Все главы Kukembalikan Seserahan Calon Suamiku: Глава 51 - Глава 60
170
Bab 51
Setelah kejadian lamaran mendadak itu, hari berlalu dengan apa adanya. Tidak semua hari berjalan dengan baik. Tapi, pasti ada hal baik di setiap harinya. Seperti halnya hari ini. Melihat Sinta yang begitu antusias mendengarkan ceritaku, itu juga satu kebahagiaan tersendiri bagiku.Ia yang belakangan sering mencemaskan kondisiku, kini terlihat tersenyum lega. Senyum yang dengan cepat menjalar padaku. Ia yang banyak mengajarkan aku cara bersyukur, sebab ia tak seberuntung aku, yang memiliki keluarga lengkap."Selamat ya, Na. Aku ikut seneng dengernya," ucap Sinta sungguh-sungguh. Ia lantas memelukku. Lama. Aku bahkan dapat melihat kaca-kaca bening menghiasi bola matanya."Makasih, ya, Sin.""Sama-sama. Terus, si Bapak ini gimana, dong?""Bapak yang mana?""Yang itu." Ia mengisyaratkan ke sebuah ruangan di mana Pak Hanan berada."Ya, nggak gimana-gimana. Emang maunya gimana?"Tadinya, aku udah seneng dan
Читайте больше
Bab 52
Aku menanggapi sekedarnya. Tepatnya, lebih banyak diam dan menyimak keramaian anak-anak di depan kami."Deal, ya?" ia bertanya, sedangkan aku tak mengerti tadi ia membahas apa."Iya," jawabku singkat. Perhatianku masih tertuju dengan anak kecil yang mulai lelah naik perosotan, hingga beberapa kali terjatuh saat menaiki tangganya."Kak, ada es krim putar, beli, yuk," ujarku, saat melihat penjual es krim putar bergerak mendekat ke arah kami duduk."Boleh."Gegas ia berdiri dan melambaikan tangan, memanggil penjual es krim putar supaya mendekat.Bibirku ikut tersenyum, melihat Kak Dirga menyelipkan lembaran warna biru tanpa meminta kembalian, pada penjual es krim tersebut. Hampir selalu seperti itu jika ia membeli sesuatu pada penjual keliling, yang akhirnya aku pun meniru. Ia kembali ke bangku tempatku duduk dengan membawa dua cone penuh es krim."Terima kasih, Kak.""Sama-sama, Sayang. Kamu seneng banget sama es krim, ya?" tanyanya, sambil tangann
Читайте больше
Bab 53
Apa yang terbayang, saat mendengar kata 'ibu mertua'?Ialah wanita, yang melahirkan calon suami, yang kelak akan menjadi orang tuaku juga. Ialah yang menjadi cinta pertama bagi anak lelakinya. Setidaknya, demikianlah yang ada dalam bayanganku. Tak sedikit kisah kisruh menantu dan mertua yang menjadi momok menakutkan bagi seorang calon pengantin sepertiku. Perseteruan menantu dan mertua yang tak ada habisnya, kerap kali menyapa indera pendengaranku.Tak sedikit juga, beberapa teman mengisahkan kisah pahitnya setelah berumah tangga. Beberapa ada yang merasa tertipu, sebab ia tak lagi menjadi tulang rusuk bagi suami, tapi berbalik menjadi tulang punggung. Bahkan beberapa mengaku harus bertahan dalam kepahitan demi buah hati, agar memiliki sosok orang tua yang lengkap, tak peduli ia harus mengorbankan perasaan sendiri.Beberapa yang lain, memilih berpisah, lantas kembali menjalani hidup tanpa sosok seorang suami, demi menjaga kesehatan jiwa dan mental. Sedangkan bu
Читайте больше
Bab 54
