Все главы Fitnah Menjadi Janda: Глава 11 - Глава 20
41
Bertemu Indra
Tak terasa sudah satu bulan semenjak aku mengetahui kehamilanku, hari ini aku sedang berada di rumah sakit untuk memeriksakan kandunganku.Sudah dua minggu ini mual-mualku sudah berangsur membaik, aku sudah bisa memakan apapun, tidak seperti di awal-awal lalu, aku hanya bisa makan sedikit buah dan juga minum susu. Nasi pun tak bisa aku telan, badanku sampai lemas sekali. Tapi aku lega sekarang, paling tidak keadaanku sudah membaik.Aku duduk di sebuah bangku, menunggu namaku dipanggil untuk mengambil obat dan juga vitamin setelah dokter selesai memeriksaku. Alhamdulillah kandunganku tidak ada masalah apapun, janinku tumbuh sehat di dalam rahimku.Tanganku memainkan ponsel sembari menunggu namaku di panggil, aku berbalas pesan dengan Winda tentang rencana kepulanganku.Aku sudah memutuskan untuk pulang ke rumah dua minggu lagi, menunggu usia kehamilanku memasuki trimester kedua. Aku ingin memberi kejutan untuk kedua orangtuaku.Aku mengulum senyum membayangkan bagaimana reaksi mereka k
Читайте больше
Kurang Ajar
"Total belanjaannya enam ratus empat puluh ribu, Mbak," ucap kasir minimarket sembari tersenyum dengan ramah.Aku segera membuka dompet lalu mengambil tujuh lembar uang seratus ribuan. Setelahnya aku menyodorkannya pada perempuan muda yang menjadi kasir itu."Uangnya tujuh ratus ribu ya, Mbak," ujarnya setelah menghitung uang yang telah dia terima.Aku hanya mengangguk menanggapi ucapan kasir tersebut. Lalu tanganku meraih kresek yang berisi barang-barang belanjaanku dan menentengnya."Kembaliannya enam puluh ribu ya, Mbak. Terima kasih sudah belanja di minimarket kami, jangan lupa kembali," ucap kasir tersebut sembari tersenyum kembali."Terima kasih kembali, Mbak," sahutku meraih uang kembalian, lalu segera melangkah pergi keluar minimarket."Mbak Laras, aku ingin berbicara sebentar." Sebuah tangan besar mencekal pergelangan tanganku begitu aku sampai di halaman minimarket, secara reflek aku pun langsung menghempaskannya kasar.Namun, tangan tersebut tidak mau lepas dari tanganku. D
Читайте больше
Tamu
"Andai tadi aku sama kamu, Ras. Sudah kutampol itu mulut adik iparmu," ucap Winda melalui sambungan telfon.Aku mengulum senyum, Winda selalu peduli padaku. Dia memang sahabatku yang terbaik. Jika saja tidak ada Winda aku tidak tahu bagaimana menjalani hidupku setelah kepergian Mas Haris.Aku sangat bersyukur bisa mempunyai sahabat sepertinya. Walaupun kadang Winda menjengkelkan tapi dia selalu mendukungku dalam keadaan apapun."Aku juga jengkel padanya, Win. Kasihan Risa, dia tidak tahu jika suaminya ternyata ada main di belakangnya.""Ah, biarkan saja, Ras. Toh nanti jika kamu memberitahu Risa, dia belum tentu percaya padamu. Risa kan bucin banget sama Indra."Benar juga apa yang dikatakan Winda, yang kulihat selama aku menjalin hubungan dengan Mas Haris, Risa terlalu cinta pada Indra, dia tidak mungkin percaya begitu saja pada ucapanku. Bisa-bisa nanti aku dikira menfitnah suaminya itu."Lagian, nanti kamu yang kena getahnya, Ras. Kamu pasti dikira menfitnah Indra, menjelekkan Indr
Читайте больше
Fitnah Mbak Ranti
