All Chapters of PERNIKAHAN DUA ALAM : Chapter 41 - Chapter 50
55 Chapters
Bab 41
“Pergi ke mana kamu, Adisti,” gumam Dion sambil menatap trotoar, berharap menemukan Adisti dari sekian banyak pejalan kaki.Waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore, itu artinya sekitar 2 jam dirinya memutari kota demi mencari Adisti. Namun, Dion sama sekali belum menemukan sosok Adisti. Pikirannya campur aduk, memikirkan keberadaan Adisti dan misteri testpack yang ia temukan. Ia yakin itu anak Abimanyu karena selama menikah ia belum menyentuh Adisti sama sekali.Ada sesal di hati Dion, mengapa tidak segera membawa istrinya ke rumah Ustaz Ramli.Tiba-tiba Dion mengernyit, ia teringat dengan Ustaz Ramli. Mengapa dirinya tidak meminta bantuan untuk mencari sosok Adisti? Ya, setahu Dion Ustaz Ramli bisa mencari orang yang hilang dengan mata batinnya.Senyum tersungging di wajah Dion, segera ia menginjak pedal gas lalu membelokkan mobil menuju rumah Ustaz Ramli. Namun, naas baginya karena tidak fokus menatap jalan dari arah berlawanan sebuah truk membunyikan klakson menabrak mobilnya dengan c
Read more
Bab 42
“Sudah Anda bersihkan semua?” Tanya Kartilan was-was. Ia takut terjadi hal buruk lagi pada diri cucu satu-satunya. “Insyaallah, Mbah.” Ustaz Ramli tersenyum menanggapi pertanyaan Kartilan. Ia paham bagaimana khawatirnya sang kakek itu. Lagi pula, semua yang terjadi pada Adisti salah satunya karena dirinya tidak segera membersihkan tubuh wanita itu. Sehingga Abimanyu kembali menguasai Adisti. “Alhamdulillah. Saya sangat takut Ustaz kejadian sebelumnya kembali terjadi. Karena hanya dia satu-satunya keluarga yang saya miliki.” Ustaz Ramli mengangguk. Kemudian tersenyum lagi pada Kartilan, kemudian ditatapnya Adisti yang duduk di sebelah Kartilan. “Apakah masih ada yang sakit?” tanya Ustaz Ramli pada Adisti saat melihat wanita itu memijat pelipisnya. “Tidak ada, Ustaz. Hanya sedikit pusing saja.” “Baiklah. Setelah pulang dari sini jangan lupa solat tobat dan berzikir seribu kali. Jangan tinggalkan solat lima waktu dan rajinlah mengaji. Semua penyakit dan kejadian yang kita alami mu
Read more
Bab 43
Lastri dan Abimanyu menyusuri jalan setapak yang mengarah ke Bukit Sa’i. Wanita itu terus menyeret anaknya agar menjajarkan langkah, ia ingin segera sampai di puncak bukit untuk menghilangkan pengaruh Hartanto pada Abimanyu.“Tidak bisakah kita berjalan pelan?” tanya Abimanyu tampak kepayahan, kondisi tubuhnya belum sepenuhnya normal seperti semula.“Tidak! Kita harus segera sampai di atas sana.” Lastri tidak memedulikan bagaimana wajah Abimanyu yang mulai memucat. Yang ada dalam pikirannya hanya satu, yaitu segera sampai di puncak bukit untuk mengembalikan ingatan Abimanyu.Sebelumnya Lastri sudah mengantisipasi Kedatangan Hartanto, sengaja ia menghilangkan jejak sejak keluar dari gerbang rumah. Lastri tidak mau suaminya itu mengganggu ritualnya nanti.“Masih lama?” tanya Abimanyu lirih. Napasnya mulai tersengal-sengal.“Sebentar lagi kita sampai puncak, Abimanyu. Sudah, diamlah!” bentak Lastri kesal.Demi menghindari kemarahan Lastri, Abimanyu memilih diam sekarang. Kepalanya sakit
Read more
Bab 44
