Lahat ng Kabanata ng KUJUAL KEGADISANKU DEMI IBU: Kabanata 51 - Kabanata 60
64 Kabanata
Bab 51
"Cepet pake baju lo!" ujar Selina sambil memunguti setiap helai baju tidurnya yang tergeletak di lantai.Bel kembali ditekan beberapa kali. Sepertinya sang tamu sudah tidak sabar. Selina segera memakai baju dan memberi kode pada Andrew agar segera pergi ke mini bar yang berada di antara ruang tengah dan dapur.Selina segera berlari ke depan pintu. Dari lensa pembesar, dia bisa melihat tubuh jangkung Dokter Fredy sedang berdiri di balik pintu. Dengan wajah semringah Selina segera membuka pintu itu. Sebuah senyuman manis dia sunggingkan saat mantan suaminya itu menoleh ke arahnya. Wajah Dokter Fredy sangat tidak bersahabat. Dia merangsek masuk tanpa permisi. Selina mengekori di belakangnya."Sayang, kamu baru pulang. Kita sarapan bersama, ya?" Selina mencoba merayu.Tanpa mempedulikan rayuan Selina, Dokter Fredy memindai seisi ruangan hendak mengambil beberapa barang miliknya yang masih berada di sana.Dia langsung menuju kamar untuk mengambil baju-bajunya. Sebuah tas besar yang pernah
Magbasa pa
Bab 52
"Sayang, aku merasa ingin tinggal di rumah kamu, ya?" rengek Selina."Hmm ...." Dokter Fredy hanya menjawab dengan gumaman. Matanya fokus ke jalanan."Kok, kamu jawabnya males-malesan gitu, sih? Please deh, ini keinginan bayi ini. Dia mau tinggal dekat dengan papanya." Selina kembali merajuk. Dokter Fredy melengos."Iya, kamu boleh tinggal di rumahku. Sekarang kita cari makan dulu, setelah itu baru kita pulang," jawab Dokter Fredy. Wajah Selina langsung semringah."Makasih, Sayang." Selina meremas tangan Dokter Fredy yang berada di tuas gigi. Lelaki menyunggingkan seulas senyum hambar."Kamu mau makan apa?" tanya Dokter Fredy."Aku mau pasta. Boleh?" Selina balik bertanya. Dokter Fredy hanya mengangguk.'Iyeesss!' pekik hati Selina. Sesekali dia melirik pada lelaki yang fokus menyetir."Beli pasta di sini aja, ya. Aku lagi males makan pasta. Dulu biasanya Rena suka masakin aku sayur-sayuran," ujar Dokter Fredy tanpa sadar seraya membanting setir ke sebelah kanan untuk parkir. Mata Se
Magbasa pa
Bab 53
"Kamu berbohong?" tanyanya pelan. Selina tampak menyunggingkan senyuman terpaksa."Emh, itu. Aku tidak berbohong, Eric. Mungkin test pack-nya saja yang salah. Ini coba saja kamu lihat. Di sini hasilnya positif, kan?" ujarnya mencari alasan. Dokter Fredy melengos."Kamu berusaha membohongiku lagi, Selina! Untuk apa? Hah? Sekarang sudah jelas, kamu tidak hamil,. Jadi ... tidak ada alasan lagi kita bersama." Dokter Fredy bangkit dari kursi kebesarannya."Eric, tunggu! Ini semua karena aku benar-benar mencintaimu. Aku tidak mau kehilanganmu!" jerit Selina."Apakah cinta harus berbohong? Kau tau, yang membuatku membencimu karena semua kebohonganmu, Selina. Kau mengada-ngada, sudah diperkosa, padahal kau pergi berkelana dengan pria-pria yang memberimu gelimang harta."Please, Selina. kebohonganmu, malah membuatku semakin jijik padamu."Pergilah! Kita sudah tidak ada urusan lagi. Aku akan segera mengajukan gugatan cerai," ujar Dokter Fredy sambil membukakan pintu untuk mantan istrinya.Selin
Magbasa pa
Bab 54
