All Chapters of KAU RUJUK AKU MERAJUK: Chapter 101 - Chapter 110
119 Chapters
Akad Nikah
“Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau saudara Hadyan Permana Bin Almarhum Yudha Permana dengan kakak saya yang bernama Hanina Andira Binti Almarhum Hasyim dengan mas kawin logam mulia seberat lima puluh gram dan tiket umrah untuk tiga orang, tunai.” Lantang suara Saldi terdengar. Tangannya dan Hadyan berjabat erat. Mata kedua lelaki itu saling memandang dengan tatapan yakin."Saya terima nikahnya dan kawinnya Hanina Andira Binti Almarhum Hasyim dengan maskawinnya yang tersebut, tunai.” Hadyan menyambut akad dari Saldi dalam satu tarikan napas. Suara yang terdengar sangat mantap dan tegas."Bagaimana saksi? Sah?" Penghulu bertanya pada dua orang saksi."Sah!" Kompak kedua saksi menjawab."Alhamdulillahirobbil alaamiin." Suara hamdalah langsung terdengar dari setiap tamu undangan yang hadir.Hanin menghapus air matanya yang mengalir. Perlahan dia berjalan keluar dari kamar menuju tempat ijab qabul dilakukan.Semua mata terpana menyaksikan kedatangan Hanin. Wanita yang selalu tampil bi
Read more
Akad Nikah (2)
Tangan kanan Hadyan memegang kepala Hanin, sementara tangan kirinya membentuk gerakan sedang berdoa. "Allahumma inni as’aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa ‘alaih. Wa a’udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha ‘alaih.""Ya, Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan dirinya dan kebaikan yang Engkau tentukan atas dirinya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya dan kejelekan yang Engkau tetapkan atas dirinya."Setelah memanjatkan doa, Hadyan kemudian mencium kening Hanin. Membuat wanita bermata teduh itu menunduk malu."Kayak masih gadis saja, Nin. Malu-malu begitu." Goda Pak Penghulu yang langsung disambut derai tawa oleh tamu-tamu yang lain. Sementara wajah Hanin semakin merona merah mendengar candaan Pak Penghulu."Selamat, Nak. Semoga bahagia selalu menyertaimu." Mbok Ti memeluk Hanin erat. isakan kecil yang sedari tadi ditahan akhirnya lolos juga dari bibirnya.Hanin mengangguk dalam saat mengaminkan do'a ibunya. Ruangan yang tadinya ramai oleh tawa, kin
Read more
Bercandanya Pengantin Baru
Petang mulai datang.Para tamu undangan dan keluarga sudah pulang semuanya. Begitupun dengan Bu Rinda, mertua Hanin.Malam ini Hadyan tidur di rumah Hanin. Lelaki itu ingin istrinya tidak terlalu gugup karena harus beradaptasi dengan suasana baru. Dari selesai acara tadi, Saldi sudah mengamankan Dipta. Adik Hanin itu mengajak Dipta ikut kegiatannya melakukan camping. Saldi merupakan anggota mahasiswa pecinta alam di kampusnya. Selama ini Dipta selalu ingin ikut setiap omnya itu ada kegiatan camping di kaki gunung, namun Saldi selalu menolak mengajak. Hari ini anak laki-laki itu senang bukan kepalang, akhirnya keinginannya bisa terwujud."Assalamualaikum." Hadyan mengetuk pintu kamar Hanin. Tadi dia sibuk ikut membantu menyiapkan apa-apa saja yang akan dibawa Dipta dan Saldi."Waalaikumussalam, masuk, Mas." Lembut suara Hanin terdengar.Aduh! Hadyan tersenyum malu. Dadanya mendadak berdebar kencang mendengar suara Hanin. Lelaki itu bergegas merapikan penampilan sebelum memasuki kamar
Read more
Sita Mengamuk
