All Chapters of Dendam Titisan Ashura: Chapter 11 - Chapter 20
170 Chapters
Rencana Keji Kanezka
Raksha merasakan lagi dinginnya semilir angin malam yang menerpa tubuhnya. Adrenalin yang membuncah di tubuhnya sejak duelnya dengan Asoka membuat dia sempat lupa kalau malam ini begitu dingin. Tangan kirinya yang tengah mencengkeram kuat kepala Asoka perlahan dia longgarkan karena dia tidak lagi merasakan hawa membunuh dari musuhnya itu.Sesaat setelah Raksha melepas cengkeramannya, Asoka tumbang. Gemersik rerumputan yang terdengar karena terbuai angin malam kala itu menyadarkan Raksha bahwa siluman harimau lainnya yang berhasil dia tipu sebelumnya baru saja tiba di lokasinya. Mereka semua tidak percaya kalau pimpinan mereka tengah tersungkur tidak berdaya di hadapan seorang pemuda yang telah mereka remehkan sebelumnya.“Kukira Mavendra sudah tamat.” Asoka menatap lemah Raksha. “...ternyata mereka masih belum menyerah melawan kezaliman Kerajaan Kanezka. Kau telah memilih jalan yang penuh darah.” lanjutnya.“Aku telah kehilangan semuanya. Kau boleh bilang ini adalah jalan penuh darah,
Read more
Taruhan Raksha
“AAHHHH!!!”Para penduduk desa menjerit ketika cetakan besi panas itu menempel keras di tiap punggung mereka dengan keji oleh prajurit Kanezka. Simbol bintang yang terpatri dari luka bakar akibat cetakan besi panas itu terpampang jelas di tiap penduduk desa, termasuk Raksha. Bau luka bakar bercampur darah kering menaungi sehingga menambah rasa mual pada siapapun yang ada disana.“Malam bulan purnama nanti adalah kesempatan terakhir kalian, pengkhianat nusantara! Panggil Mavendra kesini atau kalian akan menjadi santapan para siluman!”Seruan terakhir sang komandan hanya dibalas ringisan tiap penduduk desa yang masih menahan sakit dan perih. Tidak ada satupun dari mereka berani menjawab seruan Suja.Kesal karena merasa tidak dianggap, Suja tiba-tiba menjambak salah satu anak perempuan yang ada didekatnya. Perempuan itu menjerit takut sambil memanggil kedua orang tuanya, tetapi tidak ada penduduk desa yang berani menolongnya.“Ayah! Ibu! Tolong!” seru perempuan itu ketakutan.“Tu-tuan, m
Read more
Lautan Api
“Hei, bangun bocah!”Prajurit Kanezka baru saja masuk dengan perasaan berang ke tenda dimana Raksha berada. Kekesalannya kian memuncak karena melihat Raksha masih duduk dengan kondisi lengan dan kakinya diikat rantai perak sambil menundukkan kepalanya tanpa menanggapinya.“Semuanya sedang mempersiapkan diri untuk memburu Mavendra, aku malah ditugaskan untuk mengurus bocah sinting ini! Ah malang betul nasibku!”Sang prajurit meracau sambil menghampiri Raksha dengan perasaan keki. Dia langsung menjambak kepala Raksha kasar. Namun dia malah keheranan karena tatapan Raksha begitu tajam dan menusuk, seolah dia bersiap untuk bertarung dengannya. “Apa-apaan tampangmu itu, bocah?! Kau menantang-“Tangan sang prajurit yang hendak menampar Raksha tiba-tiba tertahan oleh seseorang dibelakangnya. Tubuhnya mendadak merinding karena dia bisa merasakan hawa membunuh yang kuat. Sekilas dia melihat ke belakang, mulutnya menganga kaget saat sadar kalau prajurit arwah Raksha adalah orang yang menahan
Read more
Pembalasan Raksha
