Aku berjalan setengah berlari menelusuri jalan setapak yang melewati kebun teh siang itu. Dari kejauhan tidak terlihat asap yang biasa mengepul dari rumah tua itu. Ya, rumah Mbok Sum itu setiap saat selalu mengeluarkan asap tipis dari tungku. Mbok Sum bilang, dia ingin rumah itu selalu hangat walau dia tinggal sendiri. Aku semakin bergegas meninggalkan Aiden jauh di belakangku. "Mbok! Mbok Sum!" teriakku, setelah sampai di depan rumah Jaka. Kulihat pintu rumah itu sedikit terbuka. Aku dan Aiden pun memaksa masuk. "Mbok Sum ... apa Mbok ada di dalam?" Tak ada jawaban. "Mbok! " Aku pun segera berlari saat melihat Mbok Sum yang tengah berbaring di kamar dengan gorden setengah terbuka. Nafasnya terdengar lemah, badannya dingin. Sepertinya sudah beberapa hari Mbok Sum terbaring. "Mbok ..., ini Janis. Janis sudah datang, Mbok!" ucapku sembari menitikan air mata. "Maafkan Janis, ya, Mbok." Aiden yang berada di sampingku pun berbisik, "Siapa dia, Janis?" Aku menyek
Terakhir Diperbarui : 2025-10-08 Baca selengkapnya