"Ren, kamu dendam ya sama dokter itu?" tanya Rendy, sesaat setelah mereka di luar. Mereka menyusuri jalan komplek yang tampak lengang. Jalanan cukup terang karena terdapat banyak lampu di sepanjang jalan.Rena terdiam."Sebetulnya saya tidak ingin menyimpan dendam. Terlebih pada ayah Rafa. Saya hanya ingin menjaga jarak darinya. Hanya keledai yang jatuh ke lobang yang sama." Rena tersenyum miring."Kalau begitu ... apa kamu sudah siap menerima orang lain sebagai teman hidupmu?" tanya Rendy seraya melirik pada wanita yang berjalan di sebelahnya. Rena berhenti sesaat, menatap kosong pada gelapnya langit malam."Saya tidak tau, Pak. Hati saya rasanya sudah mati. Salah saya, telah menyerahkan segenap hati pada seorang pengkhianat." Rena kembali tersenyum miring. Merasa miris pada hidupnya yang mudah percaya pada pria yang baru dikenalnya."Oh, ya. Boleh aku tanya sesuatu?" tanya Rendy yang kembali jalan mengikuti langkah Rena."Ya?" Rena menoleh pada pria di sampingnya."Apa bener kamu me
Magbasa pa
Bab 55
Dokter Fredy memegangi pipinya yang terasa panas."Kau masih menganggapku pelacurmu, hah? Begitu? Jangan harap kau bisa menyentuhku lagi!" pekik Rena sambil berlalu ke dalam rumah.Dokter Fredy terdiam. Dia tidak menyangka jika Rena akan berlaku seperti itu. Wanita yang begitu penuh cinta kasih, kini berubah bengis. Karena dirinya. Karena rasa sakit yang telah diberikannya. Karena pengkhianatannya. Dan entah sejuta karena apalagi yang membuat Rena berubah seperti itu.*Saat masuk kamarnya terlihat Bu Wulan sudah terlelap dan Rafa ada di sampingnya. Rena tersenyum bahagia melihat dua orang yang begitu disayanginya. Rena tak tega membangunkan sang mantan ibu mertua yang tampak sedang menikmati tidur nyenyaknya. Akhirnya Rena meraih sebuah bantal dan kembali ke luar. Menuju sebuah sofa dan membaringkan diri di sana. Tak menunggu lama, dia langsung terlelap karena lelah.Dokter Fredy menatap tubuh kurus itu dengan tatapan nanar. Dia membopong tubuh yang semakin kurus itu ke kamar lamanya
Magbasa pa
Bab 56
Setahun berlalu, Rena masih saja menutup diri dari mantan suaminya. Walaupun Dokter Fredy berusaha semaksimal mungkin agar bisa bersama dengan sang anak—Raffa—tetapi semua itu belum bisa membuat hati Rena mencair. Dia tetap bersikap dingin.Setiap kali libur, Dokter Fredy selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi Raffa di rumah ibunya. Jarak yang jauh tak menyurutkn niatnya untuk menebus semua kesalahan yang telah diperbuatnya. Dia telah abai di saat Raffa masih dalam kandungan, sekarang dia tidak mau melewatkan masa pertumbuhan putera semata wayangnya itu. Terlebih semakin besar, anak itu semakin mirip dirinya.Hari Minggu, Dokter Fredy hendak mengajak puteranya berjalan-jalan. Dari pagi dia sudah meluncur ke rumah ibunya. Sesampainya di sana dilihatnya Raffa sedang belajar berjalan di teras depan. Dengan langkah yang masih terseok, Raffa melangkah dari sang ibu menuju omanya. Setelah berhasil mencapai omanya, Raffa tertawa renyah. Dokter Fredy memperhatian dari pintu gerbang. Terli
Magbasa pa
Bab 57
Dokter Fredy segera bangkit dan menghampiri Rena. Dia berlutut di hadapan Rena. Tangannya menggenggam jemari Rena kuat.“Abang mohon, ampuni Abang, Ren.” Kali ini lelaki itu sudah tak bisa lagi menahan air mata yang sudah hampir tumpah sedari tadi. Dokter Fredy menangis sambil memeluk lutut mantan istrinya.“Berikan aku waktu untuk berpikir,”ucap Rena lirih.Dokter Fredy mendongak bahagia. Bagaikan ada hawa angin segar saat Rena mengucapkan itu. Sepertinya hati mantan istrinya itu sudah mulai luluh.“Aku akan menunggu, sampai kamu siap. Sampai kapan pun,” lirih lelaki berkaos putih itu.Sepasang mata tua melihat diam-diam dari balik gorden pintu yang menuju ke ruang makan. Dia menyeka air mata yang mengalir tanpa bisa ditahan.“Semoga Tuhan menyatukan kembali cinta kalian, Nak.” Dia berbalik dan kembali ke kamarnya.*Selina dan Andrew berjalan-jalan di sebuah mal. Mereka sengaja melakukan perjalanan agak jauh agar tidak ada yang mengenali.Tante yang 'merawat' Andrew, adalah seorang
