Semua Bab Merebut Kembali Hartaku dari Keluarga Benalu: Bab 21 - Bab 30
40 Bab
Pertemuan Setelah Gugatan Cerai
Part 21Bertemu Mertua Setelah Mengajukan Gugatan CeraiSetelah makan mie bersama dengan ibu mertuaku itu, aku langsung bergegas mengambil air wudu dan melaksanakan salat subuh, sedangkan beliau pamit melanjutkan tidur.Aku banyak bersyukur atas berbagai kebaikan dalam hidupku, benar kata orang, ujiam itu diberikan pada orang yang akan diangkat derajatnya, dan semoga aku menjadi salah satunya.Setelah salat, rencananya aku akan kembali meneruskan satu bab novelku, sepertinya waktunya akan cukup, dari pada aku tertidur lagi.Betapa terkejutnya aku, saat melihat penghasilanku sudah mencapai satu juta rupiah. Subhanallah, aku tak pernah menyangka bisa mendapat uang sebanyak itu dalam waktu sehari. Tentu hal ini menjadikanku makin semangat melanjutkannya. Meski pertama menulis tujuan utamanya bukanlah uang, namun tak ayal dengan pendapatan yang banyak ini, membuatku makin bersemangat.Tentu saja aku langsung mengetik satu bab saja untuk menambahi pendapatan besok, karena waktu juga tak ak
Baca selengkapnya
Didikan Yang Salah
Part 22Didikan Orang Tua Yang SalahSebenarnya hatiku masih dongkol sekali dengan kelakuan ibu mertuaku itu. Tapi terus kucoba meredam semua amarah dengan terus beristighfar, karena bagaimanapun, saat ini beliau masihlah ibu mertuaku dan lebih tua dariku, jadi masih wajib aku hormati.Mungkin karena sedang banyak pikiran, akibat kedua anaknya yang bermasalah itulah, akhirnya beliau bersikap seperti itu. Pas sekali bertemu denganku yang bisa di jadikan pelampiasan amarahnya yang terpendam.Setelah hati merasa tenang, aku pun kembali memakai kostum dan berangkat ke rumah itu lagi, seperti biasa berubah menjadi Juminten, sang pembantu gratisan. Sebelum sampai, kusempatkan berbelanja sedikit sayuran, sebagai antisipasi jika mereka sudah berada di rumah terlebih dahulu.Benar saja, saat aku akan masuk rumah, motor mereka pun masuk teras."Loh, kamu dari mana saja jum?" tanya Bu Sarah.Nada bicaranya lebih lembut dari pada saat bertemu denganku tadi di warung."Eh ini tadi habis beli sayur
Baca selengkapnya
Terbongkar
Part 23Penyamaranku TerbongkarSetelah memasak, aku pun mandi dan segera melaksanakan salat, rencananya aku akan istirahat sebentar habis ini, capek badan dan capek pikiran ngadepin Bu Sarah ini.Tok tok tokk"Jum...Jum! Buatin aku mie dulu, lapar ini!"Ketukan dan teriakan Bu Sarah itu, tentu saja langsung membatalkan rencana istirahatku itu. Aku pun kemudian memasak mie instan pesanan beliau itu."Jangan lupa tambahin telornya Jum, biar bergizi," ucapnya lagi."Siap laksanakan Bu!" jawabku dari dapur.Bu Sarah hanya menonton tivi saat aku sedang memasak, sepertinya sambil menelepon seseorang."Ya ampun Jo, kamu itu dari mana saja sih? Kok dari tadi ditelepon nggak diangkat-angkat?"Berarti saat ini, Bu Sarah tengah menelepon Mas Johan. Aku harus menajamkan pendengaranku nih."Selfi pergi katanya mau liburan sama pacarnya dua hari. Ya pacarnya, Om Joni yang kaya raya itu!""Hey, Jo! Kalau adikmu itu nggak jadi simpanan Om-om, pasti kamu sekarang masih mendekam di penjara! Bersyukur
Baca selengkapnya
Apa Ini Semua Belum Berakhir?