“Sialan! Hei! Aku perlu tahu dan bukti keberadaan istrimu.” Bella tidak mau mengalah. Ia masih berharap Dion membuka hati untuknya. Ia tidak tahu mengapa hatinya mudah terpaut pada Dion, yang notabene baru saja dikenalnya saat menolong laki-laki itu yang kecelakaan. “Bukti?” tanya Dion sambil mengernyit. Ia membalikkan badan sebelum membuka pintu. Ditatapnya wajah Bella yang hampir sempurna itu dengan tatapan kagum. Ya, dirinya kagum dengan wajah Bella yang terpahat sempurna. Hanya saja, Dion adalah laki-laki yang memegang teguh kesetiaan. Dia tidak akan mudah berpaling tanpa alasan yang masuk akal. Adisti tidak pernah mengecewakan dirinya secara sadar, jadi bagi Dion tidak ada alasan untuk berpaling. “Iya! Tetapi, walaupun aku tahu siapa dan bagaimana rupa istrimu, tetap saja hal itu tidak menggoyahkan keinginanku untuk mendapatkan kamu!” tantang Bella. Sudut bibirnya terangkat sebelah. Ditatapnya dengan tajam wajah Dion yang tampak kesal. “Buang buang waktu!” sergah Dion kesal sa
Read more
Bab 45
“Akhirnya aku menemukanmu.” Seorang laki-laki berperawakan tinggi menatap botol yang berada di dalam ruangan khusus milik Hartanto. Ia adalah Baskara, Ayah Lastri. Baskara tersenyum miring, kemudian mengambil botol lalu membukanya dengan mudah. Beberapa detik kemudian, muncul asap dari dalam botol sedikit demi sedikit. Asap itu kemudian membentuk sebuah tubuh, yaitu Lastri. Wanita itu terlihat seiring dengan hilangnya asap yang mengelilingi tubuhnya. Detik berikutnya, Lastri tampak sempurna. Asap telah hilang sepenuhnya. Wanita itu membuka mata perlahan, kemudian terbuka sempurna. Matanya berbinar saat melihat Baskara berdiri di depannya. “Ayah!” pekik Lastri senang. Seketika wanita itu menghamburkan diri dalam pelukan laki-laki yang disayangnya. “Hmm.” Baskara tidak menjawab panggilan anaknya. Namun, tangannya terulur mengelus rambut anaknya itu dengan lembut. “Aku merasa tidak enak, ternyata kamu dikurung di dalam sana. Apa yang terjadi?” tanya Baskara lembut. “Hartanto mengur
Read more
Bab 46
“Mbak, saya beli nasi ayamnya dua sama es teh dua!” seru salah satu pembeli berbadan langsing pada Adisti yang tengah membungkus pesanan.Adisti menjawab sambil tersenyum lalu menyilakan pelanggannya masuk dan duduk. Ia mencacat pesanan lalu menyerahkan pada Siska. Adisti hanya bertugas sebagai kasir.Siska dan Anna, asistennya dengan sigap mengerjakan pesanan yang masuk. Mulai dari menggoreng lauk, menyiapkan nasi, terakhir menyiapkan minuman. Pekerjaan itu mereka kerjakan berdua bergantian.Begitu sampai di kota ini, Adisti membuka warung makan di lantai dasar rumahnya. Sengaja ia menyewa bangunan 2 lantai, bagian atas untuk tempat tinggal dan lantai dasar untuk membuka usaha. Jika ia tidak melakukan itu, tabungannya pasti akan habis dalam sekejap, apalagi dirinya tidak bekerja.Warung makan sambelan yang Adisti pilih setelah mengecek lokasi, di sana belum banyak yang menjual nasi sambal. Karena hal itulah warung Adisti cepat ramai, apalagi sengaja ia menyediakan berbagai macam lauk
Read more
Bab 47
“Kamu tampan sekali, Sayang,” gumam Siska sambil membelai wajah laki-laki tampan yang berada di depannya. Seolah terhipnotis, wanita itu menuruti setiap ucapan yang keluar dari bibir laki-laki itu. Bibir laki-laki tersenyum senang, mudah sekali baginya menggoda Siska. Tidak hanya dengan memperlihatkan wajah tampannya, tetapi juga memberikan banyak harta dalam bentuk perhiasan. Tidak menunggu lama, Siska tergoda dengan rayuannya, dengan begitu ia bisa dengan mudah mendekati Adisti lagi. Ya, laki-laki yang sedang menggoda Siska adalah Abimanyu. Makhluk tak kasatmata itu berhasil datang ke dunia manusia setelah diobati oleh kakeknya. “Tentu saja aku tampan. Kamu tidak akan menemukan wajah setampan ini di mana pun,” goda Abimanyu sambil mencolek pipi Siska yang dibalas dengan senyum malu-malu. “Aku menginginkanmu, Sayang.” Abimanyu mencium tengkuk Siska, tetapi sebelum adegan berlanjut, ketukan dan suara Doni mengejutkan mereka. Seketika Abimanyu menghilang tepat saat pintu terbuka. “