Raksha bisa merasakan tanah yang dia pijak kian bergetar akan derap langkah zirah besi prajurit Kanezka yang datang beramai-ramai. Jarak mereka masih sekitar 500 kaki darinya, tetapi gemerlap api obor yang berbondong-bondong layaknya kumpulan kunang-kunang yang berbaris rapi dari rombongan mereka menandakan bahwa seluruh prajurit Kanezka datang.“Hancurkan Sakra!”“Hancur! Hancur! Hancur! Hancur!”“Bunuh Mavendra!”“Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh!”“Bantai para pengkhianat Nusantara! Bantai para Titisan Ashura!”“Bantai! Bantai! Bantai Bantai!”Seruan pasukan Kanezka yang garang itu kian terdengar jelas seiring dengan jarak mereka yang kian memendek memasuki komplek desa yang gelap dan sunyi.Raksha tahu kalau pasukan siluman harimau sudah bersembunyi di tiap rumah di komplek desa, tetapi masih ada yang membuat hatinya tidak tenang. Dia memperhatikan dengan cermat rombongan pasukan itu dari kejauhan.“Kira-kira ada berapa kekuatan, Asoka?” tanya Raksha.“Seratus lima puluh….tidak, sekitar
Read more
Raksha vs Suja Bhagawanta
“AAHHHH! AMPUNN!!! MAAFKAN KAMI!!!”Ratapan para prajurit Kanezka yang semula terdengar menggaung keras seketika redam ketika cakar dan taring siluman harimau datang mengoyak nyawa mereka tanpa ampun. Ratusan prajurit Kanezka yang masih memberontak kini semakin berkurang karena sebagian besar dari mereka mati mengenaskan.Raksha masih mengatur napasnya yang berderu sambil menyaksikan prajurit Kanezka yang tengah dibantai habis siluman harimu. Walau rencananya berhasil, dia tidak mau membiarkan dirinya lengah. Berulang kali dia berkonsentrasi untuk menjaga fokusnya, tetapi tubuhnya masih merasakan nyeri karena dampak jurusnya itu.“Yang Mulia, lebih baik kita menjauh dan biarkan siluman harimau menyelesaikan tugasnya. Anda harus beristirahat.” saran Asoka.“Kau benar, Asoka. Aku-“Sekonyong-konyong lembing berantai datang menghujam pundak kiri Raksha. Tidak ada yang menyangka kalau lembing itu berasal dari Suja yang masih bergulat menyingkirkan timbunan tanah dan mayat prajurit yang me
Read more
Warisan Mavendra
“Yang Mulia Raksha! Yang Mulia Raksha!”Raksha bisa mendengar Asoka, para siluman harimau dan prajurit arwah memanggilnya. Namun kesadarannya yang kian hilang memaksa dia untuk menutup kedua matanya. Napasnya terasa kian pendek. Bahkan jantungnya pun berdegup semakin lambat. Tubuhnya yang semula hangat karena dibanjiri darahnya perlahan menggigil. Mungkin ini sudah saatnya bagi Raksha untuk menyusul keluarganya.“Bangun, Raksha.”Raksha tertegun. Suara itu adalah suara familiar yang membangunkan sesuatu dalam dirinya. Suara yang dia rindukan. Suara gurunya, Jayendra Mavendra.“Guru….” panggil Raksha terbata-bata. Dia bisa merasakan telapak tangan gurunya yang hangat tengah merengkuh luka di kedua pundaknya. Beberapa saat setelah itu, dia bisa merasakan ada sesuatu yang panas yang muncul dari kedua telapak tangan gurunya lalu merambat ke seluruh tubuh dan tulangnya.Awalnya Raksha mengerang nyeri karena panas yang mendidih, tetapi setelah itu, seluruh rasa sakit yang mendera lambat lau
Read more
Perjalanan Baru
Raksha berhenti sejenak saat melihat tembok besar yang melindungi Kota Udayana sekitar 1000 kaki dari lokasinya sekarang. Hanya mengikuti arah mata angin dan bintang di langit, akhirnya dia berhasil menemukan kota yang dia dengar adalah tempat para calon Pendekar Pedang Cahaya berkumpul.Raksha pernah ke kota ini bersama kedua orang tuanya Ketika mengirimkan hasil panen padi dan buahnya dari desa untuk dijual. Seingatnya, dia sering melihat para pemuda di desanya yang berkeinginan menjadi pendekar untuk mengadu nasib mereka di kota ini.Raksha juga ingat ayahnya dulu bercerita kalau petinggi kota ini memang memiliki relasi yang dekat dengan petinggi militer istana Kanezka. Dengan kata lain, dia sebenarnya sedang masuk sarang musuh.Raksha tahu ini keputusan yang berisiko, tetapi setelah satu bulan semenjak kekacauan di desanya berakhir, dia berpikir bahwa masih banyak yang dia belum ketahui tentang musuhnya dan juga para pendekar dunia arwah yang tersebar entah dimana di nusantara ini