Part 24Apa Semua Ini Belum Berakhir?Saat kembali tersadar, ternyata aku tengah berada di dalam mobil, Bu Beti dan Bu RT ada bersamaku."Alhamdulillah kamu sudah siuman Wulan. Ini minum air putih dulu," ucap Bu Beti"Ini kita mau kemana, Bu?" tanyaku yang masih sedikit pusing."Kita mau ke rumah Bidan, kamu kan pendarahan, itu sudah mau nyampek kok, sabar ya," jawab Bu RT sambil memelukku.Sesampainya di rumah bidan, aku pun langsung diberi perawatan dan diperiksa. Alhamdulillah kehamilanku aman kata bidan, hanya saja aku perlu diberi multivitamin dan penambah darah, dan istirahat sebentar di sini. Bu Beti dan Bu RT masih setia menemaniku."Alhamdulillah kandunganmu tak apa-apa Wul. Tadi itu sebenarnya ada apa sih?.kok sampai kayak gini?" tanya Bu Rt.Aku pun kemudian menceritakan semuanya pada mereka berdua, dari awal sejak aku di usir dari rumahku sendiri hingga insiden hari ini."Sebentar ya, aku akan bilang ke suamiku agar melaporkan si Johan dan keluarganya itu. Jahat sekali me
Baca selengkapnya
Bertemu di Kantor Polisi
Part 25Bertemu Di Kantor PolisiTak perlu lagi menghiraukan Selfi, dia sebenarnya sama saja dengan Ibu dan Kakaknya, tapi dia memang sedikit cuek sih. Aku kemudian bergegas menuju ke kantor polisi, kali ini aku berangkat menggunakan taksi online, karena kalau naik motor, badanku rasanya masih kurang fit, sekalian aku nanti ingin mengecek novel, karena dari kemarin tak lihat sama sekali.Kini aku sudah siap, dan tinggal menunggu taksinya datang saja. Aku segera mengecek novel, saat sudah berada di dalam taksi. Alhamdulillah, suatu pencapaian yang luar biasa. Pendapatan yang tertera di aplikasi novel ini, sudah sebanyak gajiku di toko selama dua bulan, padahal aku baru menulis selama tiga hari. Rejeki memang tidak pernah tertukar, dan Allah selalu memberi sesuai porsinya.Perjalanan ke kantor polisi dari rumah kostku, memakan waktu sekitar satu jam. Jadi kugunakan saja untuk melanjutkan bab, lumayan meski tak bisa sampai satu bab penuh. Sudah lama sebenarnya aku meng-instal aplikasi n
Baca selengkapnya
Rayuan
Part 26Rayuan Bu Sarah"Pak, saya sudah tenang. Tolong saya ingin bertemu sebentar dengan tersangka wanitanya," kataku sambil tersemyum pada petugas yang masih berdiri didekatku tadi."Baik, tapi nanti tolong bicara setenaang mungkin, agar tak menimbulkan kegaduhan di ruangan ini ya, Bu," ucap polisi tersebut yang kujawab dengan anggukan kepala dan senyuman.Polisi itu pun segera berlalu menuju ke dalam sel wanita, yang letaknya bersebelahan dengan sel tahanan laki-laki.Semoga saja aku bisa menahan amarah nanti, tahu sendirikan bagaimanaý pedasnya mulut Bu Sarah itu. Namun aku harus tetap menemuinya, untuk meminta maaf, dengan semua kejadian ini.Dengan langkah gontai, Bu Sarah datang diantar petugas kearahku. Dia segera duduk di hadapanku, namun pandangan matanya menatap tembok yang berada di belakangku."Mau apa lagi kamu menemuiku." Wajahnya terlihat sangat sebal.padaku."Aku ingin minta maaf, Bu. Jika ibu tak ketrrlaluan, mungkin aku tak akan melaporkan pada pihak berwajib sep
Baca selengkapnya
Dia Terlalu Baik
Part 27Dia Terlalu Baik(Pov Johan)Sungguh aku sangat benci dengan istriku itu, karena dia kini aku di penjara untuk yang kedua kalinya. Padahal belum genap sehari aku menikmati kebebasan, karena telah di jamin oleh Selfi adikku.Aku adalah Johan Prasetyawan, dan kini usiaku sudah dua puluh delapan tahun. Aku sudah menikahi Wulan lebih dari tiga tahun. Parasnya yang ayu dan sikapnya yang lemah lembut, membuatku terpikat kepadanya.Saat menikahinya dulu itu, aku adalah memiliki dua buah toko baju di pasar, usaha yang telah lama kubangun sebelum menikah itu, berkembang amat pesat, meski semua modal kudapat dari pinjaman bank. Jadi setiap bulan aku harus memastikan penjualan kedua tokoku stabil, hingga bisa membayar setoran yang jumlahnya tidak sedikit.Saat iti, aku juga sudah bisa membeli sebuah rumah mungil di perumahan untuk keluargaku, meski harus dengan sisten kredit, dan sampai saat ini belum lunas. Sejak Bapak meninggal dulu, dan mempunyai banyak hutang, kami harus menjual ru