Melihat bunga yang tumbuh subur, membuat hatiku ikut mekar juga saat berada di tempat ini. Mau berlama-lama juga aku bakalan betah kala kondisinya begini."Iya, Kak. Pasti tangan yang terampil dan telaten yang telah merawat mereka, hingga tumbuh subur dan berbunga sangat cantik.""Calon mertua kamu itu, ngeliatin," bisiknya, sambil memberi kode ke arah pintu masuk.Kedua mataku membesar, sebab tak menyadari keberadaan beliau. Detik berikutnya, aku segera beranjak untuk memangkas jarak dengan orang tua Kak Dirga. Beliau terlihat tersenyum senang, serta kedua matanya berbinar."Assalamu'alaikum Bu, maaf, tadi saya khilaf," ujarku. Duh, bicara apa aku ini?"Wa'alaikumsalam, alhamdulillah, syukurlah kalau kamu suka berada di sini. Tidak apa-apa, ibu malah senang kalau kamu menikmati apa yang ada di rumah ini. Mau masuk, apa di sini dulu, Nak?" ucapnya penuh dengan keramahan.Sekilas aku melirik Kak Dirga
Читайте больше
Bab 55
Setelah melewati proses panjang dan melelahkan, akhirnya hari itu tiba juga. Tenda pernikahan telah terpasang sejak kemarin sore. Demikian halnya dengan panggung pelaminan. Semua orang telah sibuk sejak beberapa hari yang lalu, menyiapkan segala tetek bengek yang dibutuhkan untuk hajatan pernikahan ini.Kerabat jauh berdatangan, untuk menyaksikan acara yang akan digelar. Tetangga kiri kanan tak ketinggalan ikut ambil bagian.Badanku telah diberi bermacam lulur sejak kemarin, berharap kulitku terlihat bersinar di hari besar ini. Hari yang menjadikan aku sebagai ratu sehari. Hari yang menggantikan statusku dari julukan perawan tua, menjadi seorang istri dari lelaki bernama Dirgantara.Ia, lelaki yang mencurahkan cinta padaku, juga keluargaku, selama beberapa waktu belakangan ini. Ia, yang memiliki banyak kesamaan dan kebetulan denganku dalam menjalani roda kehidupan. Ia, yang menjanjikan manisnya madu pernikahan. Ia, yang menjadi calon menantu kesa
Читайте больше
Bab 56
"Kamu tau apa yang paling ingin kulihat sekarang, Na?" ucapannya kali ini, mau tak mau membuat aku mendongak untuk melihat dan mendengar apa yang akan ia sampaikan lagi."Apa itu, Kak?" tanyaku tak mengerti. Sungguh aku tak mengerti dengan pertanyaan yang ia lontarkan."Aku ingin melihat cinta di matamu, seperti dulu. Kemana ia sekarang, kenapa aku tak menemukannya? Lihat aku, Na. Katakan, apa kamu mencintai aku?" ujarnya dengan memegang kedua bahuku.Aku bergeming, untuk sesaat kedua mata kami bertemu, lantas aku membuang wajah, tak berani menatap ke dalam mata itu. Di mana hatiku, yang tega menyakiti orang-orang yang selama ini peduli padaku? Salahkah aku, jika hati ini tak ada di sini saat ini? "Pertanyaan apa ini? Bukankah, kita akan menikah beberapa saat lagi? Bukankah, kedua keluarga kita sudah seperti keluarga sendiri? Kenapa masih bertanya tentang cinta?"Aku meracau sendiri, tak mengerti apa yang terjadi. Benar memang, aku
Читайте больше
Bab 57
Hiruk pikuk hajatan, masih terdengar dari luar kamar. Demikian halnya dengan diri ini. Hiruk pikuk praduga dan prasangka, muncul begitu saja tanpa bisa dicegah."Ini jadi nikah nggak, sih? Udah lewat jam sembilan, kok nggak mulai-mulai?" "Ya gimana mau mulai, pengantinnya saja pergi, kok?""Bener, deh ini, bener, nggak jadi nikah si Husna, ketutup dia sama bayang-bayang hitam.""Bayang hitam apa, to, Yu?""Owalah, sampeyan nggak tau apa, kalau si Husna ini pernah kena guna-guna, terus kalau malam teriak-teriak ganggu tetangga yang lagi tidur nyenyak. Lha sekarang, terbukti, udah hari H, ditinggal pergi sama calon suami. Apa itu namanya?"Suara-suara dari mereka yang membantu terlaksananya acara hajatan ini, ramai terdengar dari dalam kamar. Sedikit banyak mengganggu pikiran. Sedikit banyak membuat aku bertanya -tanya. Benarkah apa yang mereka katakan tadi, bahwa ini pengaruh guna-guna? Ah, tidak, ini tidak benar, ini murni diseb
