All Chapters of KAU RUJUK AKU MERAJUK: Chapter 61 - Chapter 70
119 Chapters
Tentang Ketulusan
"Lulus, Bu. Lulus, Kak." Saldi langsung menoleh pada Mbok Ti dan Hanin yang menunggu harap-harap cemas di hadapan Saldi."Masya Allah. Alhamdulillah." Mbok Ti langsung mengusap wajah menunjukkan tandanya bersyukur."Barokallah, Dek. Semoga berkah." Hanin menghapus air matanya yang tiba-tiba saja mengalir. Rasa haru menyeruak dalam dadanya.Saldi langsung bersujud syukur. Kemudian ketiga orang itu berpelukan sambil menangis. Rasa haru memenuhi ruangan itu."Saldi lulus jalur beasiswa. Jadi Kak Hanin tidak usah lagi pusing memikirkan biaya kuliah. Nanti untuk uang jajan dan bensin Saldi bisa kerja bantu-bantu Kakak kalau sedang tidak ada jam kuliah.""Loh? Beasiswa apa, Sal?""Prestasi.""Gayamuuuu." Hanin menoyor kepala Saldi pelan."Loh beneran, Kak. Iniloh, begini-begini ini Saldi atlet silat." Saldi menunjukkan sertifikatnya."Oooh.""Biar tidak menyusahkan Kakak lagi. Bagaimanalah Saldi membayar semuanya nanti ke Kakak?""Kok bayar sih, Sal. Kamu itu adik kakak. Memangnya kamu piki
Read more
Pemutusan Kontrak Katering
Terdengar suara mobil memasuki halaman."Assalamualaikum. Umiii." Suara Dipta riang berteriak. Anak laki-laki berusia empat tahun itu baru saja pulang dari jalan-jalan dengan ayahnya, Dimas."Waalaikumussalam." Mereka menjawab berbarengan. "Intinya begini. Kalian berempat, kalau ada keinginan untuk pulang kampung atau mau mencoba kerja di tempat lain, jangan sungkan untuk bicara ke Mbak."Ke empat gadis itu mengangguk bersamaan."Mbak ke depan dulu ya." Pamit Hanin sambil merapikan gamis dan jilbabnya."Umiiiii." Dipta mengulurkan tangan begitu melihat Hanin datang. Minta digendong. "Jalan kemana saja tadi anak umi?" tanya Hanin sambil menghujani wajah anak itu dengan ciuman. Membuatnya tertawa kegelian."Keliling-keliling kota sama abi dan Kak Rindu." Ceritanya riang.Hanin mengangguk. Ini jadwal kunjungan rutin Dimas. Sudah selama empat tahun ini mantan suaminya itu datang setiap jum'at sore. Karena memang di kantor Dimas, setiap hari itu hanya bekerja sampai waktu shalat jum'at.
Read more
Hargai Istrimu
"Umiiiii." Dipta mengulurkan tangan begitu melihat Hanin datang. Minta digendong. "Jalan kemana saja tadi anak umi?" tanya Hanin sambil menghujani wajah anak itu dengan ciuman. Membuatnya tertawa kegelian."Keliling-keliling kota sama abi dan Kak Rindu." Ceritanya riang.Hanin mengangguk. Ini jadwal kunjungan rutin Dimas. Sudah selama empat tahun ini mantan suaminya itu datang setiap jum'at sore. Karena memang setiap hari itu di kantor Dimas hanya bekerja sampai waktu shalat jum'at."Tante Hanin." Rindu mengulurkan tangan.Hanin tersenyum, segera menyambut tangan Rindu yang ingin salim. Gadis kecil itu benar-benar mewarisi wajah ibunya. Cantik. Sempurna keindahan wajah Sita terpahat di wajah anaknya, Rindu."Ndu, ajak dek Dipta main di dalam. Minta mandi sama Eyang Ti. Biar pulang sudah wangi."Hanin mengerutkan kening. Tidak biasanya laki-laki itu meminta Rindu mandi di sini. Ada apakah?"Ih, Ayah. Rindu kan sudah pintar mandi sendiri kali." Gadis berusia sebelas tahun itu mencibir
Read more
Apa Sudah Sedekat Itu?
