertanya mengapa, hanya senyumanlah yang Thomas berikan sebagai jawaban untuk Thea.
Read more
Siapa?
"Hoek ... " Isi perut Thea keluar dari mulutnya, mengenai makanan dan minuman pesanan pelanggan. Seluruh isi cafe langsung menengok ke arahnya, pelanggan wanita yang memesan jus jambu berteriak, "APA-APAAN INI, APA INI JENIS PELAYANAN BARU?" sinisnya. Seketika ruangan bertambah riuh dengan bisik-bisik antar pengunjung, Thea langsung berlari ke arah toilet yang terletak di sebelah dapur namun hal itu malah lebih memicu kemarahan pelanggan, "Dia muntah dan dia bekerja di dapur? Sekarang aku mulai meragukan kebersihan yang ada pada makananku!" bentak wanita tadi.Riuh keributan bertambah dengan pesat, beberapa orang tak jadi memesan kemudian langsung keluar dari cafe, orang yang terlanjur memesanpun tidak melanjutkan acara makannya. Thomas yang mendengarkan laporan dari resepsionis langsung berjalan keluar ruangan untuk menenangkan pelanggan."Maaf untuk para Tuan dan Nona atas kekacauan yang tengah terjadi, saya memohon maaf atas nama pemilik cafe. Sebuah k
Read more
Dipecat
Pintu terbuka, menampilkan sesosok wanita tua yang Thea kenal, dia adalah bibi Mai. Tak ada banyak hal yang dikatakan oleh bibi Mai, wanita itu hanya mengatakan beberapa komplain dari pelanggan yang meminta untuk mengganti makanan. Thomas pun hanya mengangguk menyanggupi permintaan dari pelanggan, sekali lagi hembusan nafas kesal keluar dari bibirnya.Thomas kembali berbalik setelah menutup pintu, mata ungu pria itu menatap Thea tajam. Perlahan kakinya melangkah untuk kembali ke tempat duduknya. Hanya detik jam di dinding dan suara nafas yang terdengar di ruangan yang sepi ini, malam semakin larut dan hampir tidak ada kendaraan yang berlalu lalang."Thea, kau masih ingat dengan peringatan yang aku berikan tadi siang, kan?" ucap Thomas mengawali pembicaraan. Mata pria itu kini beralih dari wajah Thea ke akuarium di tengah sofa, banyak jenis ikan hias yang ditempatkan di satu ekosistem yang sama. Thea mengangguk, namun saat dia menyadari bahwa Thomas sedang tidak memperhatikan dirinya
Read more
R$ 100
Tak ada tanda cap atau nama di atas amplop cokelat yang dipegang oleh Thea. Dia teringat akan hari itu, hari dimana Richard Peterpeon memutuskan hubungan dengannya, Thea menggeleng pelan kemudian meletakan amplop itu kembali ke meja, mungkin itu hanyalah salinan surat pemutusan hubungan kekerabatan.Masih dengan keadaan telanjang, Thea melirik ke arah jam dinding ... Malam semakin larut, jam menunjukan pukul setengah satu dini hari. Thea mengacak rambut panjangnya, wanita itu menguap cukup lebar tanpa menutupi mulutnya. Kepalanya sangat pusing akibat terlalu banyak menangis, sebuah ingatan mulai berputar di dalam otaknya ... Itu adalah waktu dimana dia pertama kali mengetahui bahwa ada kehidupan lain di dalam tubuhnya. Hari di mana Thomas menjadi sangat marah.Thea ingat dengan jelas perkataan Thomas saat itu, perkataan Thomas bahwa membesarkan seorang anak tidaklah semudah yang Thea bayangkan. Mungkin saat itu Thomas memang berniat untuk melindungi Thea dan bayinya, namun saat setelah
Read more
Dia ...
