Semua Bab Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami: Bab 111 - Bab 120
143 Bab
Seratus Sebelas
Bab 111Hingga suara pecahan terdengar di dekat kami. Aku mendorong tubuh Rey dan menoleh ke arah suara. Mataku terbelalak begitu juga Rey. "Maaf Mba Intan. Saya menganggu," sapa seorang pria yang tinggal di samping rumahku. "Eh, gak kok. Ada apa Pak?" Tetangga sebelah ingin mengambil obeng yang tertinggal. Aku lupa untuk mengembalikannya. "Maaf Mba Intan. Malam-malam ambil obeng." "Gak apa, Pak. Saya lupa membalikkannya. Terima kasih, Pak. Mohon maaf." "Iya, gak apa. Permisi Mba, Mas." Aku dan Rey terkekeh pelan. Malu sekali kami ketahuan berciuman. "Kamu sih gak lihat tempat." Kupukul dada bidang Rey. Ia menangkap tanganku. "Lanjutin dong," goda Rey hingga wajahku bagaikan kepiting rebus. "Kamu nakal Rey!" Rey hendak menciumku tapi aku tahan. "Nanti kalau sudah halal. Kamu bisa melakukan apa saja yang kamu mau.""Tentu saja. Aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan baik itu." Rey memeluk tubuh ini, nyaman sangat nyaman. "Aku enggan berjauhan denganmu. Tetapi, pekerjaan men
Baca selengkapnya
Seratus Dua Belas
Bab 112 Suara rem mendadak terdengar dengan kencang hingga telingaku sakit. Seseorang di hadapan kami menghentikan laju mobil ini. "Turun!" teriaknya mengetuk pintu belakang. "Turun!" "Mama, Bayu takut." Bayu yang tadi terlelap kini terbangun akibat suara ketukan di luar. Kuusap wajah dan menciumnya. "Pa, langsung tekan kuncinya." "Baik, Bu." "Intan, hati-hati." "Mama jangan khawatir. Intan bisa, kok." Hanya ada satu pemuda yang menghadang kami. Ini masih siang nekad sekali pemuda ini. Kutarik napas agar keluar dan menutup pintu dengan cepat. Mama langsung menahan kembali kunci di dalam mobil hingga terdengar kunci diaktifkan kembali. "Sial! Dikunci!" teriak pria lain baru tiba mendekati kami. "Ada apa?" Melipat tangan di dada. Mengingat wajah mereka satu persatu agar aku tak salah mengenalinya. "Serahkan mobil!" "Kalian mau mobilku?" tanyaku menatap remeh mereka. Biarkan saja mereka kesal. "Buka pintunya!" teriak pemuda lain. "Nekad kalian!" Tangan kekar pemuda ber
Baca selengkapnya
Seratus Tiga Belas
Bab 113"Hai, Intan," sapanya sok kenal sok dekat. "Mau apa?" Menaikan salah satu alisku. Ia terkekeh, suara yang paling aku benci darinya. Tante Aura duduk tanpa dipersilakan. Ia menatap sekeliling ruanganku. "Bagus juga tempatnya. Aku gak nyangka kalau keponakanku sekaya ini." "Tumben datang ada apa?" "Ck, kamu itu sama orang tua gak ada sopannya." Aku menahan kesal dalam dada. Menarik napas dalam dan menghembuskan perlahan. "Tante mau minum apa?" tanyaku berubah pertanyaan. Berbasa-basi mungkin itu yang diinginkan Tante Aura. "Whisky." Menaikan salah satu alisnya. "Maaf, di sini bukan bar. Tante pasti tahu akan hal itu. Ini kantor, tempat bekerja." "Tante sering ke kantor. Mereka punya minuman itu hanya kamu saja tak punya." Kutatap wanita itu nyalang. Hal yang paling menyebalkan berhadapan dengannya. Apakah ibu kandungku juga merasakan sama seperti aku atau mereka akur. "Mungkin Tante ke kantor peminum berat." "Asal kamu tahu. Papa mertuamu memiliki banyak koleksi min
Baca selengkapnya
Seratus Empat Belas
