All Chapters of Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami: Chapter 131 - Chapter 140
143 Chapters
Seratus Tiga Puluh Satu
Bab 131Hari semakin gelap. Aku harus pergi dari rumah ini. Rumah ini penuh drama dan banyak rahasia dari mereka. Mengingat percakapan mereka sepertinya mereka sudah tak waras.Kulangkahkan kaki tanpa menimbulkan suara. Mereka pasti tertidur lelap di saat jam segini. Aku membuka pintu perlahan, tak ada orang di luar sana karena jam sudah menunjuk pukul tiga pagi. Aku terdiam sesaat. Kalau aku pergi harus ke mana sudah pasti ke kontrakan mas Ilham dan bagaimana aku akan ke sana sedangkan uang saja tak punya. Kalau ke sana pasti mereka menyusul lalu aku harus ke mana. Biarkan saja nanti aku pikirkan yang penting aku pergi dari rumah ini. Aku menatap tas jinjing hitam milikku yang akan aku bawa. Ada rasa ragu dalam dada. Bagaimana aku bisa pergi dari sini. Aku tak ingin hidup bersama mereka. Pasangan aneh dan menjijikkan. Tapi aku tak ingin hidup sengsara. Lebih baik aku tunggu satu jam lagi. Pukul empat pagi suasana ramai di luar sana. Pasti ada kendaraan yang melintas. Kutatap jam
Read more
Seratus Tiga Puluh Dua
Bab 132 Aroma obat-obatan tercium di hidungku. Aku membuka mata melihat sekeliling dengan nuansa putih. Entah berapa lama aku terpejam. Rasa nyeri terasa di pergelangan tangan. Kupaksa membuka mata apakah aku sudah mati. Terakhir kali kuingat, aku mengoreskan nadi dengan pecahan gelas yang berceceran di lantai. Pikiranku buntu seperti hidupku saat ini. Mati adalah solusi terbaik. Padahal semua masalah bisa diselesaikan tanpa harus mengakhiri hidup. Aku menatap pergelangan tangan sebelah kiri, jarum menusuk ke nadiku. Cairan menetes perlahan masuk ke dalam tubuh. Aku belum mati, masih merasa udara dan oksigen mengalir di tubuhku. "Kamu sudah sadar?" Suara barito seseorang terdengar di sampingku. Aku hanya menatap tanpa mau membuka suara. "Ada-ada saja sampai bunuh diri segala. Apa tak ada cara lain?" Suara ketus itu tentu milik Mba Nita. Wanita itu tampak marah dan geram. Aku masih tak mau membuka suara. Kenapa aku tak mati saja daripada harus menjadi boneka mereka. Seorang pria
Read more
Seratus Tiga Puluh Tiga
Bab 133"Ada apa, Mba?" tanyaku semakin penasaran. "Mba bertemu dengan Mas Bro di jalan. Gak ketemu sih hanya liat sekilas. Ia sedang berjalan bersama wanita cantik." Suara mba Rita pelan tapi aku masih bisa mendengarnya karena suaranya tepat berada di telinga. Ku berikan senyum manis. Mba Rita gak boleh tahu soal rumah tangga Mas Bro bisa hancur semuanya. "Mba bilang sekilas. Mungkin salah liat." "Tapi, dia mirip banget sama mas Bro. Aku yakin deh. Soalnya bus yang aku tumpangi sempat berhenti. Mas Bro mesra banget. Mereka gandengan tangan.""Tuh, Mba salah lihat. Mas Bro selalu menemaniku." "Mungkin juga apalagi aku kepikiran kamu. Mba takut istri Mas Bro sakitin kamu." Aku mengusap lengan Mba Rita lembut. "Mereka baik, kok." "Kalau mereka baik kenapa kamu bisa masuk rumah sakit. Gak mungkin, dong!" Suara Mba Rita meninggi, aku meletakkan jari telunjuk ke bibir. "Ini rumah sakit, Mba. Jangan berisik." "Aku hanya tak rela dan ingin mencari perhatian Mas Bro. Aku yakin Mba p
Read more
Seratus Tiga Puluh Empat
