All Chapters of KAU RUJUK AKU MERAJUK: Chapter 81 - Chapter 90
119 Chapters
Peresmian Resto
Tepuk tangan langsung membahana dari para tamu saat pita peresmian restaurant terpotong dua.Hanin malu-malu tersenyum, meletakkan kembali gunting dengan pita warna merah muda ke nampan yang dibawa salah satu pelayan resto. Wanita itu menggunakan setelan gamis dan jilbab senada, warna merah muda lembut. Dia mengangguk sopan pada tamu-tamu yang memberikan ucapan selamat."Selamat, Nin. Semoga kerjasama kita berjalan lancar ke depannya, dan resto ini ramai dikunjungi pembeli." Hadyan tersenyum pada Hanin yang berdiri di sampingnya."Aamiin. Terima kasih untuk kesempatannya, Mas. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya saya bisa mendapat kesempatan seperti ini." Suara Hanin terdengar serak menahan haru. Setetes air matanya mengalir tanpa bisa ditahan.Hadyan mengangguk. Hidungnya terasa sedikit kedat. Dia memang memberikan kesempatan pada Hanin untuk memotong pita peresmian tadi. Awalnya Hanin menolak, merasa tidak pantas. Tetapi Hadyan berhasil meyakinkannya, bahwa saat ini Hanin adalah p
Read more
Tidak Tahu Terima Kasih
Hanin mendesah. Wajah Sita terpahat sempurna di wajah Rindu. Dalam hati dia melantunkan doa yang tulus, semoga kelak mantan anak sambungnya itu tumbuh menjadi pribadi yang baik."Loh? Mama sama Papa datang juga?" Wajah Hanin langsung sumringah melihat kehadiran Papa Roy dan Mama Desi. Hanin bahkan langsung berpelukan erat dengan Mama Desi."Datang dong, Sayang." Mama Desi tersenyum."Kenapa Mas Dimas memaksakan hadir? Kan sudah ada Papa Roy dan Mama Desi yang datang." Hanin sedikit keberatan melihat kondisi Dimas yang masih menggunakan kursi roda."Tidak apa-apa, Nin. Kakiku sudah jauh membaik. Mungkin tiga kali terapi lagi aku sudah bisa berjalan seperti sedia kala. Retak tulang kemarin memang agak parah, sehingga membutuhkan waktu hampir lima bulan untuk pemulihan." Hadyan menjelaskan. Hanin mengangguk mendengar perkataan Dimas."Kamu hebat sekali, Nin. Sekarang sudah punya resto sendiri. Bagus pula tempatnya," ucap Mama Desi sambil menatap kagum sekitar."Bukan punya Hanin, Ma. In
Read more
Hutang Nyawa
"Kesalahan terbesarmu adalah hadir dalam kehidupan Dimas." Sita berkata dingin. "Apa aku bisa melawan takdir?"Sita menatap Hanin bingung."Pertemuanku dengan Mas Dimas sudah ditulis dalam Lauhul Mahfudz. Semua yang terjadi sudah atas ketetapan Ilahi, Ta."Sita mendengus."Kalau tahu akhirnya akan seperti ini, tentu aku akan menolak sedari awal saat Mas Dimas mengajukan pinangan. Apa kau pikir sebuah kebanggaan bagiku ditinggalkan dalam keadaan hamil besar?" Mata Hanin mengembun. Setiap mengingat hal itu, rasa sakit di hatinya masih tetap sama."Sudahlah, Ta. Mari kita berdamai. Aku sudah berusaha menghadirkan ikhlas di hatiku atas semua luka yang kalian hujamkan. Bertahun-tahun aku berusaha mengobati luka sendiri. Sampai akhirnya kesadaran itu datang menghampiri. Tidak ada untungnya hidup dalam dendam. Aku hanya ingin kita semua pada akhirnya bisa hidup tentram." Hanin menghapus ujung matanya yang basah.Hening.Hanya terdengar suara bunyi mesin pendingin ruangan dan sesekali isak p
Read more
Gunjingan
Entah kenapa dia tidak rela, saat melihat wanita yang pernah dia sia-siakan cintanya, kini justru mendapat tatapan mendamba dari lelaki selain dirinya."Ayo, sekalian sama Mbok Ti, Saldi dan Dipta." Hadyan tertawa saat anak laki-laki itu tersenyum lebar menampakkan gigi padanya. Mereka kemudian saling tos."Boleh saya ajak Dipta sebentar, Mas Dimas?" Hadyan meminta izin pada Dimas yang sedang berpura-pura sibuk memperhatikan sekitar."Eh? Oh? Boleh." Dimas menjawab kikuk.Hadyan berjalan di depan sambil menggandeng Dipta. Sementara Hanin, Mbok Ti dan Saldi mengiringi dari belakang.Dimas menatap kepergian mereka dengan perasaan yang entahlah. Lelaki itu hanya termangu memperhatikan punggung Hanin yang semakin mengecil. Dia tidak mempedulikan percakapan antara orangtua dan mantan mertuanya."Dim." Tepukan halus di bahu sebelah kanan Dimas membuat lelaki itu mengalihkan pandangan dari Hanin yang sudah menghilang di tengah keramaian pengunjung. "Eh, Ran?" Dimas tersenyum ramah pada saha
Read more
Rissa?