"Tahu gak Ibu-Ibu, kemarin malam aku melihat ada laki-laki yang datang ke rumah Mbak Laras." Suara Mbak Ranti membuatku menghentikan kegiatanku menyapu halaman samping rumah.Aku mengernyitkan kening ketika mendengar Mbak Ranti membicarakanku dengan ibu-ibu yang sedang berbelanja sayur. Aku melangkah ke arah tembok dan menyandarkan tubuhku ke dinding mencoba mendengarkan apa yang mereka bicarakan."Yang benar, Ran?" tanya salah salah satu dari ibu-ibu tersebut."Iya, beneran. Aku lihat dengan mata kepalaku sendiri. Bahkan aku juga mendengar kalau mereka seperti sedang bertengkar," jawab Mbak Ranti.Aku menajamkan indera pendengaranku, ingin tahu apa saja yang dikatakan Mbak Ranti tentangku."Walah, siapa ya laki-laki itu sampai bisa bertengkar dengan Mbak Laras?" Kembali seseorang menimpali ucapan Mbak Ranti."Aku juga tidak tahu. Yang jelas mereka pasti memiliki hubungan yang spesial. Tidak mungkin kalau mereka tidak memiliki hubungan jika mereka bertengkar seperti itu. Suara perteng
Читайте больше
Terusir
Senja sudah mulai menyapa, pertanda matahari telah mulai meninggalkan eksitensinya. Setelah seharian dia menyinari bumi tanpa lelah.Aku masih disibukkan dengan barang-barang di depanku, aku pun belum membersihkan diri sejak tadi. Aku masih ingin menyelesaikan pekerjaanku terlebih dahulu.Sejak menjelang sore tadi, aku sudah sibuk mengemas barang-barangku. Aku putuskan untuk segera pulang ke rumah. Lingkungan di sini sudah mulai tidak nyaman untukku.Aku takut jika tetap berada di sini, nanti bisa mempengaruhi kesehatan mentalku. Sejak mendengar Mbak Ranti menfitnahku dengan keji, aku mulai tidak nyaman tinggal di sini.Bisa saja Mbak Ranti kembali menfitnahku dengan lebih kejam lagi, kan? Aku harus bersiap untuk itu, lebih baik aku segera memutuskan untuk pergi.Adzan Magrib mulai terdengar di telingaku, aku pun segera beranjak meninggalkan pekerjaanku dan menjalankan kewajibanku sebagai muslimah.Selang setengah jam, aku sudah rapi serta sudah selesai melaksanakan ibadah wajibku.Ak
Читайте больше
Pulang
Tak terasa waktu cepat berlalu, aku sudah memarkirkan mobil di halaman rumah orangtuaku yang nampak sepi dan gelap. Karena memang sudah tengah malam aku baru sampai, setelah menempuh perjalanan yang lumayan cukup jauh.Ayah dan ibu pasti sudah terlelap semua, mengingat malam sudah sangat larut. Perlahan aku turun dari mobil, netraku memandang sendu ke arah rumah yang sejak kecil aku tinggali.Rumah dua lantai itu, tidak pernah berubah sejak aku kecil, bangunannya masih tetap sama, hanya warna catnya yang sering kali diganti setiap tahun.Aku melangkahkan kaki menuju pintu, dengan ragu aku pun mengetuk pintu setelah tiba di depan pintu. Sejujurnya aku tidak mau datang di waktu seperti ini, tapi aku juga tidak punya pilihan setelah diusir dari tempat tinggalku.Lama aku mengetuk pintu, tapi tak juga ada yang membukanya. Mungkin semua sudah tertidur dengan lelapnya, sehingga tidak ada yang mendengar pintu diketuk.Aku pun mengambil ponsel di dalam tas, aku memutuskan untuk menelfon ponse
Читайте больше
Berita Kehamilan
"Hai, Win," sapaku pada Winda melalui sambungan telfon."Hmmm ... ada apa, Ras? Kenapa telfon subuh-subuh begini?" tanya Winda dengan suara serak, sepetinya dia baru saja bangun tidur.Aku memang langsung menelfon Winda begitu selesai ibadah Subuh. Aku tidak sabar mengetahui reaksi Winda begitu mengetahui bahwa aku telah pulang ke rumah."Aku cuma mau memintamu datang ke rumah setelah pulang kerja," jawabku."Rumah? Rumah siapa, Ras?"Aku cekikikan mendengar pertanyaan Winda. Dia pasti bingung dengan permintaanku. Dia pasti juga tidak menyangka kalau aku sudah pulang ke rumahku sekarang."Rumahku, Win. Aku kan sudah pulang ke rumah, Win," jelasku."Apa? Jangan bercanda, Ras. Nggak mungkin kamu sudah pulang ke rumah. Kemarin kita baru saja telfonan dan kamu masih di rumah bibiku kan, Ras?" tanya Winda lagi."Aku serius, mangkanya nanti pulang kerja mampir ke rumah, Win."Aku menahan tawa, terbayang wajah Winda yang pasti sangat lucu. Dengan wajah khas bangun tidurnya itu, dia pasti ter