Tatapanku nyalang. Aku melihat mobil terparkir yang sangat kukenal. Apakah ia berada di sini. kulangkahkan kaki menuju pintu rumah Om Arga. Suara itu terdengar tak asing. apakah benar ia telah Kembali. "Adel!" panggilku dengan suara lantang. Kupeluk tubuh mungil sahabatku yang telah pergi lama. Aku begitu rindu dengan keceriaannya. Ia berdiri di depan pintu. "Bu Bos!" "Hush, aku bukan bos kamu lagi." Menjitak kepalanya pelan. Kami berpelukan erat hingga sosok Om Arga tak dianggap. "Kalian mau sampai kapan di situ. Ayo masuk. Om sudah lapar."Kami terkekeh dan masuk ke dalam saling merangkul. Adel adalah sepupu Rey artinya ia juga akan menjadi saudaraku. "Nyonya Rey mau makan apa?" tanya Adel sok perhatian. "Aku bisa ambil sendiri." Kukibaskan tangan ke udara. Adel begitu manis berkata demikian. "Bu Bos gak asik." Ia terkekeh dan mengambil nasi hingga segunung. "Astaga, Adel. Sejak kapan porsimu berubah menjadi kuli?" Adel mengaruk kepala. Ia tampak malu. "Sejak datang ke Ind
Baca selengkapnya
Seratus Lima Belas
Bab 115 Langkah aku berhenti ketika melihat punggung pria yang sangat aku kenal. Kusentuh bahu kekarnya dan pria itu menoleh perlahan. Senyum menyapa hendak terlontar, mungkin cahaya remang-remang menghalangi pandangannya. Hingga salah satu pintu toilet terbuka mengeluarkan cahaya lampu sangat terang. "In-intan." Wajah Mas Ilham tampak terkejut mungkin ia tak menyangka kalau bertemu aku di tempat ini yaitu klub. Mas Ilham mengenakan seragam biru tua. Dari atas hingga celana panjang. Pria itu membawa sapu dan pengki. Keadaan ekonominya memang tak seperti dulu kalau saja mas Ilham mau berusaha untuk melamar ke perusahaan lain. Tapi, entah mengapa pria itu tak melakukan hal tersebut. "Kamu sama siapa ke sini?" tanyanya menunduk kepala. Mungkin ia malu bertemu aku apalagi pekerjaan seperti ini. Tidak, aku malah pernah melihatnya berjualan di pinggir jalan malah pernah memungut barang rongsok hanya saja aku memilih diam. "Sama Adel dan Serly. Mas kerja di sini?" "Iya, baru bebera
Baca selengkapnya
Seratus Enam Belas
Bab 116 Adel mengambil ponsel dalam tas, ia melangkah lebih dekat lagi. Ku ikuti sahabatku itu. Adel merekam kejadian Lisa yang diserang oleh wanita bertubuh tambun. Ada juga beberapa wanita lainnya. Sedangkan pria kencan Lisa duduk gelisah. Tak ada pembelaan dari pria itu. "Dasar pelakor! Kecil-kecil jadi pelakor!" Menarik rambut Lisa kasar. Plak! Plak! Lisa mengusap pipinya yang sejak tadi dihajar oleh wanita yang diduga istri sah pria yang kini menjadi kekasihnya. "Mas, tolong aku!" Lisa menjulurkan tangan tetapi ia tak mendapat pembelaan sedikitpun. Selingkuhan tapi takut sama istri. Sungguh lucu sekali mereka. Aku hanya menyaksikan sambil terkekeh pelan. Biarkah Adel yang melakukan rencana selanjutnya. Aku cukup menonton dan tertawa. "Kamu juga Pa! Berani selingkuh di belakang Mama!" "Ma, dia goda Papa duluan. Lihatlah penampilannya." "Mas, aku tak melakukan itu. Bohong Tante!" Lisa tampak mengelak. Aku tak tahu siapa yang lebih dulu mengoda. Tapi, lihat dari penampilan
Baca selengkapnya
Seratus Tujuh Belas
Bab 117 Ia pikir aku tak serius, seperti anak kecil saja istri mas Ilham. Aku melangkah lebih dekat dan berkata. "Aku juga tak main-main. Lakukan lah!" Kutantang wanita itu tanpa ada rasa ragu. Wanita seperti Rita jangan dikasih hati. "Baiklah. Aku akan menyebarkan ke media sosial." Ia menatap ponselnya. Tampak jemari lentik bermain di sana. "Lakukankan dan kami akan menuntutmu," ucap Adel menyeringai. Permainan akan segera di mulai. Jemari Rita berhenti di atas layar pipih. "Apa yang aku lakukan hingga menuntutku?" "Kamu tahu tidak kenapa adikmu seperti itu?" tanya Adel memancing. Salah satu alisnya terangkat. "Karena kalian telah melukainya." Rita berkata lantang seolah dirinya benar. "Coba kamu lihat suasana di gambar itu!" "Tak ada spesial dan tampak biasa saja." Mengangkat bahu tanpa mau melihat ponsel. "Benarkah. Coba perhatikan. Aku yakin kamu tahu. Bukankah dulu kamu dan suamimu pernah?" Serly mulai ikut bicara. Ia terlihat geram dan muak sama seperti aku. Rita men
