All Chapters of KUJUAL KEGADISANKU DEMI IBU: Chapter 11 - Chapter 20
64 Chapters
Bab 11
"Dia sementara tinggal di sini, sampai nemuin tempat kost yang cocok," lanjut Fredy tegas. Dewi akhirnya mengangguk, tangannya menyuap sepotong sushi dengan sumpit kayu."Saya punya rekomendasi tempat kost yang bagus lho, Dok. Harganya emang agak mahal dikit, sih, tapi ... fasilitasnya oke banget. Kayanya cocok deh buat dia." Ucapan Dewi menghentikan jemari Dokter Fredy yang sedang fokus mengetik. "Ah, gak usah, Dew. Biar Rena di sini aja dulu. Emh, lagian orang tuanya udah nitipin dia sama saya. Biar Rena aja nanti yang mutusin mau kost di mana." Dokter Fredy terlihat gelagapan kembali. Suara bell dari ruang klinik menyelamatkan kegugupan Dokter Fredy. Dewi segera beranjak untuk membuka pintu. *** Rena selesai privat menjelang Magrib. Dia segera turun dari lantai dua. Saat keluar gedung, ternyata hujan mulai turun. Sayang, Rena lupa membawa payung. "Ah, sial. Aku harus nunggu hujan berenti," gumamnya, lalu duduk di kursi yang ada di depan gedung. Rena berniat menghubungi suamin
Read more
Bab 12
Rena segera mengendalikan dirinya. Dia tidak ingin terlihat cemburu di hadapan suaminya itu."Dianter sama Bang Arya," jawab Rena sambil berlalu. Sengaja dia menekankan nama "Bang Arya" dengan keras."Makan dulu, sini! Mumpung ada Dewi jug--""Gak laper!" potong Rena tetap melanjutkan langkahnya menuju kamar. Dewi terlihat heran melihat sikap Rena. Dia buru-buru menyelesaikan makan malamnya karena takut keburu hujan lagi."Saya pamit dulu ya, Dok. Terima kasih untuk makan malamnya," ujar Dewi dan meraih piringnya yang telah kosong lalu membawanya ke tempat cuci piring. Dia segera mencucinya lalu berpamitan sekali lagi. Dokter Fredy hanya mengangguk.Setelah kepergian Dewi, Dokter Fredy bangkit dan beranjak menuju kamar Rena. Mengetuk pintunya perlahan."Ren ... Rena, makan dulu," pinta Dokter Fredy halus. Namun, tak ada jawaban."Rena, tolong buka dulu pintunya." Suara lelaki itu agak meninggi. Walau malas, akhirnya Rena membuka pintu itu setengah."Ada apa? Aku cape, mau istirahat,"
Read more
Bab 13
"Mau kuanter gak, Ren?" tanya Dokter Fredy yang sedang duduk di ruang tengah. Rena menggeleng pelan."Gak usah. Kalau aku diantar jemput, nanti pada curiga," tolak Rena, kemudian berlalu dari hadapan suaminya. Dokter Fredy menghela napas kasar. 'Diantar orang lain mau, tapi sama suami sendiri gak mau,' pikirnya.Baru saja Rena keluar dan menutup pintu, sudah bertemu dengan perempuan yang semalam mengirim pesan padanya."Hai, Ren! Berangkat kursus ya?" sapa Dewi ramah seraya menaruh helmnya di kaca spion. Dia turun dari motornya lalu menghampiri Rena yang sedang memasukan kakinya ke sepatu. Rena menoleh sekilas."Eh iya, Mbak. Langsung masuk aja, Pak Dokter ada di dalam kok," jawab Rena. Dewi makin mendekat."Ren, sini deh. Mbak mau minta tolong. Bisa gak nanti kamu tanyain sama Dokter Fredy, dia lagi pengen apa saat ini?" Wajah Dewi nampak memelas. Kening Rena mengernyit."Maksudnya gimana, Mbak?" tanya Rena memastikan."Emh, Mbak mau ngasih hadiah buat Dokter Fredy, tapi ... setiap h
Read more
Bab 14
