Semua Bab Kami Bisa Tanpamu Mas: Bab 31 - Bab 40
106 Bab
Bab 31 | Visum dan Pelaporan
“Kata dokter kondisi ustad Faiz cukup serius, menurut diagnosa dokter, pemukulan yang dialami ustad menyebabkan livernya pecah hingga harus menjalani operasi besar, selain itu hidungnya patah, ya mungkin nanti agak bengkok, huft!” tutur Mas Riza menjelaskan kondisi ustad Faiz, membuatku beristigfar berkali-kali saking ngerinya.“Saya sudah hubungi keluarganya, mungkin sebentar lagi akan datang,” sambungnya lagi.Belum sempat aku membalas ucapan Mas Riza, dari arah belakang kami terdengar suara langkah dan teriakan. Membuatku, MaS Riza dan anak-anak spontan mengarahkan pandangan ke sumber suara.“Sudah saya bilang jangan dekat-dekat dengan anak saya! Tidak paham juga kamu??” aku kaget saat sebuah tamparan mendarat ke pipiku. Tes. Air mataku keluar tanpa dikomandoi.=====================================================“Ibuuu….” Teriak Langit dan Bumi bersamaan, berambur menghampiriku.“Abah! Astaghfirullah!!” suara Umi Aisyah melengking seraya menarik tubuh suaminya.“Jangan main keker
Baca selengkapnya
Bab 32 | Mempermalukan Jazirah
“Gi, nanti di rumah tidak usah cerita kalau bapaknya Faiz mukul kamu ke ibu, ya! Khawatir nanti ibu kepikiran. Anak-anak juga sudah saya briefing untuk menjaga rahasia ini, semoga saja mereka tidak keceplosan,” tuturnya disela-sela perjalanan kami.“Baik, Mas,” sahutku cepat. Setelah itu tidak ada percakapan apapun lagi.Tiba di depan rumah, kami dikejutkan dengan kehadiran Mas Jazirah yang berteriak-teriak di depan rumah, membuat orang-orang berkumpul di depan rumah bu Rosmalia. Mas Riza segera turun dari mobil dan terlihat berdebat dengan Mas Jazirah.Mau apalagi orang tidak tau malu itu?=====================================================Aku memutuskan mengajak anak-anak untuk turun dari mobil, kemudian menyuruh mereka langsung masuk ke dalam rumah dan menutup pintu, sementara aku menghapiri Mas Jazirah yang masih berdebat dengan Mas Riza, membuat kerumunan orang semakin ramai menyaksikannya.“Nah ini, kalian lihat sendirikan? Si duda ini jalan sama istri saya, dasar pebinor! Be
Baca selengkapnya
Bab 33 | Penangkapan
“Tapi, Kyai, ada berita buruk yang harus saya sampaikan ….” Ucap Maidani ragu-ragu.“Apa itu, Dan?”“Tadi saat saya di kantor polisi untuk membuat laporan penangkapan Jazirah, polisi tersebut mengatakan, jika tadi ada seorang wanita bernama Gianira dan pengacaranya, melaporkan Kyai atas kasus kekerasan,” tutur Maidani pelan.=====================================================Seperti sudah mengetahui hal tersebut, kyai Rahmad mencoba bersikap tenang, dia harus bertanggung jawab atas perbuatannya. Berbeda dengan sang istri, umi Aisyah, walaupun dia sudah mengetahui jika suaminya melakukan kesalahan dengan bertindak gegabah memukul wanita yang dicintai anaknya, tetap saja hatinya tidak menerima jika suaminya harus ditangkap polisi.Tangis umi Aisyah pecah, dirinya berhambur memeluk tubuh suaminya yang terlihat berulang kali menarik nafas, dengan lengannya, kyai Rahmad membelai lembut punggung umi Aisyah, memberikan ketenangan bahwa dirinya baik-baik saja. Dia tidak ingin istrinya geli
Baca selengkapnya
Bab 34 | Permintaan Maaf
