All Chapters of Permainan Kakak Kandungku Yang Janda: Chapter 101 - Chapter 110
131 Chapters
Yang Turun Dari Mobil
"Dia tetangga, pasti lagi teleponan. Memang suaranya keras," kata si Lastri seakan tahu isi hatiku."Gak apa-apa, ramai banyak orang. Haha." Si Fitri berkomentar."Ah, kalau aku lebih suka yang adem-adem. Kebayang kalau aku ngontrak, apalagi di rumah susun. Malas sekali kupingku. Tercemar!" Aku dengan angkuhnya menanggapi. Ya iya, tidak level."Ah kamu, Wid. Jangan begitu. Banyak orang jadi ramai tahu." Si Fitri lagi.Dan kini terdengar lagi suara tetangga si Lastri ini. "Iya, makasih ya, Mbak Nur. Mbak Nur baik sekali. Hehe. Assalamualaikum."Deg!"Nur? Kok aku denger wanita itu sebut nama 'Nur'. Nur siapa ya? Aku malas kalau dengar nama orang itu," celetukku kesal."Ah kamu ini, Wid!" tegur Fitri."Oh, mungkin yang punya kontrakan. Namanya itu Mbak Nurul, suka dipanggil Nur!" Mana bisa aku tidak kaget dengan penjelasan dari si Lastri secara polos dan spontan barusan. Dia tidak tampak sedang bergurau karena sekarang pun lahap menyiduk kuah rujak dengan mangga muda."Eh, Nurul? Janga
Read more
Banyak Kejutan
PoV Nur"Nur pulang dulu ya, Budhe, Pakde!" pamitku pada orang tua Mas Aryo. Pakde dan Budhe Seperti sudah ia anggap sebagai pengganti ibu dan bapaknya yang sudah diambil Sang Pencipta."Iya, Nur. Hati-hati. Maaf jauh-jauh ke mari dijemput Aryo. Budhe cuma mau, kamu berkenalan sama keluarga di sini. Main-main sebelum hari akad. Hihi." Budhe malah nyengir. Ya, aku tadi dijemput Mas Aryo menggunakan motornya untuk ke mari. Lumayan lama jarak yang ditempuh. Dan kalau sekarang pulang, pasti akan tiba tengah malam."Mas, jangan ngebut-ngebut, ya. Dingin nanti pas kalau malam. Nur juga gak bawa jaket tebal!" pintaku pada Mas Aryo yang kini sudah siap akan mengantarku lagi."Gak bakalan dingin kok. Kita pulangnya sekarang gak pakai motor, tapi pakai angkot, ya," katanya.Aku pun heran. "Angkot? Kenapa gak naik bus aja, Mas? Memang ada angkot bisa antar ke daerah saya langsung?" "Sudah, diam saja dulu di sini. Mas mau ambil dulu angkotnya," jawabnya lagi.Dahiku mengernyit masih heran. "Ken
Read more
Aku Tertawa Puas
PoV Nur**Namun sekarang, perkebunan yang dikelola engkongnya itu sudah jadi miliknya. Karena Pakde juga memiliki perkebunan, tapi tidak sama jenisnya. Warisan juga. Intinya, Mas Aryo punya pemasukkan uang dari sana-sini. Aku masih kaget? Iya, masih kaget sekali.Pokoknya aku tidak mau bertanya banyak saat itu. Yang jelas, banyak sekali kejutan yang aku temukan pada diri Mas Aryo. Aku malah seperti menghina dia bilang sewa mobil. Ah, tapi dia duluan yang ngomong. Mas Aryo jujur karena Pernikahan kami tinggal menghitung hari.Hingga tiba hari ini, Mas Aryo mengajak aku pergi membeli kebaya untuk akad. Ia tidak pulang, karena aku juga tahu sekarang, toko bangunan yang sering aku belanjai itu adalah miliknya. Uang separuhnya ia sisihkan untuk buka usaha di sini dalam bidang yang berbeda. Astaga, aku benar-benar malu dan tidak bisa berkata apa-apa. Mas Aryo bukan orang miskin seperti yang Mbak Widya sering katakan. Aku benar-benar sangat malu selama ini. Setelah dari toko kebaya, aku l
Read more
Mulai Blangsak
PoV Panjul***Kepulan asap rokok dan juga asap knalpot kendaraan kini menjadi pemandangan untuk hidung dan mataku. Heurkh! Sudah parah ini"Saya bon lagi ya, Mak! Lusa saya bayar," ucapku pada tukang warung pinggir jalan. Ini sudah yang ke sekian kalinya warung tempat singgah hanya untuk ngebon pada akhirnya. Hem, proyek ngutang pindah-pindah.Wanita tua itu mencebik kesal. "Hemh, jangan lama-lama! Saya butuh buat modal lagi. 100 ribu bagi saya itu gede. Pokoknya lusa harus bayar!" pintanya dengan sangat.Aku pun bangkit setelah menghabiskan kopi hitam yang hanya diaduk sekali saja. Kalau terlalu manis, lambung suka sakit. Sayang kalau satu gelas tidak dihabiskan. Mana semuanya mahal, satu gelas 10 ribu. Apa-apa sepeuluh ribu. Yang mahal, yang murah pun 10 ribu. Emak-emak somplak! Astaga, kuwalat!"Ya sudah, saya pulang dulu, Mak! Lusa saya bayar dilebihin," ujarku lagi dengan sudah mengangkat kaki sebelah kanan untuk bangun dari tempat duduk kayu.Si Emak yang sedang mengantongi ker
Read more
Kena Tipu?
