Semua Bab ISTRIKU MEMBEKU: Bab 61 - Bab 70
114 Bab
PULANG
ARMILAJahat sekali keluarga itu. Harusnya dilaporkan polisi, tapi mas Andra tak mau. Ia bilang tak ingin berurusan lagi dengan keluarga itu. Lebih baik putus hubungan selamanya."Iya, Mas, aku akan pulang dulu ke rumah papa. Aku juga suka tak tenang tinggal di rumah itu. Takut saja bawaannya.""Aku juga akan menerima tawaran pindah ke kantor cabang. Sebenarnya berat berpisah dari Affan, tapi demi kebaikan, aku akan lakukan.. Nanti kita VC aja, ya."Aku setuju mas Andra menghilang dulu dari sini. Resti itu jahat. Dia bisa melakukan apapun. Jadi lebih baik kami menghilang sementara waktu."Mil, jika suatu saat kita berjodoh lagi, aku pastikan kita akan bertemu dalam keadaan lebih baik. Bagaimanapun aku tak pernah bisa melepas perasaan ini. Maaf, ya, Mil kalau aku masih terus berharap."Mulutku terkunci ketika kata-kata ini terucap dari bibir mas Andra. Aku juga bingung dengan perasaan sendiri yang ternyata tak bisa lama membencinya. Meski belum sanggup untuk bersama lagi, tapi takut ju
Baca selengkapnya
MENJENGUK
ARMILAAlhamdulilah mama siuman, begitupun dengan papa. Mereka hanya syok sebab tak kuat mendengar berita berat. Tidak ada efek parah pada organ jantung.Tak terbayang kalau sampai mama dan papa mengalami syok berat. Aku pasti tak bisa memaafkan diri sendiri. Aku tidak bisa berbuat apa-apa saat seluruh anggota keluarga memarahi Mas Andra. Lebih parahnya lagi lelaki itu diusir. Untunglah tidak ada kekerasan fisik. Bagaimanapun aku kasihan kalau dia babak belur dihajar saudara-saudara.Selepas kepergian Mas Andra, kakak-kakakku mengadakan sidang lanjutan. Mereka mencecar dengan berbagai pertanyaan mengapa aku bertahan hingga sejauh ini. Maksudnya menyembunyikan rahasia begitu rapat.Aku mengatakan alasan mengapa merahasiakan semua ini pada mereka. Yang pertama aku tidak mau membebani keluarga dengan permasalahan rumah tangga. Yang kedua Aku tidak ingin ada mediasi dari pihak keluarga kami."Resti itu sangat licik. Dia pandai bersandiwara hingga mungkin kalian pun bisa yakin kalau aku y
Baca selengkapnya
BULAN DEPAN
ARMILAAku mengisi hari-hari di rumah orang tua dengan membantu katering mama. Hanya saja tak banyak sebab sering dilarang. Katanya urus saja Affan. Perempuan jangan sampai lupa anak demi pekerjaan."Mama 'kan sudah gak punya anak kecil, jadi bebas aja mau konsen ngurus usaha. Affan masih bayi, urus saja dia!"Itu jawabannya jika aku protes. Mama memang ibu rumah tangga tulen sampai adik bungsu kuliah. Ia buka katering karena sepi sendirian waktu itu. Katanya daripada gak ada gak ada kesibukan.Mama selalu menasehati kami agar tak lalai pada anak. Bekerja boleh, tapi jangan pernah menomorduakan rumah tangga dan anak.Maka dari itu ketika menikah dengan mas Andra, aku tak keberatan mundur dari pekerjaan. Tak masalah di rumah saja. Kebersamaan dengan keluarga membuatku mampu melupakan kenangan pahit beberapa bulan ke belakang. Canda tawa dan kehangatan memberiku motivasi besar untuk selalu optimis menjalani kehidupan.Pilihan pulang ke rumah orangtua ternyata memang tepat. Di sini aku
Baca selengkapnya
NIAT BANGET