Читайте больше
Kedatangan Mama
"Kapan kamu mau kembali bekerja, Ras?" tanya Winda sedang sibuk mengunyah keripik pisang buatan ibu."Mungkin lusa, Win. Aku juga rindu suasana kantor. Apalagi sejak aku menikah dengan Mas Haris, aku belum pernah ke kantor lagi."Aku terdiam sejenak, kembali teringat bagaimana pertama kali aku bisa mengenal Mas Haris. Kami bertemu saat aku masih bekerja, Mas Haris sedang ada pekerjaan dengan perusahaan ayah.Saat pertemuan pertama kami, aku tidak begitu tertarik dengan Mas Haris. Aku hanya melihatnya sama seperti lelaki lainnya. Tapi seiring berjalannya waktu, dan karena orangtua kami, akhirnya aku mulai melihat Mas Haris dengan pandangan lain.Aku kagum dengan kelembutan sikap Mas Haris, dia selalu bisa membuatku nyaman. Akhirnya aku pun aku jatuh hati padanya. Kenangan-kenangan saat aku masih bersama Mas Haris kembali terlintas di benakku."Ras ... Ras ... Laras...."Aku tersentak, tersadar dari lamunanku. Aku langsung menoleh ke arah Winda yang masih duduk di sofa dengan toples di
Читайте больше
Risa Marah
"Bagaimana kabarmu, Ras?" "Baik, Ma. Walau kemarin aku sempat dapat masalah karena seseorang," jawabku sembari melirik Indra yang duduk di samping Risa. Dia nampak membuang muka saat aku meliriknya."Dasar pengecut," umpatku dalam hati.Kami sedang duduk di ruang tamu, dengan posisi mama di sampingku, ayah duduk di hadapanku, sedangkan Indra dan Risa duduk di sebelah kanan mama.Sementara Winda sedang di dapur membantu ibu membuatkan minum untuk kami. Dari tadi Winda uring-uringan setelah melihat Indra, bahkan sejak tadi Winda terus saja menyindir Indra terang-terangan.Aku pun langsung menyuruh Winda membantu ibu menyiapkan minuman dan makanan kecil. Aku merasa tidak enak hati pada mama, jika kelakuan Indra sampai ketahuan.Aku tidak pernah mengira Indra berani datang ke rumahku, bertatapan muka denganku. Aku pikir dia tidak akan berani menampakkan batang hidungnya di depanku, ketika aku kembali pulang.Walaupun dia tidak berani menatap mataku sama sekali, Indra cukup punya nyali un
Читайте больше
Manager Baru
"Kamu yakin hari ini akan kembali bekerja, Ras?" tanya ibu sembari menuangkan teh di cangkirku."Iya, Bu." Aku mengangguk sembari terus mengunyah sarapan pagiku. Sementara ayah juga sibuk dengan sarapannya. Sejak kemarin ayah belum bicara padaku. Aku pun juga masih menunggu waktu untuk jujur pada ayah."Kamu berangkat dengan ayah saja, Ras. Ibu khawatir jika kamu naik mobil sendiri.""Nggak, Bu. Nanti Winda sekalian mampir menjemputku, aku berangkat dengan Winda saja."Ayah melirikku sekilas, aku belum bisa untuk bercerita pada ayah, jika kami berangkat bersama, tentu aku harus menceritakan yang sejujurnya padanya.Bukan aku tidak mau jujur dan menceritakan semua pada ayah, tetapi aku cuma tidak mau ayah mendatangi Indra dan murka padanya. Aku sangat tahu sekali ayah seperti apa, beliau tidak mau salah satu keluarganya diganggu hingga mendapat masalah.***"Wajahmu kenapa sih, Ras? Dari tadi ditekuk melulu," tanya Winda.Aku seketika menoleh ke arah Winda yang sedang berada di belakan
Читайте больше
Предыдущий
12345
DMCA.com Protection Status