All Chapters of Hinaan dari Mantan Suami: Chapter 11 - Chapter 20
36 Chapters
Yes! Berhasil
Ting! Pesan masuk dari aplikasi wh*ts*ap muncul. Aku pun segera membukanya, dari mas Fadil. [Kok nggak sampai-sampai, aku dah lama nunggu nih, pesanan juga udah datang] [Ban mobilku bocor, aku harus ke bengkel dulu. Aku sudah menyuruh asistenku untuk menemuimu, sebentar lagi dia datang] Baru tiga puluh menit berlalu dari jam perjanjian mas Fadil rasanya sudah tak betah menunggu. Lagipula mana ada ban mobil bocor apalagi asisten yang datang, karena aku sudah di pos parkiran sejak tadi pagi. Tentu saja ini adalah bagian dari rencanaku. Ku buat mas Fadil lama menunggu, di tambah dengan pesanan paket yang terlanjur ia pesan, itu akan membuatnya mengeluarkan uang begitu banyak. Waktu hampir jam delapan pagi. Karena jam delapan adalah batas waktu ia masuk kerja. Dan aku tahu mas Fadil pasti semakin kesal karena semakin lama ia menunggu. Derrt ... Derrt ... Mas Fadil menelponku. "Asistennya mana? kok nggak sampai-sampai juga? kamu ngerjain aku ya? "'Emang iya, ' batinku.Aku menahan
Read more
Rencana Baru
Sesampainya aku di rumah (kontrakan) ku rebahkan badanku diatas kasur, mengambil istirahat sejenak setelah hampir setengah hari aku 'bermain'. Rencana hari ini berhasil semuanya. Lega hatiku. Dan dengan uang ini aku bisa mengganti kerugian atas pesanan mas Fadil di cafe tadi. Hanya berpura-pura mengganti, karena pada dasarnya ini bukan uangku. [M-Bangkingku sedang error, tadi aku nggak sempet juga ke atm, bisa kita atur lagi pertemuan kita?] - SendKu kirim pesan pada mas Fadil. Hanya sebagai alasan m-banking error, karena pada nyatanya aku tak mungkin mentransfer uang lewat rekeningku, selain tak cukup uang juga karena rekeningku atas namaku. Kebayang kan kalau aku sampai transfernya pakai rekeningku?[Baik, tapi aku yang akan tentukan waktu dan juga tempatnya] Balas mas Fadil. [Baik] Ku turuti kemauannya untuk menentukan waktu dan tempat pertemuan kita selanjutnya, dengan harapan semoga saja di warung tempatku bekerja. Jadi aku tak perlu repot-repot meminta izin libur. [Kantor
Read more
Pov Fadil (Karangan bunga)
Pov Fadil Karangan BungaTok! Tok! Tok! "Permisi Pak. " Terdengar dari balik pintu ruang kerjaku. Meskipun baru beberapa hari pindah kerja di sini, aku cukup mengenal suara bawahanku, termasuk dia, Damar. "Masuk! "Pintu di buka, Damar berjalan dan berhenti tepat di depan meja kerjaku. Damar meletakkan sebuah amplop berwarna coklat di atas mejaku. "Pagi Pak Fadil, maaf ini ada titipan dari bu Sinta. ""Sinta? Kamu kenal? ""Cukup kenal Pak, dulu saya pernah bekerjasama dengan beliau. ""Oh, begitu, terimakasih. ""Sama-sama Pak, saya permisi. "Damar meninggalkan ruanganku. Ya, dulu sebelum aku menjabat sebagai kepala cabang, aku dan Damar sama-sama hanya karyawan biasa. Namun di tempatkan di kantor yang berbeda. Damar di sini, dan aku di tempatku sebelumnya. Setelah pensiunnya kepala cabang di kantor ini, aku dan Damar menjadi kandidat calonnya.Ku akui, Damar memiliki potensi lebih dari aku, selain itu attitudenya juga lebih baik dari aku. Tapi karena aku lebih lama menjadi kary
Read more
Pemuda itu ...