“Saudara Jazirah, saya nikahkan dan kawinkan engkau, dengan putri kandung saya, Nur Jamilah binti Suratmaya, dengan mas kawin perhiasan seberat lima belas gram dan seperangkat alat sholat, dibayar tunai,” mantap Pak Camat berucap, sambil menggenggam tangan calon menantunya itu.“Saya …,” “Saudara Jazirah! Anda kami tahan atas kasus penganiayaan, sekarang anda harus ikut kami ke kantor polisi,” Tegas polisi memotong kalimat ijab yang belum selesai Jazirah ucapkan.=====================================================“Ada apa ini, Pak?” tanya Pak Camat panik. Wajah Jazirah terlihat gusar, tidak menyangka dirinya akan ditangkap justru di saat detik-detik dia berhasil memiliki anak perempuan orang terpandang di desanya.“Saudara Jazirah terbukti menganiaya saudara Faiz hingga terluka parah dan kritis di rumah sakit, Pak, maaf kami harus membawanya ke kantor polisi sekarang, ini surat penangkapannya.” Polisi memberikan surat penangkapan kepada Pak Camat.Seksama calon ayah mertua Jazir
Baca selengkapnya
Bab 35 | Sesudah Kesulitan Ada Kemudahan
“Saya akan memikirkannya dahulu, Pak, maaf saya permisi, sudah kesiangan, belum bikin sarapan untuk keluarga bu Rosmalia,” sopan Gianira ijin pamit, yang otomatis memutus pembicaraan di antara mereka.Mantri Firman hanya bisa melenguh pelan, dia merasa usahanya sia-sia, menurutnya sangat wajar yang dilakukan Gianira, siapa yang tidak marah ketika mendapat perlakuan tidak pantas dari orang lain, terlebih dari orang yang memiliki pemahaman ilmu agama yang baik seperti kyai Rahmad.Sementara itu, Gianira melanjutkan perjalanannya menuju rumah bu Rosmalia, fikirannya gundah memikirkan ucapan Matri Firman tadi, hingga tanpa dia sadari jika dari arah depan sebuah sepeda motor berjalan ngebut ke arahnya, dan dengan sengaja ingin mencelakakan dirinya.=====================================================“Ibuuu…!!” teriak Langit saat dirinya menyadari ada motor yang mengarah ke mereka.Gianira yang mendengar teriakan putranya, seakan tersadar dari lamunan, reflek ibu dua anak itu segera melom
Baca selengkapnya
Bab 36 | Keputusan Terbaik
Suasana terasa sangat hangat, penuh kebahagiaan, aku melihat senyum-senyum mengembang di wajah semua orang di ruangan ini, membuat keyakinan besar di hatiku, jika segala kepedihan yang kami alami kemarin-kemarin, akan segera berganti dengan kebahagiaan. Sesuai dengan firman Allah dalam surah Al-Insyirah ayat enam yang berbunyi “Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan”Aku yakin, kepahitan yang selama ini ku rasakan, hanyalah setitik ujian dari-Nya agar aku menjadi pribadi yang kuat dan sabar, sehingga kelak ketika Dia memberikan kebahagian kepadaku, aku bisa menikmatinya dengan penuh rasa syukur.=====================================================Selesai sarapan Mas Riza meminta Mbak Rima untuk mengajak anak-anak bermain di halaman belakang, sehingga kini hanya tinggallah aku, Mas Riza dan Bu Rosmalia di meja makan. Mas Riza memintaku untuk mulai mengatakan hal apa yang tadi ingin ku bicarakan dengannya.Kehadiran ibu di sini, selain untuk menemani kami agar tidak berduaa
Baca selengkapnya
Bab 37 | Pengganti yang Lebih Baik
Aku membalas pelukan Umi Aisyah, turut larut dalam haru akan kebahagiaannya mendapat kabar jika sang pujaan hatinya sudah bebas dan akan menemuinya. Betapa beruntung bagi pasangan yang Allah anugerahkan cinta di hati keduanya, hingga saling terikat satu sama lain. Andai aku memiliki nasib pernikahan yang langgeng seperti kyai Rahmad dan Umi Aisyah, tentu aku akan sangat bersyukur. Namun sayang, Allah mengujiku dengan perceraian yang baru saja ku daftarkan.=====================================================Aku, Mas Riza dan Mbak Rima pamit pulang setelah memastikan umi Aisyah sudah lebih tenang dan mau makan, karena kabar yang kuterima, selama ustad Faiz kritis kemudian kyai Rahmad ditangkap polisi, umi Aisyah tidak mau makan, hal itulah yang menyebabkan tubuh beliau begitu lemah dan bobotnya menyusut banyak.Tadi kami juga sempat menjenguk ustad Faiz sebentar, kondisinya cukup stabil untuk menjalani operasi siang ini, aku berharap operasi ustad Faiz berjalan dengan lancar dan beli