Magbasa pa
Bab 58
Malam itu Rena tidak bisa memejamkan matanya. Dia terus saja memikirkan perkataan Bu Wulan. Dia kembali membayangkan, saat Dokter Fredy masih menjadi suaminya dan Rena sering kali menyakitinya. Namun, dengan kebesaran hatinya, lelaki itu selalu memaafkannya.Rena akui, dia begitu mencintai lelaki itu. Lelaki pertama yang menyentuhnya. Lelaki pertama yang memberinya harapan juga cinta. Haruskah dia melepaskannya begitu saja, hanya demi mempertahankan ego semata?Malam itu rena menangis dalam sujudnya, meminta petunjuk pada Sang Maha Pengasih untuk diberikan jalan terbaik untuknya juga mantan suaminya. Tak terasa dia jatuh terlelap. Dia mimpi berjalan-jalan dengan Dokter Fredy juga Raffa. Dalam mimpi itu Rena sedang duduk di sebuah kursi, dengan Raffa dalam gendongannya. Entah kenapa tiba-tiba ada sesosok penjahat yang datang membawa golok dan mengejar mereka. Rena segera bangkit berlari membawa Raffa. Sedangkan Dokter Fredy menghadang penjahat itu dan berkelahi. Dalam pergumulan itu D
Magbasa pa
Bab 59
Rendy termenung di mejanya. Karyawannya bisa melihat jika sang bos sedang dilanda galau. Setahun berlalu, tapi hati Rena tetap tertutup untuk dirinya.Ternyata hati itu benar-benar rumit. Kadang kita mencintai orang yang tidak mencintai kita. Dan kadang kita tidak bisa menerima orang yang mencintai kita dengan tulus.Siang itu, Dewi berjalan-jalan ke mal. Dia ingat jika Rendy memiliki toko di sana. Dewi celingak-celinguk mencari posisi toko itu."Nah, itu dia. Lagi ngapain ya dia?" gumam Dewi sambil melangkah mendekati toko itu.Seorang pelayan menyapanya ramah ketika dia sampai di pintu."Silakan, Mbak.""Eh, anu ... Rendy-nya ada?" tanya Dewi.Yumna tersenyum ramah. "Ada, Mbak. Di dalam," jawabnya sambil mempersilakan Dewi masuk."Makasih ya." Dewi tersenyum dan manggut-manggut. Sambil melangkah, Dewi larak-lirik memindai seisi toko. Baju-baju bermerek itu begitu menarik perhatiannya. Beberapa kali dia menabrak deretan gantungan baju."Ish, kok tiba-tiba ada di sini sih, ini gantun
Magbasa pa
Bab 60
Rendy terdiam seketika. Menatap pada wanita polos dan baik hati di depannya. Dia masih ingat, saat dulu dia masih kecil, hanya Dewi yang mau berteman dengannya. Wanita yang tak pernah menilai seseorang dari harta.Dewi tidak berubah. Saat Rendy kecil yang hanya anak seorang tukang ojek, hingga menjadi seorang pemilik toko dengan merek-merek ternama. Dewi tetap bersikap baik.Wajahnya yang imut dengan pipi chubby membuatnya tampak menggemaskan. Rendy tersenyum sendiri."Rendy, kamu kenapa?" tanya Dewi mengibaskan tangannya di depan muka lelaki itu. Rendy terperanjat kaget."Eh, gak papa. Lihat kamu jadi inget masa kecil. Cuma kamu yang baik sama aku, Wi," ungkap Rendy sambil kembali mencomot nasi beserta lauknya."Iyakah?" tanya Dewi sambil mengunyah."Ih, kamu, kalau ngomong abisin dulu makanan yang di mulut," protes Rendy."Iya, Sayangku," ucap Dewi tanpa sadar hingga membuat Rendy tersedak."Kamu keselek, Ren? Duh, makanya kalau makan tuh, hati-hati. Kamu takut aku mintain ya?" tany
Magbasa pa
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status