"Assalamualaikum." Suara salam dan gedoran di pintu memecah keheningan di antara mereka. "Waalaikumussalam." Hanin dan Dimas menjawab berbarengan. "Mas Halim? Sama Mbak Arni?" Hanin menatap tamunya sedikit kebingungan. Tumben lelaki itu datang sore begini."Sendiri, Mbak.""Ayo, masuk.""Mbak saya langsung saja, karena masih banyak pekerjaan di kantor." Halim langsung menyampaikan maksud kedatangannya begitu dia duduk di sofa."General Manager perusahaan yang baru, Bu Sita, memutuskan untuk menghentikan kerjasama katering. Kami sudah berusaha agar kerjasama yang telah terjalin selama tiga tahun lebih ini bisa terus berlanjut, tetapi Bu Sita berkeras. Kami bisa apa." Halim menghela napas panjang.Dimas memejamkan mata. Istrinya itu mulai berulah lagi."Pak Hadyan sudah mengundurkan diri, dua hari yang lalu terakhir dia masuk kantor sekaligus serah terima jabatan dengan Bu Sita.""Aku tahu Pak Hadyan sudah mengundurkan diri. Tidak masalah, Mas Halim. Seharusnya Mas Halim bisa mengabar
Read more
Tiga Tahun yang Lalu
"Eh, maaf ya, Mas. Aku jadi cerita panjang lebar." Hanin membenarkan jilbabnya. Wanita itu tiba-tiba menjadi salah tingkah saat melirik sekilas wajah Dimas.Dimas tertawa kecil. Melambaikan tangan, tidak masalah, maksudnya. Ini pertama kalinya Hanin berbicara panjang lebar padanya. Hanin memang suka bercerita dari dulu. Apa saja bisa dia jadikan bahan obrolan. Namun, semenjak mereka bercerai, wanita itu menjadi sangat irit berbicara dengannya."Ayaaaaaah." Rindu menghampiri Dimas dengan wajah segar dan tubuh yang wangi."Waaah sudah wangi anak gadis ayah, dedek Dipta mana?" Dimas mengacak rambut Rindu. Membuat gadis kecil itu mengernyit dan memilih pindah duduk di dekat Hanin. Enak saja, rambutnya kan sudah rapi.Hanin tertawa melihat Rindu yang sedikit sebal dengan Dimas. Dia ikut merapikan rambut anak sambungnya yang sedikit acak-acakan."Dedek tidur. Kecapean.""Oh ya sudah. Nin, kami pulang dulu ya. Takut keburu maghrib sampai rumah." Dimas berdiri."Sebentar, Mas. Tadi sudah Hani
Read more
Sita Ingkar
"DUDUK!! Jangan buat aku bertindak kasar, Ta." Dimas berbicara dengan napas naik turun di depan wajah Sita.Air mata Sita mengalir. Dia tidak menyangka lelaki yang sangat tergila-gila padanya bisa bertindak sekasar itu. Dimas memejamkan mata. Dia harus menguatkan hati melihat wajah Sita bersimbah air mata.Lelaki itu menarik napas panjang. Sita harus bisa dia kendalikan. "Kemana kau pergi selama tiga hari ini?" "Tempat Rani."Dimas mengangguk. Benar dugaannya, pasti Sita pergi ke rumah sahabatnya. Melihat dari spontanitas jawaban dan nada suara Sita yang tenang membuat Dimas yakin istrinya tidak berbohong."Kau menggoda Hadyan?"Mata Sita terbelalak. Bagaimana Dimas bisa tahu?"JAWAB!"Sita membisu. Hatinya bimbang. Dia bisa membaca situasi, Dimas sedang dalam posisi emosi tertinggi. Tidak ada guna baginya untuk membela diri. Salah bertindak, lelaki yang tengah menatapnya dengan napas memburu itu bisa bertindak nekat."Iya.""ARGH!!" Dimas melepaskan Sita. Lelaki itu mengacak rambu
Read more
Semena-mena
"Ini sudah berapa kali revisi, Bel? Saya bingung, kok bisa, sih, kamu direkomendasikan jadi Section Manager oleh GM yang lama?!" Sita menatap Bella tajam. Wanita itu kemudian menghempaskan dokumen yang diserahkan Bella yang baru dibacanya beberapa halaman saja."Maaf, Bu." Bella menunduk."Jangan cuma maaf maaf saja terus. Perbaiki! Saya itu baru dua hari jadi GM, tetapi kamu sudah lebih dari tiga kali revisi. Jangan buat saya pusing, Bel! Banyak pekerjaan lain yang masih harus saya pelajari dan selesaikan!"Bella menunduk. Sita, saingan terberatnya dalam menaiki jenjang karir, kini adalah atasannya.Wanita yang sedang mengomel di hadapannya itu malah sudah menganggapnya saingan bahkan sejak hari pertama dia memulai kerja.Bella memejamkan mata. Ingatannya tiba-tiba melayang pada hari pertama dia masuk kerja di kantor ini."Anggarannya terlalu besar, Pak. Investor pasti kurang berminat jika angkanya sebesar itu." Sita, bintang terang di perusahaan mengemukakan pendapat dalam agenda r