Читайте больше
Bab 58
"Dek Husna!"Panggilan khas Mas Dika, menyadarkan aku, bahwa aku masih ada di sini, masih ada Mas Dika. Aku tak sendiri. Aku harus bangkit lagi. Bangun Husna, tak ada gunanya meratapi nasib seperti ini.Mas Dika telah berada di depanku, lantas ikut meluruhkan badannya di lantai."Mas, Husna ... .""Ssttt ... . Sudah, jangan nangis lagi. Ayo, ikut Mas Dika," ajaknya, memegang kedua bahuku, meminta aku supaya berdiri, kemudian mendudukkan aku di tepi dipan. Aku menurut.Ia mengambil selembar tisu di atas meja, ia gunakan untuk menyusut bulir-bulir bening yang menganak sungai di kedua pipiku."Sudah, Dek. Berhenti nangisnya, ya. Sekarang, tarik napas ... buang."Kuikuti titahnya, hingga ia meminta aku mengulang beberapa kali."Oke, gimana, sudah lebih tenang?"Aku mengangguk."Terima kasih, Mas, sekarang jauh lebih baik," ujarku. "Bagus. Sekarang, ikut Mas ke depan, Pak penghulu sudah me
Читайте больше
Bab 59
POV DirgaHatiku mencelos melihat hasil pemeriksaan medis yang baru saja keluar."Oke, sekarang tolong katakan, berapa lama waktu saya?" tanyaku putus asa."Paling lama satu tahun, Pak Dirga. Saya harap, Bapak tetap semangat, dan semoga saja ada keajaiban," jawaban dokter yang diucapkan disertai harapan, membuat aku kian resah.Satu tahun. Sesingkat itukah?"Baik, terima kasih, Pak. Saya permisi," pamitku, lantas bersalaman pada dokter tersebut.Kutinggalkan ruang periksa ini dengan langkah gontai. Bibirku terus mengulang, menyebut satu tahun.Bayang-bayang wajah Husna, wanita yang akan kunikahi beberapa hari lagi, melintas begitu saja. Apa aku akan tega, melihat ia berduka dengan kabar hasil pemeriksaan ini? Aku harus mencari cara, supaya ia tak perlu merasakan kesedihan lagi.Ia telah melakukan banyak hal, demi terlihat baiknya hubungan semua orang yang ia sayang. Wajahnya yang belakangan kulihat tak lagi ceri
Читайте больше
Bab 60
"Ibu, maafkan Dirga, yang tak bisa memenuhi keinginan ibu untuk menikahi Husna," ujarku mengawali rencana.Aku berharap ibu mau mendukungku klainini. Meski kutau tak akan mudah."Apa maksudmu, Dirga? Besok pagi kalian menikah, kenapa kamu berkata tak bisa menikahi Husna?" cecar ibu."Bu, dengarkan aku dulu, sebentar saja, ya. Dirga sakit, Bu, waktuku hanya sebentar. Jika aku memaksa menikahi Husna, ia hanya akan ikut bersedih sepanjang menemani sisa hidupku, Bu. Ibu pasti tidak ingin melihat Husna, calon menantu kesayangan ibu itu bersedih, kan, Bu?Lagi pula, meski Husna tak jadi menantu, ibu masih tetap bisa menyayangi dia, sebagai anak ibu. Iya kan, Bu?"Aku berusaha meyakinkan ibu, sebab beliau yang paling menginginkan pernikahanku segera terlaksana."Maksud kamu apa, Dirga? Kamu sakit apa?" tanya ibu, dengan mata mulai dipenuhi kaca-kaca bening."Tolong rahasiakan ini, ya, Bu. Dirga sakit kanker paru, Bu. Harapan hi
Читайте больше
Предыдущий
1
...
45678
...
17
DMCA.com Protection Status