Bab 134 Wajah Mba Rita memerah. Ia mendapat tolakan dari Mba Nita. Pasti hati kakakku sakit menerima penolakan. "Suami kamu harus memberikan mahar dan karena dia masa depan adikku terancam." "Itu semua karena kesalahannya. Kalau dia tak mengoda sudah pasti semua ini tak akan terjadi. Jadi tolong tahu diri." Mba Rita tampak kesal, aku hanya bisa menatap mereka berdua. Kenapa Mba Rita berbicara soal mahar di saat yang tak tepat. Apalagi aku dan Mas Bro belum memutuskan tanggal pernikahan kami. "Sama saja. Suamimu juga salah kenapa taruh benih di rahim adikku. Kenapa bukan istrinya saja." "Mba Rita." Aku panggil dia agar menurunkan notasi suaranya. "Sudah, Ma. Sudah. Malu, ini rumah sakit." Mas Bro berusaha menjadi penengah. Aku hanya bisa menonton mereka. "Papa, Mama gak mau turutin permintaan wanita ini. Dia gila dan serakah." Tunjuk jari Mba Nita kepada kakakku. "Maaf Rita. Saya tak bisa menuruti kemauanmu. Mahar segitu terlalu mahal. Aku akan memberikan lima juta rupiah kare
Read more
Seratus Tiga Puluh Lima
Bab 135 Senyum menyeringai terlihat jelas. Mba Nita tersenyum sinis menatapku penuh arti. "Tanda tangan saja!" "Aku gak bisa, Mba. Aku gak bisa."Sebagai seorang ibu aku tak bisa melakukan hal itu. Aku tak ingin hidupku jauh dari anak. Pikiran mereka licik dan tak berbobot. Aku akui klo diri ini juga pernah melakukan hal licik dan jahat. "Lalu kamu ingin menjadi istri suamiku selama begitu. Jangan mimpi. Mas Bromo hanya memiliki istri satu yaitu aku. Hanya aku." Aku menundukkan kepala dan menatap Mas Bro sejenak. Kenapa pria tua itu berubah ketika berada di samping istri pertamanya. "Mas, aku ini seorang Ibu. Tak ingin jauh dari anakku." Aku memang jahat dan licik tapi aku juga akan menjadi seorang ibu. "Lebih baik tanda tangan saja. Kamu masih muda. Kamu masih memiliki jalan panjang. Kami akan merawatnya." Ucapan Mas Bro terdengar bijak. Apakah ia bisa dipercaya atau hanya berpura-pura saja. Sedangkan di belakang mba Nita ucapannya begitu manis. Pria itu begitu sayang kepad
Read more
Seratus Tiga Puluh Enam
Bab 136 Ku injak rem dengan cepat. Seorang wanita merentangkan tangan di depan kendaraan roda empat milikku. Untung saja kakiku segera menginjak rem dengan capat. Seorang gadis berdiri menatap manik aku. Aku kenal wajah itu. Ia adalah Lisa, adik Rita. "Tolong aku! Tolong!" Aku melihat pria yang berada di club. Ia mengejar Lisa dengan tatapan marah. Kubuka pintu mobil dan Lisa segera masuk ke dalam. Wajah Lisa tampak pucat. Aku menginjak gas dengan cepat hingga mobilku melanju meninggalkan pria yng masih mengejar Lisa. "Cepat Mba! Cepat!" Suara teriakkan Lisa membuatku terkejut. Pria itu masih mengejar kami. Kulihat dia dari kaca spion kembali ke mobilnya. "Mba Intan, cepatan! Tolong aku!" "Tenang Lisa. Kasih aku ketenangan." Lisa diam dan hanya terisak. Aku tahu ia memiliki masalah yang tak rumit. Wajah Lisa menoleh ke arah belakang. Mobil yang dikendarai pria itu berada di belakangku. Ku injak lagi gas lebih kencang agar pria itu tak dapat mengejar mobilku. Semua mobil y
Read more
Seratus Tiga Puluh Tujuh
Bab 137 Aku dan Serly menghampiri pria pengkhianat di perusahaanku. Sebelum pria itu kabur aku telah memberikan jebakan untuknya. Kubuat dana di perusahaan berkembang pesat. Ia pasti tahu akan hal itu karena pegawai yang mengkhianatiku berada di bagian keuangan. Lagi-lagi ia melakukan pengeluaran tak terduga. Bukti ini nyata dan bisa menjadi barang bukti. "Apa yang tejadi dengan keuangan perusahaan ini? Bagaimana bisa menurun drastis begini. Padahal pemasukan berjalan seperti biasa." Kuletakkan berkas yang dibuat oleh pria itu. Pria yang sejak tadi tampak gelisah. "Memang seperti itu keadaan perusahaan kita." "Gak mungkin." Kulipat tangan di dada menatap pengkhianatan perusahaan. Wajah pria berusia empat lima tahun duduk di depanku. Ia tak sanggup menatapku. "Mengapa ada pengeluaran yang tak aku mengerti di sini!" Kutunjuk berkas keuangan bulan ini. "Oh, itu untuk keperluan perusahaan ini." "Gak mungkin kepentingan perusahaan sebanyak tiga puluh juta. Coba katakan padaku un