Baca selengkapnya
Dendam Membara
Part 28Dendam Membara (Pov Johan)Hidup terasa begitu indah saat itu. Wulan tiap hari di rumah bekerja bak pembantu dan juga banting tulang di luar rumah. Semua kebutuhan kami dicukupinya, dan uangku hanya kusetor pada Ibu untuk, biaya kuliah Selfi.Sebenarnya, Sinta juga tak jauh beda dengan Wulan. Dia juga sangat baik dan bucin kepadaku. Memang wajahku ini tampan, jadi banyak wanita yang bertekuk lutut dihadapanku. Setiap hari, Sinta lah yang menraktirku makan seharian, dan juga membelikanku rokok. Jadilah uang hasil ngojekku utuh.Semua terasa indah, hingga kemudian Wulan mengetahui tentang perseelingkuhanku. Dia melabrakku, di pangkalan tepatnya di sebuah warung, tempat biasa kami makan dan bermesraan.Tak kusangka, dia berani datang, marah-marah dan menampar pipi Sinta. Dan saat itu, tentu saja aku memilih Sinta, yang notabene memiliki wajah yang lebih cantik dari Wulan. Pelayanannya dalam segala hal juga lebih memuaskanku.Sebenarnya, sudah sejak jauh hari, aku merencanakan ak
Baca selengkapnya
Dia Harus Menjadi Milikku
Part 28Dia Harus Jadi Milikku (Pov Sinta)"Pokoknya, aku mau Mas Dewa ngeluarin aku dari sini sekarang juga...aku nggak mau berlama-lama di penjara ini, ih kotor banget!" Begitu ucapku kemarin pada kakak tunggalku."Iya...iya pasti, kamu sabar dulu dong. Lagian kamu sih aneh-aneh bikin masalah terus!" katanya sambil menjitak kepalaku.Mas Dewa, adalah seorang pengusaha toko bangunan dan mebel, eh sebenarnya itu bukan usahanya saja sih, tapi usaha kami berdua, alias warisan dari orang tuaku.Kami hanya dua bersaudara, dan baru setahun yang lalu Papa meninggal dunia.Sebenarnya meski tanpa merengek pun, Mas Dewa sudah pasti akan membebaskanku dari sini, tak mungkin dia akan mebiarkan adiknya ini tidur bersama kecoak dibalik jeruji besi ini. Hanya saja, aku ingin dia melakukan ini secepatnya! Karena Mas Johan juga baru saja pulang, di jamin pula oleh keluarganya.Ya, namaku adalah Sinta, saat ini usiaku adalah dua puluh lima tahun. Kuakui sudah sekitar satu bulan ini, aku dimabuk cinta
Baca selengkapnya
Ini Bukan Karma
Part 30Ini Bukan Karma (Pov Bu Sarah)Namaku adalah Siti Sarah, diumurku yang sudah lebih dari setengah abad ini, aku sebenarnya sudah ingin bisa hidup mapan dan tenang, memiliki anak-anak yang sukses dan menimang cucu. Namun, ekspektasi selalu sering kali tak sesuai dengan kenyataan.Kedua anakku hidupnya malah morat-marit saat ini. Johan kini mendekam di penjara bersamaku, karena kasus pemalsuan dokumen yang dilaporkan istrinya sendiri, Wulan. Sedangkan si Selfi, anakku yang kedua, kini malah menjadi simpanan om-om. Alasannya sih karena kebutuhan, tapi jika di pikir-pikir ada benarnya juga sih, hehehe.Apa ini yang disebut karma? Buah dari perbuatan yang dulu pernah kulakukan? Ah tapi aku tak percaya dengan yang namanya karma, pasti ini memang takdir mereka. Tapi aku sangat yakin, takdir itu bisa diubah selagi kita mau.Dulu, aku memang mendapatkan suamiku dengan cara yang sedikit berbeda. Mas Marto, suamiku itu, dulunya adalah suami dari teman dekatku si Fina. Sebenarnya, aku dan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status