#HDMSPart 14 Pemuda itu ... [Maksud kamu apa ngirim karangan bunga seperti itu, heh!]Aku terkenjut membaca pesan dari mas Fadil. Karena aku merasa tak mengirimkan karangan bunga. Jangankan mengirim, beli saja aku tidak ada uangnya. Kalaupun ada lebih baik buat bayar kontrakan. "Da, lihat ini," ku berikan ponselku ke Ida.Ida membaca pesan dari mas Fadil. "Oh, ini pasti kelakuan Damar deh, balas aja salah cetak.""Damar siapa?""Sepupuku. Dia satu kantor dengan mantan suamimu itu."Aku mengerti. Ini adalah bagian dari rencana yang dibuat Ida. Ida mengembalikan ponselku, dan aku segera mengirim balasan pesannya mas Fadil.[Kenapa? Ada yang salah?] send.Aku berpura-pura tak tahu dengan pesan mas Fadil yang sepertinya penuh emosi.Derrt ...Mas Fadil membalas pesanku. Mengirimkan sebuah gambar karangan bunga dengan tulisan turut berduka cita disertai nama lengkapnya.Seketika aku melongo melihat gambar tersebut. Pantas saja mas Fadil marah. Orang mana yang nggak marah kalau dapat kir
Read more
Menyusun Rencana
#HDMSPart 15 Mengikuti Kemauannya Fadil (Menyusun Rencana)Sesampainya kami di cafe, pemuda tersebut pun ikut membersamai kami. Rasanya dugaanku semakin kuat, bisa saja ia adalah kekasih Ida. Ida memesankan kami makanan. Sembari menunggu pesanan datang kami mengobrol ringan sekaligus Ida memperkenalkan pemuda yang duduk di sebelahku ini. Bikin deg-degan rasanya."Dia ini Damar, sepupu aku," ujar Ida memperkenalkannya pada kami. Ternyata aku salah menduga, itu berarti kemungkinan masih ada kesempatan buat aku. Hihihi.Damar ternyata bekerja di kantor yang sama dengan mas Fadil. Ia adalah kompetitor mas Fadil, saat menjadi kandidat kepala cabang.Namun, di hari dimana pengumunan siapa yang akan menjadi kepala cabang, ia tak terpilih. Sehari sebelumnya, mas Fadil mendatangi rumahnya, memintanya untuk mundur sebagai kandidat, namun Damar menolaknya. Karena itulah, mas Fadil menyogok dan mengimingi-imingi beberapa karyawan di kantornya sekarang untuk membantunya. Memberi keterangan yan
Read more
Ratna adalah Sinta
Aku sudah siap. Memakai barang-barang pemberian Ida. Sekarang saatnya berangkat. Aku langsung menuju kantor mas Fadil tanpa ke tempat kerja dahulu. Karena sebelumnya aku sudah meminta izin pada bu Ajeng untuk masuk telat karena suatu urusan. Dan syukurlah, bu Ajeng memberikan izinnya. Jam 9 pagi, aku sudah berada di depan kantor mas Fadil. Sebelum berangkat tadi pun aku sudah mengabari Ida dan Dina tentang perubahan rencana yang kita susun tadi malam. Aku hanya ingin mengakhiri ini semua. Tak ingin memperpanjang dan mempersulit hidupku sendiri. "Pagi Mbak, saya mau ketemu pak Fadil," ucapku pada resepsionis yang ada."Sudah ada janji Mbak? ""Katakan saja namaku, Sinta. "Resepsionis tersebut lalu menelepon mas Fadil. Setelah selesai, ia pun memberitahukan kepadaku, bahwa telah diizinkan masuk. Akhirnya aku sampai di depan ruang mas Fadil. Tanpa banyak berpikir, aku melangkah masuk ke ruangan. Baru saja membuka pintu, aku sudah diperlihatkan pemandangan dimana mas Fadil yang sed
Read more
Pak Direktur
"Permisi. " Suara seorang lelaki memasuki ruangan. Memecah ketegangan yang ada. Aku pun memalingkan wajahku untuk melihatnya. Ternyata Damar. Ia berdiri tepat di sampingku. "Hari ini adalah hari kehancuranmu Fadil, " ucap Damar. Kemudian muncul tiga orang laki-laki memasuki ruangan. Mereka berdiri di belakang Damar. Dengan wajah ketakutan dan penuh kegugupan. Sepertinya mereka juga karyawan di sini, terlihat dari pakaiannya yang rapi seperti orang kantoran. Seketika mata mas Fadil membelalak melihat tiga lelaki tersebut. Wajahnya berubah pucat pasi. Aku pun teringat dengan cerita Damar ketika ia mengetahu bahwa dibalik tidak terpilihnya ia sebagai kepala cabang karena ada karyawan yang mas Fadil suap untuk menjatuhkan reputasi Damar. Jangan-jangan, merekalah orangnya. "Bagaimana, mau tanda tangan nggak?! " bentakku meminta kepastian. "Atau aku laporan ke --- .""Fadil akan tanda tangan! " Dengan cepat mantan ibu mertuaku memotong ucapanku. "Lihat. Sudah aku tanda tangani. " Mas