Arni, levy dan Reni mengangguk menimpali omongan Bella.Mereka tidak menyadari, dua pasang telinga dari tadi ikut mendengarkan percakapan. Dimas dan Rani saling berpandangan. Kedua orang itu menarik napas berbarengan.Mereka pun menyadari, memang seburuk itulah Sita dalam pandangan banyak orang saat ini. Bahkan tidak sedikit tetangga dan kenalan yang terang-terangan mengatakan apa yang menimpa Sita adalah karma, dan sudah sepantasnya wanita itu mendapat balasan seperti itu.Mereka bisa apa? Baik Dimas maupun Rani sudah berusaha membuat Sita berubah. Namun, semua sia-sia. Wanita itu terlalu keras kepala. Bahkan setelah ditalak Dimas dan mendapat musibah besar, Sita tetap saja menyalahkan Hanin atas semua yang terjadi padanya.Sementara di sudut lain resto, suasana berlangsung hangat. Mama Rinda, orangtua Hadyan menyambut baik kehadiran Hanin dan keluarga. Wanita itu bahkan bisa langsung cocok berbicara banyak hal dengan Mbok Ti, walau mereka terpisah status sosial yang lumayan jauh."M
Read more
Panggilan Dari Direksi
"S*alan!" Sita melemparkan surat panggilan dari manajemen ke sembarang arah.Ini hari pertamanya masuk kantor setelah lima bulan pemulihan. Kondisinya belum terlalu bagus, dia masih belum bisa berjalan lama. Hanya maksimal dua puluh langkah, setelah itu dia harus istirahat agar tungkainya tidak terasa lemas.Sebenarnya Sita tidak sepenuhnya lepas dari kewajiban pekerjaan kantor, wanita itu secara profesional tetap mengerjakan tanggung jawab yang bisa dia lakukan dari rumah. Sementara untuk pertemuan dengan rekan bisnis dan rapat mingguan, ada karyawan lain yang menjadi pengganti. "Argh!" Sita menghembuskan napas kasar sambil berteriak. Wanita itu sedang sangat kesal. Hari pertama dia bekerja kembali, bukan disambut dengan ucapan selamat datang tetapi disambut dengan surat panggilan.Sebenarnya apa mau manajemen? Bukankah dia tetap menjalankan kewajiban walau tidak masuk kantor? Semua pekerjaan bawahan juga bisa dia kontrol dengan baik."Masuk!" Sita segera merapikan penampilannya sa
Read more
Awal Kehancuran Sita
"Tindakan seperti apa, Pak? Benar saya yang ada di video itu, jika hal tersebut yang ingin bapak tanyakan." Sita menanggapi ucapan Pak Wildan, setelah lama menunggu namun tidak ada satupun lagi perkataan yang keluar dr mulut atasannya itu. "Yang kedua, apa benar kau bertindak semena-mena pada karyawan yang tidak kau suka? Dalam artian, kau bertindak sesukamu dalam memberikan pekerjaan hanya karena ada masalah pribadi." Pak Hadi ikut memberi pertanyaan. Sita menduga ketiga petinggi itu memang sudah menyiapkan apa-apa saja yang harus disampaikan."Apa Bapak pernah mendengar ada kekacauan dalam setiap laporan kinerja? Bukankah setiap target yang diberikan, selalu mampu saya selesaikan bahkan sebelum tenggat waktu berakhir?" Sita tersenyum menanggapi perkataan Pak Hadi."Bawahan saya berada pada kuasa dan kontrol saya. Tentu saya mengetahui dengan jelas, kemampuan setiap karyawan yang ada di bawah saya. Buktinya, setiap pekerjaan yang kami lakukan, hasilnya selalu baik bukan?"Ketiga pet
Read more
Pamit Pada Hanin