Read more
Trik Raksha
Cahaya keunguan memancar tipis dari mata Raksha, menandakan dia tengah menggunakan Kanuragan Ozora dalam dirinya. Asoka telah dia perintahkan untuk bergerak senyap diantara bayang-bayang orang yang ada di sekitar sana sampai akhirnya dia bersembunyi masuk ke dalam bayangan pria malang yang tengah ditarik paksa oleh prajurit Kanezka.Raksha bisa melihat apa yang Asoka amati di balik pakaian pria malang itu. Dia melihat memang benar kalau pria itu menyembunyikan kalung itu di balik bajunya.“Ambil kalung itu dan pergi menjauh, Asoka. Tunggu perintahku selanjutnya.” titah Raksha dalam senyap.“Baik, Yang Mulia.”Dalam sepersekian detik, Asoka melesat secepat satu kedipan mata untuk keluar dari bayangan Raksha lalu mengambil tasbih di balik pakaian pria itu tanpa suara kemudian kembali bersembunyi dalam bayangan. Tidak ada siapapun yang sadar akan kehadiran Asoka yang hanya sekilas itu karena perhatian mereka semua teralihkan pada jerit tangis bocah perempuan dan keributan antar si pria y
Read more
Kesombongan Pancaka Baswara
Setelah memutar jalan cukup panjang dan petunjuk dari pria yang dia tolong sebelumnya, Raksha akhirnya tiba di padepokan Pendekar Pedang Cahaya. Bangunan seluas lebih dari 1000 kaki itu adalah tempat kedua terluas setelah kediaman patih istana di kota ini. Raksha juga baru sadar kalau patih istana di kota Udayana ternyata adalah Gesang Pancaka, yang berarti dia bisa saja terlibat masalah yang dia tidak harapkan di masa depan kalau buat ribut di kota ini.Namun semua sudah kepalang basah. Raksha sudah tiba memasuki lapangan besar dimana hampir ribuan anak muda, usia mereka sekitar 16 sampai 20 tahun, sebagian besar dari mereka adalah pria, berbaris ke tiap meja untuk mendaftarkan diri. Di tiap meja sudah ada prajurit yang mencatat kandidat yang datang.“Maaf, tuan, apa disini tempat mendaftarkan diri menjadi Pendekar Pedang Cahaya?” tanya Raksha memastikan pada salah satu prajurit Kanezka yang ada didekatnya.Sang prajurit tidak langsung menjawabnya. Dia menatap remeh penampilan Raksha
Read more
Sena Suradarma
Raksha bangkit sambil membersihkan debu yang menempel di rompi dan celananya. Perhatiannya kembali tertuju pada petugas pencatat didepannya.“Kau ini, sudah paling tua, penampilanmu kampungan, belum lagi kau berani melawan keluarga Pancaka. Kau ini hidup darimana sih? Goa? Hutan?” sindir petugas pencatat itu dengan tatapan sinis.“Kau ini benar-benar seperti domba yang tersesat. Buat apa kau jauh-jauh kesini meninggalkan kampungmu hanya untuk mati? Ujian kandidat pendekar pedang cahaya itu bukan sesuatu yang harus kau remehkan, orang kampung! Sudah kampungan begini kau malah menantang keluarga Pancaka! Kujamin hidupmu tidak akan tenang sebelum kau memohon ampun padanya sambil bertekuk lutut!”, lanjut petugas itu masih belum puas memaki Raksha.Raksha hanya mengangkat bahu. Dia sudah dua kali berseteru dengan dua anggota keluarga Pancaka di hari pertama dia tiba di Udayana. Dia tidak menyangka kalau mereka begitu arogan. Lebih parahnya lagi, Prajurit Kanezka bahkan tidak datang menenga
Read more
PREV
123456
...
17
DMCA.com Protection Status