ARMILA Kak Reiga langsung membalas dengan ucapan bahwa dirinya akan datang. Pria itu pun berjanji akan membawa hadiah yang banyak.Aku cuma senyum sebelum menutup chat ini. Lepas itu menyimpan ponsel di atas pangkuan "Hayo chating sama siapa?" tanya Irna yang kini sudah ada di sampingku. "Dokter Reiga, gantenglah mau gak?""Is, chat sama mba, masa dikasih ke aku!" "Mba memang punya rencana comblangin sama kamu. Baik banget. Temen mba dulu!""Teman apa mantan?"Temenlah!""Ogah!""Liat dulu, pasti terpesona!""Diih!"Aku bingung sama si bungsu, kenapa sampai saat ini belum punya rencana menikah. Padahal usianya sudah matang. Ketika kukorek, tetap saja tak keluar alasannya.Apa pernah patah hati sangat dalam hingga menimbulkan trauma? Atau, entahlah. Gadis ini memang tertutup.. Pada kakak sendiri saja bungkam.Tadinya aku memang berencana mencomblangkan kak Reiga dengan Irna. Menurutku cocok. Kalau mereka oke, aku bisa terhindar dari keagresifannya. Dengan begitu, satu masalah hilan
Baca selengkapnya
TAK BOSAN
ANDRASudah berbulan-bukan aku dilarang menemui Affan oleh papa Armila. Kerinduan ini rasanya sudah membuatku hampir sekarat. Bukan rindu hanya pada bayi itu, tapi juga kepada mamanya. Meski suka VC, tetap saja ingin hadir secara nyata. Menyentuh dan bercanda seperti dulu kala. Aku paham ini adalah hukuman untuk seseorang yang pernah menyakiti teramat dalam. Papa Armila bukan seseorang yang mendahulukan emosi daripada logika. Ia melakukan ini bukan karena benci, tapi tengah mendidikku yang pernah dicintai dulu.Kurasa pria itu punya rencana menyatukan kami kembali, tapi tidak saat ini. Mungkin nanti ketika sudah memahami arti sebuah tanggung jawab sebagai lelaki. Hingga tak pernah berpikir mengulangi kesalahan yang sama dua kali. Untunglah bulan depan Affan satu tahun. Momen ini akan kugunakan sebaik mungkin untuk meraih hati semua orang. Pastilah saat ini pandangan keluarga Armila buruk sekali padaku, perlu perjuangan besar untuk memulihkan nama ini.Tapi, aku takkan berhenti berju
Baca selengkapnya
DEAL
ANDRAPapa tersenyum dan mengangguk dua kali. Pria itu kemudian mengajakku untuk menemui keluarganya.Aku berusaha bersikap biasa di hadapan keluarga. Begitu pun mereka, berusaha menyembunyikan sisa-sisa kekesalan masa lalu.Melihat kebaikan keluarga ini, aku makin merasa bersalah akan keburukan masa lalu. Bodohnya seorang Andra yang telah menukar berlian dengan kotoran.*Kedatangan Reiga membuat darahku mengalir lebih cepat. Dia merusak suasana yang sudah kubangun susah payah. Mengapa lelaki itu masih saja berharap. Kuat juga mentalnya.Saking ketakutan aku bertindak posesif pada Armila. Tak sejengkalpun kutinggalkan dirinya. Bahkan ketika ngobrol, aku turut mendampingi.Reiga mulai meradang. Nada bicaranya bahkan mulai tinggi padaku. Aku pun sama sudah terbawa emosi. Mungkin karena lelah juga dari pagi."Sudah, sudah kalian itu apa-apaan, sih. Aku masuk sajalah!"Armila meninggalkan aku dan Reiga berdua di beranda. Baguslah jadi bisa bicara sebagai sesama lelaki.Awalnya aku ingin
Baca selengkapnya
BERTEMU LAGI
REIGA Aku pulang seperti prajurit kalah perang. Meski sudah sepakat akan berkompertisi secara sehat, tetap saja pesimis dapat memenangkan hati Armila. Andra punya poin lebih, yaitu Affan. Sementara aku tak punya. Ditambah kecenderungan keluarga Armila lebih kuat padanya, terutama papanya.Kesalahan Andra memang besar, tapi itikad baik memperbaiki kesalahan cenderung meluluhkan hati manusia. Jangankan pelaku kesalahan berubah baik , pelaku yang tidak berubah pun kadang ada saja yang rela kembali bersama.Satu hal lagi, aku dapat melihat pada sorot mata Armila masih begitu kuat perasaan pada mantannya. Meski berusaha menyembunyikan, tetap masih mampu teridentifikasi.Dari sini aku mulai paham. Bisa jadi tak mulusnya jalan kami sejak dulu adalah tanda memang tidak berjodoh. Atau ini hanya rasa yang muncul akibat pesimis akan masa depan.*"Sesuai putusan sidang, jika Devan sudah berusia setahun, aku akan menyerahkannya padamu. Ini kuserahkan!" Arin menyodorkan Devan ke pangkuanku. Ana