PoV Panjul*"Yang, kenapa? Syok dananya besar ya?" Aku menggesekkan kedua telapak tangan mengekspresikan rasa penasaran. Widya seperti melongok. Aku yakin, uangnya sangat banyak sampai-sampai dia diam."Bang …." Dia bersuara masih terus menatap HP."Kenapa? Cair ke rekening atau ketahan?" ujarku penasaran.~Bukannya raut wajah yang membahagiakan, dia malah membuatku semakin penasaran karena mulutnya menganga kaget."Gak, gak mungkin! Aku harus telepon dia!" tuturnya sembari mengusap layar menghubungi seseorang."Ada apa, Yang?" Aku malah was-was. Widya tidak menghiraukan pertanyaanku namun dia malah bicara pada seseorang dengan nada yang emosi."Ini kenapa? Kamu jangan coba-coba menipu aku ya!" pekiknya. Lalu Widya loud speaker percakapan mereka."Sumpah, Wid, aku juga kena. Kamu lihat di televisi, beritanya viral. Kamu lihat deh! Kamu gak bisa marahin aku, lagian aku juga jadi korban!" jawab wanita itu dengan lantang juga."Sayang, ada apa ini? Apa yang terjadi?" cecarku dengan pe
Read more
30 Juta Melayang
"Gak ada, em … dia udah gak kerja lagi di sana. Kayaknya aku kena tipu juga," erangku dengan takut."Hah?" Ia berkacak pinggang penuh emosi. Sialan, kenapa ini terjadi beruntun seperti tabrakan di jalan tol."Bang jangan bercanda. Anak kita sebentar lagi lahir, dan kamu pokoknya harus punya pekerjaan yang bagus. Aku gak mau jadi blangsak!" kesalnya."Mau bagaimana lagi, Wid, rezeki siapa yang tahu. Kamu jangan emosi lah, buat aku jadi males kerja," ujarku."Males? Males kerja? Pokoknya ya, Bang, aku gak mau tahu, ini rumah buat aku. Cepat mana surat-suratnya, aku akan alih namakan rumah ini!" pekiknya lagi dengan nada sopran. Heurkh, kotoran telingaku hampir saja loncat-loncat."Sudahlah, Wid, jangan marah-marah terus, ntar cantikmu hilang. Kita ke kamar, yuk!" ajakku mencari pembahasan lain."Ke kamar ngapian? Gak ada, gak ada jatah! Ingat ya, Bang, pokoknya kamu gak boleh bolos kerja. Kalau susah dapat uang banyak, ambil aja sedikit uang untuk beli bahan bangunan. Kamu ingat, kebut
Read more
Sudah Sah
PoV Widya***"Alhamdulillah, sudah sah. Alhamdulillah!" Terdengar dua orang yang menjaga aku dan si Bang Panjul mengangkat tangan dengan artian akad nikah si Nur sama si Mas Aryo terlaksana dengan baik.Pwuih! Kurang asem mereka. Ya, hari ini mereka menikah tepat di depan emosiku. Sayang, mataku tidak melihatnya karena kami malah disingkirkan sejenak.Aku dan si Bang Panjul diundang, tapi kami dikurung di sebuah ruangan dijaga oleh dua orang yang tinggi besar dengan ketat. Katanya mereka bilang, supaya aku dan Bang Panjul tak mengganggu akad nikah mereka. Takutnya kami bikin onar. Iya sih, niatnya begitu, tapi semuanya gatot alias gagal total. Hurkh! Setakut itulah mereka? Sebenarnya sandiwara apa ini? "Hemh, tega kamu sama Abang, Nur," rengek si suami yang duduk di samping. Apa dia tidak sadar dengan apa yang dia ucapkan? Maksudnya apa, tega? Setelah mendengar orang-orang membaca doa, kenapa dia ekspresi wajahnya lecek?"Bang?" Kusenggol lengannya.Dia langsung menutup mulut dan m
Read more
Pulang Saja