Pertanyaan yang membuat Rena tersentak."Eh, ng-nggak kok. Saya gak punya pacar. Apaan sih Pak Arya?!" Rena terlihat gugup. Arya terlihat manggut-manggut. Sebuah senyum tersungging di bibirnya."Oh ya, Ren, lusa aku ulang tahun. Aku mau ngadain syukuran di rumah. Kamu bisa dateng?" Sebuah undangan yang mencengangkan. Tanggal yang sama dengan suaminya, tapi sepertinya tidak ada acara apa-apa untuk memperingatinya."Eh, i-iya. Insya Allah saya datang. Jam berapa?""Malem sih ... abis Isya. Mau aku jemput?" tanya Arya lagi. Rena menggeleng cepat."Nggak usah, Pak. Saya minta alamatnya aja," jawab Rena. Arya mengangguk."Ok, nanti aku kirim alamatnya. Ayo kuantar pulang!"***Pasien terakhir terlihat keluar dari klinik Dokter Fredy. Dewi pun tampak segera bersiap untuk pulang saat Rena sampai di depan gerbang. Terlihat juga Arya yang melambaikan tangannya sebelum berlalu."Hai, Ren, jangan lupa yang aku minta tadi ya!" bisik Dewi seraya menuntun motornya ke luar. Rena balas dengan senyu
Read more
Bab 15
Hari ini Dewi begitu bersemangat. Sebelum berangkat kerja dia sempatkan dulu singgah ke mal untuk mencari hadiah.Dewi menyusuri area khusus laki-laki. Dia mengendap-ngendap seperti maling yang takut ketahuan. Menatap jejeran kotak-kotak kecil dengan gambar laki-laki berotot yang hampir telanjang. Mata Dewi memindai satu demi satu merek, model juga ukuran."Dia suka pakai merek apa ya? Terus ukurannya apa?" gumamnya pada diri sendiri."Kira-kira si Rena tau gak ya?" Dewi berpikir sejenak lalu dia ambil ponsel di sakunya. Dicarinya kontak Rena.[Ren, kamu tau gak Dokter Fredy suka pake merek apa? Ukurannya apa?] tanya Dewi di aplikasi chat. Tak lama dia mendapat balasan.[Wah, mana saya tau, Mbak. Lihat aja belum pernah.] (Bohong banget 'kan Rena?! Padahal sudah pernah merasakan. Author ngakak sendiri.)[Hmm, ya udah deh. Thank you ya, Ren. Sorry ganggu.][Iya, Mbak. gak papa,] balas Rena.Dewi menekuri sebuah kotak di tangannya. Gambar laki-laki dengan roti sobek di perutnya membuat D
Read more
Bab 16
Namun, harapan tinggal harapan saat tak dilihatnya sosok yang ditunggu."Saya sendirian, Dok." Dewi tersenyum manis."Oh iya, silakan kamu duduk di mana pun kamu mau. Ambil makanan sepuasnya." Dokter Fredy berusaha menyembunyikan kekecewaannya. Dewi mengangguk kemudian berlalu ke meja di mana teman-temannya berkumpul. Ada beberapa orang bidan juga suster yang turut diundang.Sebuah langkah dengan high heels terdengar menggema. Semua sorot mata langsung tertuju pada sosok tinggi langsing dengan pakaian glamour yang baru saja memasuki restoran, lalu menghampiri meja di mana Dokter Fredy duduk. Lelaki itu terperangah kaget demi melihat pemandangan di depannya."Selamat malam semua. Maaf aku ke sini hanya ingin mengucapkan selamat ulang tahun pada mantan suamiku ini," ucapnya dengan lemah gemulai. Dokter Fredy terlihat jengah. Berulang kali dia membuang muka. Jika saja tak ingat banyak orang, sudah pasti diusirnya wanita itu. Lelaki itu berdiri lalu memberi tanda pada sang wanita agar men
Read more
Bab 17
Riuh sorak sorai membahana seisi ruangan. Teriakan dari teman juga keluarganya terdengar riuh tiada henti. "Terima! Terima! Terima!"Sebuah genggaman lembut menyadarkan Rena. Saat menoleh terlihat Ratih tersenyum manis sambil mengangguk, seolah mengisyaratkan untuk menerima puteranya.Dalam kondisi bingung Rena hanya bisa tersenyum datar dan menerima sepotong kue tart dari Arya. Bukan karena tulus menerima orang yang dengan berani menembaknya di depan semua tamu, tapi Rena tak ingin mempermalukan Arya di depan banyak orang.Arya bangkit lalu meraih tangan kiri Rena. "Terima kasih," bisiknya lirih. Disambut tepuk tangan dari semua tamu yang hadir. Rena mengangguk pelan dan tersenyum hambar. 'Kenapa jadi begini?' pikirnya bingung.***Hampir jam sepuluh Rena baru pulang diantar Arya. Mobil Dokter Fredy sudah terparkir di garasi. Rena masuk sesaat setelah Arya berlalu.Rena membuka pintunya perlahan. Dalam cahaya temaram suaminya duduk di sofa ruang keluarga. Tidak begitu jelas, hanya te