Baca selengkapnya
Seratus Delapan Belas
Bab 118 "Ayo pulang Rita!" Aku membujuk istriku untuk segera meninggalkan tempat Intan. Aku malu kepada mereka. Aku meminta maaf kepada Intan dan juga sahabatnya. Istriku yang salah. Ia tak berpikir panjang. Datang tanpa bukti. Untung saja aku menghubunginya tadi. Hingga aku yang berada di toko segera pergi menyusulnya ke rumah Intan. Sayang sekali aku tak melanjutkan kerja di toko. Padahal hari ini toko ramai. Aku bekerja di toko perabotan. Mengangkat dan mengantar perabotan ke pembeli. Toko itu lumayan ramai dan terkadang ada yang memberikan tips dua puluh ribu satu orang. Bagiku uang dua puluh ribu cukup untuk makan sehari saja. Sisa uang aku kumpulkan untuk membayar kontrakan. Aku malu sekali, banyak kesalahan yang dibuat Rita. Istriku ini tak pernah kapok berhadapan dengan Intan. Rita yang salah tak berpikir panjang. Mungkin saja ia iri dengan kehidupan Intan. Padahal sudah aku jelaskan kalau harta itu milik Intan bukan aku. Kupaksa wanita yang dulu menjadi selingkuhan ku
Baca selengkapnya
Seratus Sembilan Belas
Bab 119 "Hapus!" Ku tunjuk jariku ke arahnya. Intan tampak marah. Suaranya meninggi hingga telinga ini sakit. Wanita itu tak main-main apalagi menyangkut hukum. Aku tahu Intan mantan agen mata-mata. Mantan istriku pintar dan cerdas. Ia juga bisa bela diri. Cukup membanggakan prestasinya. "Gak mau. Biarkan saja dia. Liat banyak like dan komentarnya." Rita menunjukkan ponselnya. Like sudah mencapai ribuan dalam beberapa menit saja. Kekuatan netizen luar biasa. Komentar sudah mulai membahas masalah luka di wajah dan tubuh Lisa. Beberapa komentar sudah dibalas Rita. Istriku pintar berkata hingga aku takut kalau ada yang tersinggung dengannya. "Hapus!" Aku semakin geram tingkah Rita. Ku rebut paksa ponsel pintar yang layarnya mulai retak. Sudah beberapa kali Rita menjatuhkan ponselnya. Aku tarik dan meninggikan ponsel itu agar tak bisa diraih lagi. "Jangan Mas! Jangan!" Rita hendak merebut kembali ponselnya. Aku tak membiarkan dirinya melakukan hal bodoh lagi. Sudah cukup dan tak bol
Baca selengkapnya
Seratus Dua Puluh
Bab 120 "Mba, aku butuh sesuatu. Tolong Mba belikan." "Belikan apa?" Lisa terdiam sesaat, ia tak menjawab pertanyaan Rita. Aku yakin pasti telah terjadi sesuatu. "Ehm, aku butuh makan. Iya. Aku ingin makan. Perutku lapar. Mba, beli mie ayam, ya. Aku mau." "Ini mie ayamnya. Kamu ambil mangkuk sana." "Mba, aku abis pingsan kenapa gak Mba aja." Rita menatapku sudah pasti aku harus mengambil mangkuk di dapur. Dua wanita malas hanya bisa menyuruh orang saja. Apa tak bisa mengambil sendiri. Adik kakak selalu begitu. Menyebalkan sekali mereka. "Ini mangkuknya." Lisa membuka plastik mie ayam. Ia menatap isi mie yang sudah melar dan pedas. "Kenapa, kok gak di makan?" "Ini mie apa, Mba?" "Mie ayam. Emangnya mie apa lagi?" "Kok aneh, ya?" "Karena sudah dingin jadi begitu. Cepat makan!" Lisa mendekati garpu berisi mie ayam ke mulutnya. Tetapi wanita itu menahan di udara. Uek! Lisa menahan mulutnya. Memberikan mie ayam itu kepadaku. Ia berlari masuk ke kamar mandi dan memuntahkan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status