Read more
Mobil Untuk Dipta
"Baik, Bu." Bella mengambil dokumen yang terjatuh karena dilempar Sita. Wanita berwajah manis itu pamit keluar dengan menahan pedih di dada.Bella menghempaskan tubuh di kursinya. Meletakkan dokumen yang harus direvisi lagi. Kepalanya pusing. Dia tidak tahu dimana salahnya. Wanita itu tahu, Sita bahkan tidak membacanya sama sekali. GM baru itu hanya senang saja membuatnya kesulitan. "Revisi lagi, Bel?" Levy, teman satu divisi Bella bertanya.Bella mengangguk lemah."Gila! Wanita s*nting itu sengaja melakukannya untuk mengerjaimu, Bel." Levy berdiri di samping meja Bella sambil berkacak pinggang. Wajahnya terlihat sangat kesal."Baru dua hari jadi GM sudah semena-mena! Benar-benar ibl*s betina itu si Sita." Reni yang duduk bersebelahan dengan Bella ikut menimpali."Lawanlah, Bel! Ajukan argumentasi. Bila perlu lakukan presentasi kalau ini sudah layak dan tidak butuh direvisi lagi." Levy berkata geram."Dia mengancam akan mengusulkan penurunan jabatanku kalau aku berani berulah." Bell
Read more
Ancaman Talak
"Itu mobil untuk Dipta. Kasihan dia kalau kemana-mana harus naik angkot atau motor. Jadi aku bermaksud memberikan mobil itu.""Untuk Dipta?!""Iya.""Dipta aja terus.""Ta.""Mas pikir aku ikut kerja agar anak dan mantan istrimu itu makmur? Jangan merasa karena aku juga mempunyai gaji, lalu mas bisa seenaknya memberi pada mereka.""Aku tidak pernah berpikiran seperti itu, Ta. Kalau kau ingin berhenti bekerja, silakan. Aku tidak pernah melarang. Gajiku lebih dari cukup untuk membiayai hidup kita." Dimas meletakkan laptopnya."Terserah mas saja.""Kau memutus kontrak katering Hanin?""O~ Ow~, jadi wanita pengganggu itu mengadu padamu?" Sita menggerakkan badannya sedemikian rupa. Membuat gerakan untuk menahan rasa gemas di hatinya. Apa maksud Hanin mengadu pada Dimas?"Duduklah, Ta. Kita bicara." Dimas beringsut mendekati Sita. Menggandeng tangan istrinya agar duduk di kasur."Bagaimana? Bagaimana? Apa kata benalu itu?" Sita berbicara dengan nada suara yang dibuat seantusias mungkin. "B
Read more
Talak Dua
Wajah Dimas memerah. Dia kesulitan mengambil napas. Sekuat tenaga dia menggulingkan Sita. Dimas cepat berdiri menjauhi Sita. Napasnya terengah.Sita bangkit dengan cepat. Bergegas mengejar Dimas."JANGAN MENDEKAT! SEKALI KAU MENYAKITI TUBUHKU DAN SEKALI LAGI KAU MENINGGIKAN SUARA PADAKU, KUHARAMKAN RAGAKU MENYENTUH TUBUHMU!"Sita menghentikan gerakannya. Tubuhnya mendadak terasa lemas. Wanita itu jatuh tersungkur. Bahunya naik turun dengan cepat. Tangisannya terdengar sangat pilu."Mengapa, mengapa kita tidak bisa bahagia seperti dulu?" Dimas memejamkan mata. Tubuhnya merosot. Lelaki itu terduduk dengan wajah menunduk.Dimas pun bingung, rumah tangga mereka Beberapa tahun ini terasa hambar. Bahkan mereka sering cek cok karena hal-hal sepele. Perasaannya pada Sita masih sama, dia masih sangat mencintai istrinya itu. Tetapi kenapa pernikahan mereks yang kedua ini terasa berbeda? Apa yang salah?Dering ponsel Dimas dan Sita terdengar bersamaan. Mereka saling berpandangan. Dimas mengamb
Read more
PREV
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status