Read more
Bab 48
Malam itu Dion dan Adisti tampak berbincang di balkon bersama Kartilan. Laki-laki tua itu sangat bahagia melihat kedatangan Dion, ia berharap cucu menantunya itu bisa membujuk Adsti untuk kembali bersama.“Mbah sangat bersyukur kamu bisa menemukan kami, Dion,” ucap Kartilan sambil menyesap rokoknya.Dion tersenyum, tangannya terulur mengambil pisang goreng di atas meja yang berada di tengah mereka. “Dion pun senang mbah akhirnya bisa bertemu di sini. Allah sangat baik memberi petunjuk pada Dion selama ini.”Kartilan mengangguk paham. “Tentu saja Allah pasti akan menolong hamba-Nya yang membutuhkan bantuan. Mbah percaya pasti kamu akan datang dan sekarang terbukti, bukan?”Kartilan menghadap Adisti yang sejak tadi terdiam. “Bukankah kamu mau kembali bersama Dion? Dan kembali ke rumah kalian?” tanya Kartilan pelan.Adisti menatap Kartilan dan Dion bergantian, lalu mengembuskan napas dengan berat. “Adisti merasa berdosa, Mbah. Aa pantas Adisti bersama mas Dion? Padahal Adisti banyak mela
Read more
Bab 49
Pagi itu Adisti berkutat di dapur. Sengaja ia ingin memasak untuk suaminya, ingin menebus kesalahannya selama ini dan berusaha menjadi istri yang baik untuk Diion. Adisti baru menyadari bahwa hanya Dion, laki-laki yang menerimanya apa adanya. Bahkan saat dirinya berbohong masalah kepergiannya, laki-laki masih memaafkannya. Ke mana lagi mencari laki-laki sebaik Dion?“Masak apa nih?” tanya Dion yang masih mengenakan baju koko dan sarung. Sepertinya ia baru saja salat subuh. Adisti menoleh ke sumber suara, lagi-lagi ia terpesona, kali ini wajah Dion yang bersinar mengalihkan konsentrasinya. Beberapa detik Adisti terpaku pada sosok laki-laki agamis itu. Kemudian tersadar. “Masak ayam rica, sayur sop, dan nanti mau goreng kerupuk.” Adisti mengalihkan pandangannya, ia meneruskan menumis ayam. “Enak kayaknya,” seru Dion sambil melangkah ke arah Adisti. “Ada yang bisa kubantu?” tanya Dion.Posisi mereka yang terlalu dekat, membuat Adisti merasa canggung. Tak kunjung mendengar jawaban
Read more
Bab 50
Malam itu Siska sengaja pulang agak malam, ia pura-pura sibuk membuat laporan keuangan untuk diserahkan pada Adisti. Padahal ia sudah merencanakan sesuatu untuk Dion. Dikeluarkannya botol kecil dari saku bajunya, lalu tersenyum miring.“Aku harus memainkan peran wanita tersakiti malam ini,” gumamnya lirih.Siska melirik Dion dan Adisti yang tengah mengobrol di salah satu kursi untuk pelanggan. Sesekali Dion tersenyum pada Adisti, jemarinya menggenggam tangan Adisti erat, seolah takut kembali terpisahkan.“Mau saya bikinin minuman?” tawar Siska mendekati mereka.“Boleh,” jawab Adisti singkat sambil tersenyum.“Oh ya, laporannya selesaikan malam ini ya. Kalau bisa sebelum jam 9 malam.”Siska mengangguk paham. Sebenarnya laporan itu sudah ia selesaikan sejak sore tadi, ia berpura-pura masih mengerjakan untuk mengulur waktu.“Kasian dia, Mas. Janda anak satu,” ucap Adisti setelah kepergian Siska ke dapur.“Oh, makanya kamu tetep kekeh buka warung ini?” tanya Dion.Adisti mengangguk. “Aku
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status