Read more
Pernikahan
#HDMSPart 17 Extra PartTiga bulan berlalu ... Aku memandangi sebuah undangan pernikahan di atas meja kamarku. Kamar yang tak terlalu besar inilah yang menjadi saksi bisu saat aku tumbuh dewasa. Ya, baru sebulan ini aku diminta kedua orang tuaku untuk kembali tinggal di rumah, bersamanya. Udangan pernikahan itu berasal dari Dina, sepupuku. Ia akan melaksanakan ijab qobul sepekan dari sekarang, dengan pemuda yang sempat mencuri perhatianku. Tak lain adalah Damar, sepupu Ida. Entah harus bersedih atau ikutan berbahagia, yang jelas hatiku dibuat bimbang olehnya. Aku pernah mengagumi sosok Damar saat pandangan pertama, namun pada akhirnya Dina-lah pilihannya. Mereka sama-sama belum menikah, usianya pun tak jauh berbeda. Serasi bukan? Bagaimana pun keadaannya, aku diharuskan mengikhlaskannya, toh Dina memang pantas menjadi pendamping Damar. Lagipula selama ini perasaanku ini tak ada seorang pun yang tahu. ***"Sah!! ""Alhamdulillah ... "Suara serentak para tamu undangan yang had
Read more
Bertemu Mantan
"Apa?!"Bapak seketika kaget mendengar penjelasanku perihal maksud pak Erllanga tadi. Aku juga mengatakan tengang saran yang Damar berikan. "Kalau dia memang serius, suruh datang kesini menemui bapak dulu, setelah itu keputusan ada di kamu, Nduk. "Aku mengangguk dan tersenyum. "Iya, Pak. "Segera aku menghubungi Dina, meminta bantuan pada suaminya untuk memberikan kabar perihal tantangan yang diberikan bapakku. Dina pun mengiyakannya. Di sisi lain, belum ada jawaban untuk menerima atau menolaknya. Karena aku sendiri belum lama mengenalnya. Semoga akan ada jawaban setelah istiqoroh nanti. Derrrt ... Tiba-tiba ponselku bergetar, ku lihat dari layar depan. Si mantan mengirimiku pesan. Apa dia sudah lupa dengan surat perjanjian yang ia tanda tangani dulu? Dasar benalu! Karena penasaran aku pun membuka pesannya. [Apa kabar?] Mas Fadil juga mengirimiku sebuah foto. Samar-samar ku lihat seperti tulisan. Saat ku download fotonya dan ku buka ternyata ... Sebuah undangan pernikahanny
Read more
Satu Tahun Berlalu
#HDMS Satu tahun berlalu ... "Nggak, nggak mungkin! " teriak seseorang dari arah ruang dokter spesialis kandungan. Brakk! Suara pintu dibantingnya dengan keras saat keluar. Aku yang berjalan di samping mas Erllangga pun sampai terkejut dibuatnya. Sekilas aku seperti mengenal laki-laki yang barusan keluar. Namun, ia berjalan dengan cepat sehingga aku pun tak melihatnya dengan jelas. "Dokter pasti salah! " teriak lelaki tersebut ketika berpapasan dengan kami. Seketika tanpa disengaja aku dan mas Erllangga saling melempar pandangan dan mengangkat kedua bahu secara cepat. Tanda tak mengerti akan hal yang dilakukan lelaki tersebut. "Aakh! " langkahku tiba-tiba terhenti ketika ada wanita berambut panjang bergelombang menabrak sisi pundakku. "Ma-maaf, " ucap seorang wanita tersebut. Ia terlihat terburu-buru untuk mengejar lelaki yang melawati kami barusan. "Sandra? " kataku ketika ku tahu bahwa wanita tersebut adalah istri mas Fadil. Orang ketiga dalam rumah tanggaku dulu. Wanita
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status