"Loh? Mas?" Hanin yang baru saja akan pulang dari resto terkejut melihat kehadiran Dimas.Setiap pagi, dari jam delapan Hanin sudah sampai di resto. Memantau persiapan bahan dan bumbu masakan hari itu. Walaupun sudah ada koki khusus, Hanin selalu membuat dan meracikkan bumbu-bumbu, sehingga koki hanya tinggal memasukkannya sesuai takaran."Mau pulang?" Dimas mengerutkan kening melihat Hanin keluar dari resto membawa tas. Lelaki itu bergegas melirik jam tangannya. "Iya. Aku harus menjaga warung, Mas. Di resto hanya sampai jam sepuluh, membantu persiapan bahan masakan saja. Nanti sebentar lagi Mas Hadyan datang menggantikan aku memastikan resto berjalan sesuai operasionalnya." Hanin tersenyum."Mas tidak kerja?""Cuti, Nin."Hanin mengangguk. Sedikit bingung harus pamit atau bertanya ada perlu apa pada Dimas. Dia takut dikira ke GR an, siapa tahu mantan suaminya itu ternyata mau makan di sana, bukan mau menemuinya. "Emm, naik apa tadi ke sini, Nin?" Dimas kembali bersuara setelah ada
Read more
Maukah Kau Mengabulkannya?
Hanin menyimak omongan Dimas dalam diam. Matanya bergerak-gerak mengikuti langkah anak kecil penjual minuman dingin yang berpindah dari satu mobil ke mobil lainnya. Anak lelaki itu berbaju biru, warnanya sudah lusuh. Wajahnya terlihat sumringah setiap ada pengendara yang membeli dagangannya."Aku. Aku mungkin akan rujuk lagi dengan Sita, Nin."Hanin menggigit bibir mendengar ucapan Dimas. Ingin sekali dia berteriak dan memaki lelaki di sampingnya. Semudah itu dia mengucapkan talak dan rujuk sesukanya?"Dia sangat terpukul dengan keadaannya saat ini, Nin. Gerakannya terbatas, kemampuannya berjalan tidak seperti dulu lagi. Sita juga merasa tertekan, karena setiap keluar dari rumah orang-orang yang mengenalinya dari video yang viral itu memberikan tatapan mengerikan. Bahkan pernah ada yang memakinya secara terang-terangan saat sedang jalan-jalan santai pagi hari."Hanin mendengarkan cerita Dimas dalam diam. Sejujurnya, dia merasa kasihan dengan keadaan Sita saat ini. Ada keinginannya unt
Read more
Permintaan Dimas
"Aku tahu, aku tidak pantas mengatakan ini. Tetapi karena mungkin ini pertemuan kita yang terakhir kali di dunia. Maukah kau mengabulkannya?""Mas Dim ….""Umur tidak ada yang tahu, Nin. Aku benar-benar akan pergi jauh. Bahkan Ibu Rita, Mama dan Papa juga akan ikut dengan kami. Aku telah mengambil keputusan kami akan meninggalkan semua, Nin."Hanin urung membuka pintu mobil. Matanya hanya mengawasi warungnya yang semakin ramai. Tidak apa. Ada Salma dan Lina yang bisa menjaga dan melayani pembeli."Semua ini terjadi karena salahku. Andai. Ya, andai saja aku bisa tegas bersikap, mungkin semua tidak akan sesakit ini. Aku tidak boleh lari lagi. Aku harus bertanggungjawab dengan semua hal yang telah kulakukan." Dimas mengusap tengkuk. Lelaki itu menggigit bibir kencang hingga terasa sedikit asin karena tergores oleh giginya."Mas minta apa?" Hanin bertanya sambil menunduk."Boleh aku berkata kurang ajar padamu, Nin?"Hanin mengerutkan kening. Apa maksud lelaki di sampingnya?"Ini tentang D
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status