Read more
Bab 18
Rena dan Dokter Fredy tengah menikmati sarapan, saat suara bell terdengar. Bu Darmi—pembantu baru di rumah itu—yang sedang membersihkan rumah segera membuka pintu. Terdengar suara yang tak asing di telinga lelaki yang tengah menyantap semangkuk oat dengan susu.“Di mana Fredy?” Sebuah suara wanita terdengar tegas. “Pak Dokter ada di dalam sedang sarapan, Bu.” Bu Darmi mengambil tas besar yang berda di di belakang wanita anggun itu.Dokter Fredy dan Rena menghentikan suapannya. Rena tetap duduk di tempatnya, sedangan Dokter Fredy segera beranjak ke asal suara yang menanyakan dirinya. Saat dia tahu siapa yang datang, segera diraih tangannya lalu diciumnya takzim. “Kenapa Ibu datang tiba-tiba? Dan kenapa tidak meminta aku saja untuk menjemput?” Dokter Fredy menuntun ibunya untuk duduk di sofa ruang tengah.“Bagamana kamu mau mikirin ibu? Dirimu sendiri saja tidak kau perhatikan. Inget usiamu itu udah empat puluh, masih saja kau betah melajang.” Dokter Fredy hanya diam di depan ibunya.
Read more
Bab 19
Arya bangkit, menjulurkan tangannya meraih jemari Rena. Mereka melangkah ke ruang keluarga hendak pamitan pada si empunya rumah.Dengan sopan, Arya berpamitan pada Dokter Fredy juga ibunya. Bu Wulan menyambut uluran tangan Arya dengan ramah. Sebliknya dengan DOkter Fredy, pandangan matanya setajam elang. Seakan ingin menembus isi hati Arya.Tangan Arya kembali terulur pada Dokter Fredy. Namun, kali ini lelaki tinggi itu tidak menepisnya. Dia terima uluran tangan Arya. Jabatan tangan itu terlihat erat, sangat erat malah. Membuat Arya meringis kesakitan.“Rena, ingat, jangan lama!” ucap Dokter Fredy dengan pandangan tajam tetap pada Arya.“Hush! Kamu ini, kaya gak tau anak muda aja. Biarin mereka nyari jodoh di usia muda. Jangan kaya kamu, udah umur segini masih aja betah melajang,” sindir Bu Wulan. Dokter Fredy melengos.“Sana kalian. Hati-hati ya.” Bu Wulan melambaikan tangan, mengusir. Arya tampak bagai seorang yang telah memenangkan pertempuran.*Arya menuntun Rena memasuki pintu r
Read more
Bab 20
Meja makan kini lebih ramai dengan kehadiran Bu Wulan. Mulutnya yang cerewet menambah ramai suasana rumah yang selama ini selalu sepi. Mereka duduk bertiga. Rena duduk bersebelahan dengan Bu Wulan, sedangkan Dokter Fredy duduk di seberang ibunya.Berkali-kali Dokter Fredy mencuri pandang pada istrinya. Bu Wulan yang hendak mengambil makanan, beberpa kali memergokinya.“Hei, Fredy. Kamu ngapain larak-lirik sama si Rena? Suka kamu sama dia, hah?” tanyanya tegas. Dokter Fredy yang tengah meneguk air langsung terbatuk. Untung saja air di mulutnya tidak menyembur.“Dia itu sudah punya pacar. Kenapa kamu gak terima aja itu si Dewi? Katanya kemarin kamu minta dia belikan celana dalam? Kamu mau kasih dia isinya, apa?”Kali ini tidak hanya Dokter Fredy yang tersedak karena tengah mengunyah makanan, Rena pun sama. Bu Wulan merasa aneh, dua orang di samping dan di depannya terbatuk-batuk mendengar ucapannya.“Kalian ini kenapa sih? Kaya lihat hantu saja!” rutuknya.“Lagi makan jangan ngobrol, Bu
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status