Thea segera berlari ke arah tanah lapang, dibanding dengan taman tempat ini sangat terpencil dan tidak ada hal yang nampak istimewa sedikitpun yang mampu menarik perhatian orang-orang bahkan untuk segera melirik tempat ini.Tak ada bangku sama sekali, ini hanyalah sebuah tanah yang biasa digunakan anak-anak untuk bermain bola. Karena terletak tepat di samping irigasi besar, lapangan bola ini tampak seperti tanah galian yang menjorok ke bawah. Thea melepaskan alas kakinya dan segera berlari menuju tangga untuk ke bawah, tanah yang di tutupi rerumputan hijau langsung menyentuh kakinya, sensasi dingin terasa menggelitik pada telapak kakinya.Penerangan di sini tidak terlalu bagus, hanya ada sebuah lampu di masing masing sudut lapangan ini yang terlihat. Thea segera berlari tepat di tengah lapangan, tangannya segera menaruh barang belanjaannya tepat di bawah kakinya. Matanya memandang langit, bintang-bintang bersinar sangat cerah pada dini hari ini. Bulan juga mulai mu
Read more
Dira
Dia adalah Dira, sepupunya. Thea menggumamkan kata-kata yang tidak jelas, cenderung ke arah kata-kata umpatan. Pandangan Thea memang kabur karena alkohol, tapi jelas Thea tak mungkin salah mengenali bahwa suara itu adalah milik Dira."Menyedihkan? Apa maksudmu!" tantang Thea masih tanpa berdiri. Dira memandang ke bawah, arah di mana Thea terjatuh, "Kau, lihat kondisimu sekarang, padahal kau adalah pewaris yang ada diurutan kedua keluarga Peterpeon setelah ayahmu. Namun, lihat dirimu saat ini!" Dira menarik turunkan pupil matanya, pandangannya merendahkan Thea.Karena keadaan mabuk, kendali diri Thea hampir sepenuhnya hilang, "Apa maksudmu, kau gila! Sejak awal aku tidak pernah masuk ke dalam urutan pewaris. Meskipun aku memanglah cucu pertama keluargamu tapi ada satu hal yang aku dan kau juga tahu alasan mengapa aku tidak bisa menjadi pewaris ... Aku bukan laki-laki dasar bodoh!" umpat Thea di tengah kekesalannya. Dira berjingkat kaget karena terkejut, ia sama seka
Read more
kecelakaan dini hari
"Lalu, memang apa gunanya garis keturunanmu itu jika kau terlantar sekarang, apa gunanya darah istimewa yang mengalir di seluruh tubuhmu jika kau bahkan dibuang oleh orang tua yang sangat kau banggakan itu?" Sekarang Thea yakin, itu adalah suara Thomas, nada bicaranya sama seperti saat Thomas biasa marah, tapi Thea sekarang bingung ... Kenapa Thomas marah padanya, apa sebenernya kesalahan yang telah dia perbuat hingga Thomas marah padanya."Thomas?" cicitan itu keluar dari bibir Thea, namun tidak ada jawaban sama sekali dari seberang. Sambungan dimatikan, Thea sudah tidak merasa mabuk sekarang. Saat mendengar ucapan Thomas pikiran Thea langsung terasa segar."Kau mengenalnya?" tanya Thea, matanya memandang Dira tajam. Dira menaikan satu alisnya ke atas, "Tentu saja, bagaimana mungkin aku tidak mengenal orang yang telah menjadi sahabat kecilmu. Kau sangat aneh!" seru Dira, baginya ini bukanlah hal yang aneh, Thea yang menanyakan hal tersebutlah yang nampak aneh.
Read more
Uang
"Kau sudah bangun, kak," seru Raka yang baru saja masuk. Penampilan anak remaja itu tidak teratur dan terkesan urakan dia langsung duduk di samping ranjang tempat Thea berbaring. Thea menaikkan satu alis bingung, mengapa dia ada disini."Kau ... Mengapa kau ada disini?" tanya Thea, suaranya yang terdengar serak membuat Raka menoleh ke arahnya, "Pertanyaanmu terdengar aneh, tentu saja aku di sini ... kau pikir siapa yang membawamu kesini?" Raka menghela nafas malas.Pertanyaan Raka justru menimbulkan tanda tanya pada Thea, jika Raka yang membawanya kemari lantas mengapa bibi Mai bisa sampai ada di sini. Lagi pula mengapa Raka mau repot-repot mengantarnya ke rumah sakit, bahkan jika Raka menutup mata atas kecelakaannya ... Raka tidak akan mendapatkan kerugian apapun."Jika kau yang membawaku kemari kenapa bibi Mai bisa ada di sini?" tanya Thea, wanita itu berusaha bangun dari tidurnya ... Namun hal ini ditahan oleh Raka, remaja itu tidak membiarkannya bangun dari tempat tidurnya."Berba
Read more
Sebuah Pikiran
"Apa kau membutuhkan pekerjaan baru?" tanya bibi Mai. Thea sempat termenung beberapa detik baru kemudian ia mengangguk, mungkin saja bibi Mai memiliki lowongan pekerjaan untuknya. Namun harapannya sia-sia saat bibi Mai bahkan tidak mengucapkan sepatah katapun lagi, wanita setengah baya itu malah mengeluarkan ponselnya dan berjalan keluar dari ruangan tanpa berpamitan dengan Thea.Sekarang Thea kembali sendiri, di dalam ruangan yang sepi. Gadis itu mulai tertawa, mengejek dirinya sendiri ... Apa-apaan dengan jalan hidupnya ini. Saat Thea mulai memunculkan sebuah harapan, Tuhan bahkan seakan mengacuhkan harapannya.Tawanya kini memunculkan air mata, cerita hidupnya terlampau jenaka sehingga bahkan Thea dapat mengeluarkan air mata saat tertawa. Thea mengusap air mata yang mengalir di pipinya dengan kasar, apa yang sekarang harus ia lakukan.Thea sudah tidak memiliki pekerjaan, sahabat yang ia percayai ternyata memiliki pikiran buruk di belakangnya, keluargany
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status