Baca selengkapnya
NYAMAN
REIGAAku memerhatikan gerakan Irna menimang Devan. Lembut dan penuh kasih sayang. Benarlah, bahwa wanita memang ditakdirkan jadi ibu yang memiliki kelebihan dari pria untuk menenangkan anak.Lihatlah, pelan-pelan tangis Devan mengecil, lalu hilang sama sekali. Selepas itu sepertinya mulai tertidur.Ia tetap menimangnya hingga Devan benar-benar lelap. Bagiku ini bantuan sangat berarti. Sepertinya bisa istirahat setelah ini.Bi Neni mendampingi Irna ke kamar Devan. Aku mengikuti keduanya dari belakang. Wanita itu meletakkan anakku dengan kehati-hatian tinggi. Setelah dipastikan aman, barulah kami keluar."Terima kasih atas bantuannya."Irna menyunggingkan senyuman sebagai respon dari ucapan terima kasih. Senyum itu tak jauh beda dengan milik kakaknya. Namanya juga bersaudara."Saya suka anak-anak. Mereka lucu dan menggemaskan. Adanya Affan di rumah mama membuat saya terhibur banget."Sepertinya agendaku istirahat harus ditunda. Tak enak meninggalkan Irna sementara dirinya telah sangat
Baca selengkapnya
SAMA-SAMA KANGEN
REIGAAku dan Irna bermain lagi bersama Devan. Anak itu benar-benar lengket dengan tante barunya. Kalau kurayu untuk menggendongnya, ia malah memeluk Irna.Devan seperti lupa pada papinya. Ia benar-benar menikmati kebersamaan dengan Irna. Seperti ibu dan anak.Ada kekhawatiran ketika Irna pulang, ia benar-benar akan kehilangan. Tapi, tak mungkin juga mencegah Irna pulang. Gadis itu punya keluarga dan pekerjaan yang mengharuskan pergi."Ini ada wedang ronde untuk mamih sama papih. Kalau dedek Devan kue enak!"Bi Neni meletakkan kudapan di meja, lepas itu pergi kembali ke dapur. Mendengar kata mamih, geli juga. Ternyata wanita itu punya selera humor yang baik.Irna seperti berusaha menahan malu kalau sebutan mami terlontar. Tapi, pun tak berusaha menyanggah. Aku jadi berpikir ia malah senang dipanggil demikian."Ayo, Mih dimakan wedangnya!" candaku.Irna sampai mendelik dicandai begitu. Aku jadi tertawa melihat mata bulatnya makin bulat."Mimiiih!" teriak Devan saat Irna akan beranjak.
Baca selengkapnya
AYO
REIGATak ada balasan hingga bermenit-menit, padahal sudah dibaca. Tunggu sebentar lagi, jika belum dibalas, aku akan kirim serangan lebih kencang.(Devan gimana sekarang?)Hmm, mengalihkan topik. Sepertinya Irna tipe jinak-jinak merpati. Meski terlihat mudah didekati, aslinya sulit. Aku harus lebih gencar lagi berusaha. Jangan kasih kendor.(Suka manggil mih sambil nunjuk rumah seberang. Devan sangat kehilangan mamih)Irna mengirimkan stiker menangis. Aku balas dengan sitker laki-laki memeluk wanita menangis.(Devan pengen punya mamih)Kembali aku harus menunggu balasan cukup lama. Rasanya ingin nembak langsung, tapi ditahan. Khawatir malah kabur.(Pekan depan aku bawa Devan ke rumah mamih Irna, ya. Boleh 'kan?)(Boleh banget, nginep juga boleh)(Nginep sama papihnya, dong)Irna mengirim stiker anak kecil nyubit temannya. Aku balas dengan stiker tertawa lebar.(Papih Devan pulang saja, yang boleh menginap hanya Devan. Nanti bobonya bareng Affan)(Nasibku jelek banget)(Yeee, terima a
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status