"Selamat ya, semoga berjodoh sampai kakek-nenek!" "Semoga langgeng ya, Nur!""Semoga menjadi keluarga yang sakinah mawadah dan warrahmah ya, Nur, Mas Aryo. Selamat!""Selamat ya, Yo, selamat. Semoga langgeng sama yang sekarang! Gak sangka bakal kondangan ke sini lagi. Masih jodoh di tempat yang sama!" "Turut berbahagia. Semoga secepatnya dapat momongan!"Lalu-lalang para tamu mengucapkan selamat pada keduanya. Sedangkan aku di sini dengan si Bang Panjul seperti kelinci habis melahirkan. Aku sih lemes, entah kalau suamiku itu. Ah, kenapa aku lebih cemburu Mas Aryo bersanding dengan si Nur dibanding si Bang Panjul yang seperti merana. Orang ini tidak ada garam-garamnya sama sekali. Hatiku tak bisa bisa disentuhnya dengan rasa cinta. SEBELL!Lalu kini mereka sedang melakukan sesi foto-foto. Sok ngartis. Dasar pasangan halu! Lihat saja, aku tidak akan tinggal diam. Awas kamu, Mas Aryo, aku akan memikatmu lagi."Bang, ayok kita pulang saja! Di sini juga kayak nyamuk!" ajakku pada si Bang
Read more
Sama-sama Ngutang?
PoV Widya***Tok tok tok!Eh, tiba-tiba ada suara ketukan pintu. Dari balik jendela langsung kulahap habis memandang siapa yang datang.Kaget, aku benar-benar kaget. Di luar sana ada orang yang menakutkan lebih dari hantu."Siapa?" gertak si Bang Panjul. Aku masih belum bisa menjawab. Di luar ada Bang Furqon si tukang meminjamkan uang. Gawat, pasti dia mau nagih."Wid, buka! Gue tahu loe ada di dalam! Tadi gue lihat loe masuk ke dalam!" teriaknya dari luar. Sontak suara itu membuat Bang Panjul loncat dan langsung mendekatiku ke jendela."Eh, siapa dia? Bang Furqon?" kagetnya. Bang Panjul melirikku dengan horor, "kamu ngutang, ya?" imbuhnya."Ngutang? Ngutang apaan?" Aku dengan gelagat pura-pura. Seharusnya ini belum terjadi. Ini gara-gara investasi itu, aku jadi gali tutup lobang."Udah, jangan bohong. Tapi kamu kasih apa sebagai jaminannya. Kan harus ada jaminan?" Dia melotot dengan slow.Seketika ludahku pun tertelan pelan. Bagaimana lagi, memang harus jujur. "Emm … anu … em … BPKB
Read more
Hanya Rumah Sewaan?
"Gue mau cari si Panjul! Dia sudah Nunggak cicilan!"Bagaimana aku tidak syok mendengar pernyataan laki-laki barusan. Cicilan? Kugepelengkan leher spontan menatap pria di sampingku ini.Lantas bola mataku melotot dengan horor menatapnya. Ada bau-bau kebohongannya yang membuat dia tak mau jujur. "Bang, cicilan apa?"Dia seakan tersangka."Aduh." Dia malah meringis takut dan serba salah. Wajahnya juga polos-polos asem."Woy, keluar? Gue tahu loe ada di dalam. Motor loe ada!" Orang asing yang baru saja datang itu berteriak. Dari nadanya, sepertinya bukan datang dengan membawa kabar baik. Malah ini seperti akan ada bencana. "Mau nih motor gue bawa!" Lagi orang itu berteriak, tapi ada suara Bang Furqon menyanggah. "Enak saja, ini motor milik gue. BPKB-nya milik gue ini." Deg!Gawat! Ini benar-benar gawat. Dua orang datang untuk menagih hutang. Sialan!Brag! Brag! Brag!Pintu digedor-gedor dengan kerasnya. Aku tidak tahu, untuk apa si Bang Panjul pinjam uang ke orang itu. Tidak jujur!K
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status