Read more
Seratus Tiga Puluh Delapan
Bab 138 Aku dan Serly telah berada di bandara Singapura. Reyhan dan teamnya berada di sini. Kami berjalan menuju hotel Reyhan. Sengaja aku tak menghubungi pria itu untuk memberikan sedikit surprise. Langkahku lebih cepat sebelumnya, Serly tampak kelelahan. "Haduh, pelan-pelan bisa gak si Bu Bos?" "Eh, ini udah pelan. Kamu aja pakai sepatu tinggi begitu. Apa gak lelah?" "Ini sepatu pemberian pacarku jadi aku pakai biar ia senang." "Dasar bucin. Kita ini jalan-jalan jauh bukan ke mall atau ke cafe." "Lebih bucin lagi terbang ke luar negeri demi sang kekasih." Aku hanya tertawa pelan, kita berdua memang sama-sama bucin. Kulangkahkan kaki memasuki sebuah hotel mewah. Hotel bintang lima memiliki keindahan yang tak bisa ditandingi. Pemandangan luar biasa bagi para wisatawan. Singapura memiliki ciri khas keindahan sendiri. "Kita akan ke mana?" tanya Serly mengandeng tanganku. "Kita ke kamar hotelnya.""Memang kamu tahu tempatnya?" "Ya ampun, tentu saja tahu. Ayo kita tanya resep
Read more
Seratus Tiga Puluh Sembilan
Bab 139Kaki Rey sudah lebih baik, aku selalu menemaninya ke mana saja. Serly sudah pulang ke Indonesia. Sedangkan Tante Aura masih ada urusan di negara ini.Adel sudah kembali ke rumahnya. Aku bahagia melihat keadaan Bundanya Adel. Ia masih mengingatku tak seperti dulu. Ganggu jiwanya sudah sembuh. Adel dan Om Arga saling bekerja sama untuk merawatnya. Mereka Keluarga yang kompak apalagi On Arga mampu menjadi sosok ayah untuk Adel. "Kalau kita sudah menikah kamu mau anak berapa?" tanya Rey ketika kami berjalan-jalan ke taman. Suasana dan cuaca hari ini sangat mendukung kami untuk menikmati keindahan negara Singapura. Rey, masih mengunakan kursi roda. "Nikah aja belum sudah tanya mau anak berapa?" "Ya, namanya rencana masa depan. Jadi harus di perkirakan." "Memangnya kamu sanggup berapa?" Kehentikan langkah di depan air mancur. Aku berdiri tepat di hadapan Rey, kuangkat dagu ke arah pemuda itu. "Kamu mau ronde berapa?" godanya mengerlingkan mata. "Nakal!" Kujewer telinganya p
Read more
Seratus Empat Puluh
Bab 140 Kami mengikuti Om Leo bersama gadis muda. Ia tampak seperti anak kuliahan. Usianya sekitar dua puluh tahun. Om Leo tampak mengusap paha gadis yang mengenakan rok mini itu. Suara manja terdengar di bibirnya. Aku pastikan kalau hasrat Om Leo sedang naik. Mata yang pernah aku lihat ketika ia melihat bagian sensitifku. "Bagaimana aku makan makanan ini kalau pakai masker?" keluh Rey yang sejak tadi menatap makanannya. "Pindah duduk di sini. Mereka tak akan bisa melihat wajahmu." Rey mengikuti apa yang aku sarankan, pria itu makan dengan lahap. Aku mencegah kepalanya agar tak menoleh ke arah Om Leo. "Makan saja jangan tengok-tengok." "Calon istriku luar biasa," pujinya menatapku. Kami memilih duduk di dekat pot besar jadi tubuh Rey tertutup tanaman itu. Om Leo juga tak menyadari kehadiran kami di sini. Rey sudah selesai dengan makanannya. Aku meminta pelayan untuk membungkusnya saja. Segera membayar tagihan restauran dan bangkit dari duduk. "Papa masih di dalam kenapa kita
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status