Bunga Tulip terhampar sepanjang mata memandang. Merah, merah muda, kuning, ungu, bermacam warna bunga tulip ditanam rapi, berjejer, sesuai dengan warnanya masing-masing.Ada pula yang ditanam secara acak, merah, kuning, ungu, ditanam dalam satu gerombolan. Indah. Lautan bunga tulip terlihat sangat cantik.Ditengah-tengah hamparan bunga, terdapat simbol negara itu, kincir angin. Baling-baling kincir akan berputar saat angin bertiup. Gerakannya pelan jika angin bertiup pelan, dan cepat jika angin bertiup cepat.Di salah satu sudut taman, terlihat seorang wanita berusia matang sedang duduk sambil tersenyum sumringah. Wajahnya yang cantik terlihat sangat bahagia saat menatap lautan bunga tulip di hadapannya."Ibu." Rindu tersenyum lebar sambil mengangkat dua es krim wafel di tangannya.Wanita yang sedari tadi sibuk memperhatikan keindahan hamparan bunga tulip mengangkat kepala. Menoleh ke arah sumber suara. Senyumnya mengembang saat melihat Rindu berjalan semakin dekat ke arahnya.Anak ga
Read more
Sita Mengamuk (2)
"HANIN! KENAPA PEREMPUAN TIDAK BERPENDIDIKAN ITU ADA DI SINI?" Sita berteriak kencang sambil mengepalkan kedua tangan. urat-urat di leher dan pelipisnya menyembul menampakkan warna biru di bawah kulit putihnya."Ibu. Ibu. Tidak ada Tante Hanin di sini. Ibu. Halo, Ayah? Ayah dimana?" Rindu berusaha memegang tubuh Sita yang akan berlari. Tetapi tenaganya terlalu kecil dibandingkan dengan ibunya. "S*ALAN! WANITA MISKIN ITU TIDAK PANTAS ADA DI SINI! PERGI! JAUHI MAS DIMAS! JANGAN DEKATI RINDU!"Sita berlari kencang, menerobos hamparan tulip yang terbentang indah sepanjang mata memandang."HANIH! PERGI DARI HIDUPKU. PERGI!!""Ayah dimana? Ibu, ibu mengamuk." Rindu terisak sambil terus berlari, berusaha mengejar ibunya yang entah pergi kemana.Dilain tempat, Levy hanya memperhatikan adegan yang terjadi di hadapannya. Jadi Sita benar-benar "sakit" seperti kata Rindu?Levy tersenyum miris. Tidak menyangka perjalanan dinas ke Amsterdam membawanya bertemu kembali dengan Sita. Tadinya dia mampi
Read more
Saling Menyalahkan
Dimas akhirnya pulang dengan perasaan yang entahlah. Banyak dokter dan psikolog telah dia datangi, namun hasilnya Sita masih tetap belum bisa pulih seutuhnya.Lelaki itu benar-benar hampir putus asa. Entah tempat mana lagi yang harus dia datangi agar Sita bisa kembali seperti sedia kala."Dim." Papa Roy langsung berdiri dari duduknya saat melihat Dimas menggendong Sita ke arah kamar. Wanita itu masih dalam pengaruh obat penenang. "Sita kumat lagi, Dim?" Mama Desi bertanya saat Dimas ikut duduk di sofa ruang tengah. Dimas hanya mengangguk pelan. Lelaki itu terlihat memejamkan mata. Kepalanya serasa akan pecah. Selang beberapa menit kemudian, Bu Rita ikut bergabung dengan mereka. Wanita yang sudah berusia lanjut itu terlihat kuyu. Tadi dia memastikan Sita baik-baik saja di kamar, baru setelah itu keluar kamar menuju ruang tengah ini."Bagaimana Sita bisa kumat lagi, Nak Dimas? Bukankah beberapa bulan belakangan ini kondisinya sangat stabil?" Bu Rita bertanya pelan. Dari nada suaranya,
Read more
Negeri Sakura
"Coba kita semua kendalikan diri. Tarik napas yang dalam dan berpikir dengan tenang." Suara berat Papa Roy menenuhi ruangan."Saya paham sekali. Kita semua yang ada di sini sudah merasa sangat kelelahan baik secara lahir maupun bathin. Namun seharusnya, hal itulah yang justru menjadikan kita semakin erat berpegangan tangan. Bukan saling menyalahkan seperti ini."Dimas, Bu Rita dan Mama Desi menunduk. Meresapi setiap kata yang Papa Roy ucapkan."Kau, Dimas! Kau jadi lelaki jangan plin plan seperti itu! Dari awal kau yang berkeras ingin mengobati Sita di sini. Jangan bicara yang aneh-aneh seolah akan meninggalkannya. Kau yang memulai semua ini, maka pastikan juga kau bisa menyelesaikannya!" Papa Roy menatap Dimas tajam."Paham?!"Dimas mengangguk pelan."Urus masalahmu sampai selesai! Jangan buat malu keluarga kita." Papa Roy berdiri setelah berkata demikian. Melangkah keluar rumah. Memilih melihat parit-parit raksasa di depan rumah, memandangi warna warni bunga tulip yang ditanam berje