Baca selengkapnya
Bab 38 | Sedekah
Sungguh aku sangat bersyukur atas segala nikmat dan rezeki yang Allah berikan padaku secara bertubi-tubi. Memang benar janji-Nya, jika Dia tidak akan mengambil seseorang dari hidup kita tanpa menggantinya dengan yang lebih baik, begitupun yang kurasakan kini, Allah memutus jodohku dengan mas Jazirah dan keluarga, namun Dia dengan murah memberikan gantinya dengan mempertemukanku dengan keluarga baik seperi Bu Rosmalia.=====================================================Saat mentari belum beranjak dari peraduannya, aku memutuskan untuk membangunkan kedua putraku dari tidur lelap mereka. Kubimbing anak-ananku untuk membuka mata dan mengajak mereka untuk menunaikan kewajiban dua rakaat bagi seorang muslim. Selepas sholat subuh langsung kuajak mereka untuk jalan pagi berkeliling desa.Kami menelusuri jalan-jalan disekitar desa yang sudah hampir tujuh tahun ini ku tinggali. Suasana saat ini masih agak gelap, namun sudah cukup ramai orang-orang berlalu lalang di jalan, mungkin karena s
Baca selengkapnya
Bab 39 | Bertemu (mantan) Mertua
“Oh begitu ya, Bu, wah asik yah, walaupun enggak pakai uang, kita tetap bisa bersedekah,” ungkap Langit kesenangan.“Iya, dong. Yuk jalannya agak cepat, kan kita mau membantu om Rriza membuat gerobak untuk ibu dagang,”“Ayo, Bu, ayo! Langit mau sedekah dengan membantu om Riza bikin gerobak,” kata Langit semangat, seraya berlari-lari kecil agar segera sampai rumah bu Rosmalia.“Bumi juga mau!!” seru Bumi berusaha mengejar kakaknya yang sudah lebih dulu berlari, membuatku tersenyum melihat tingkah kedua putraku.“Hati-hati, jalan aja, Langit, Bumi!” seruku menghentikan mereka yang berlari kesenangan.=====================================================Setibanya di rumah bu Rosmalia, aku langsung ke dapur untuk membuat sarapan, kali ini aku hanya membuat nasi goreng bawang tanpa kecap, kemudian dicampur telur orak arik. Belanjaan yang tadi kubeli dipasar akan kumasak untuk makan siang dan malam.Selesai sarapan, ternyata Mas Riza sudah menungguku di halaman depan untuk membeli bahan-
Baca selengkapnya
Bab 40 | POV RIZA
Adzan dzuhur berkumandang tepat saat kami menyelesaikan makan siang, segera mereka bewudhu secara bergantian, kemudian bersiap-siap untuk melaksanakan sholat dzuhur berjama’ah. Sedangkan aku yang baru saja kedatangan tamu bulanan, melanjutkan aktivitas membereskan meja makan dan mencuci piring.“Gi, bisa minta tolong buatkan saya kopi?” suara Mas Riza yang tiba-tiba membuatku terkejut hingga menjatuhkan gelas yang tengah kupegang, hingga menimbulkan suara gaduh.“Kamu kenapa, Gi? Riza! Kamu apain Gianira, sih?”=====================================================Pov RizaUdara yang panas di luar cukup membuat pekerjaanku terganggu, aku masih memaku dan membuat beberapa pola agar gerobak untuk Gianira berjualan bisa jadi dengan sempurna. Jangan tanya mengapa aku bisa menawarkan diri untuk membantunya membuat gerobak, semua ini adalah ide ibuku. Entah mengapa beliau berbaik hati sekali dalam membantu wanita beranak dua itu. Mungkin karena ada persamaan nasib yang mereka alami, sehingg
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status