Read more
Bertolak Belakang
Mereka sampai di apartemen yang Hadyan sewa setelah melalui hampir satu jam perjalanan. Dipta terpana melihat pemandangan dari kaca jendela apartemen mereka. Gunung Fuji terlihat indah dengan salju yang menyelimuti bagian puncaknya. Sementara Hanin sibuk memperhatikan ruangan di depannya. Wanita itu mungkin berpikir alangkah kecilnya tempat ini jika dibandingkan dengan rumah mereka di Indonesia. "Apartemen di sini memang ukurannya sangat minimalis, Nin. Ini sudah termasuk yang berukuran besar. Maklumlah, semakin besar apartemennya, semakin besar pula biaya yang dikeluarkan. Kalau diibaratkan, sewa tiga juta rupiah perbulan di Indonesia kita sudah bisa mendapatkan tempat yang lumayan. Di sini, uang segitu hanya untuk sewa apartemen berukuran 2×2 meter persegi." Hadyan menjelaskan, seolah bisa membaca pemikiran Hanin."Tempat ini cukuplah untuk kita bertiga. Apa lagi perabotannya sangat rapi." Hanin tersenyum pada Hadyan."Iya dong, siapa dulu yang memilih dan menyusunnya sedemikian r
Read more
Prasangka
Dua belas ribu lima ratus kilometer dari tempat gagahnya gunung fuji berdiri, di sini, bunga tulip menari anggun mengikuti hembusan angin."Ndu." Dimas memegang bahu Rindu yang duduk dengan menyandarkan kepala di kasur, tempat ibunya berbaring. Dimas tersenyum getir melihat wajah rindu yang dipenuhi air mata. Sorot mata yang biasanya cemerlang, kini terlihat padam dan kuyu. "Boleh ayah bertanya?" Dimas ikut duduk di samping Rindu.Gadis berusia sebelas tahun itu mengangguk pelan."Kenapa tadi ibu jadi "begitu" lagi?" Dimas bertanya hati-hati. "Tante Levy." Suara Rindu terdengar serak karena terlalu banyak menangis. Dia tidak berhenti menangis sejak dari taman tadi.Dimas mengernyitkan kening mendengar nama yang diucapkan anaknya. Tante Levy? Levy siapa? Otaknya berputar cepat memproses informasi yang dia terima. Hingga pada suatu titik ingatannya berhenti. Mata Dimas terbuka lebar."Tante Levy teman kerja ibu yang dulu?"Rindu mengangguk."Kenapa dengan Tante Levy?" Dimas mengelus
Read more
Kembali ke Indonesia
Pukul 15.30 WIB. Setengah tahun kemudian."Ladies and Gentlemen, we shortly will be landing at Soekarno Hatta International Airport in Jakarta. The local time now is 30 minutes past 3 p.m. The time in Jakarta is 6 hours ahead of the Netherlands."Suara pengumuman terdengar khas memenuhi seisi pesawat. Hampir dua tahun meninggalkan Indonesia, akhirnya Dimas sekeluarga menjejakkan kaki kembali di negara berlambang burung garuda.Enam bulan setelah Sita kembali "mengamuk", mereka akhirnya resmi meninggalkan Amsterdam. Ada banyak hal yang harus diselesaikan Dimas hingga menunda waktu kepulangan cukup lama, yang paling penting adalah administrasi untuk kepindahan sekolah Rindu. Selain itu, Dimas harus menyelesaikan semua pekerjaannya di sana.Salah satu alasan kenapa pengobatan Sita dilakukan di Belanda, adalah adanya tawaran pekerjaan dari kenalan Dimas. Karena kenalannya ini tahu kapasitas Dimas, dia merekrut Dimas sebagai pro hire. Tidak salah dugaannya, sebagai lulusan IT, Dimas member
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status