All Chapters of Sang Pengacara: Chapter 51 - Chapter 60
80 Chapters
SP ~ 51
“Gimana, Fik?”Clara mengetuk pintu kamar mandi di lantai satu, karena Fika tidak kunjung keluar dari dalam sana. Putrinya itu, sedang mencoba dua buah tespek, yang dibeli Clara dalam perjalanan pulang ke kediaman Nugraha. Meskipun Fika sempat merengek dan menolak untuk melakukan tes kehamilan, tetapi Clara tetap harus memaksanya.Tidak berselang lama, Fika membuka pintu dengan perlahan. Ia mencebik, kemudian menghambur ke pelukan sang mama. “Aku hamiiil.”“Ya, sud—”“Padahal aku sudah KB, Ma.” Fika mencoba menangis, tetapi tidak ada air mata yang keluar setitik pun. Entah harus merasa sedih, ataukah bahagia menghadapi kehamilan yang sebenarnya tidak direncanakan ini.“KB-nya nggak teratur, kan?”“Gara-gara mas Abi pasti ini.”Clara bengong sejenak untuk berpikir, karena ucapan Fika. “Lah, Fik, kamu hamil memang karena Abi, kan? Gimana, sih?”Fika menghentak kedua kakinya dan masih memeluk Clara dengan erat. “Gara-gara mas Abi aku telat-telat minum pilnya.”“Ya, sudah.” Clara mengusap
Read more
SP ~ 52
“Mas Abi!”Langkah Fika terhenti, saat melihat Vira berada di ruangan yang sama dengan Abi. Vira berbalut perban di pelipisnya, sementara Abi, terlihat memakai gips, dari telapak tangan kanan hingga mendekati siku. Tampaknya, tidak ada luka serius dan keduanya mungkin bisa pulang setelah ini, menurut Fika. “Fika?” Abi cukup terkejut, saat melihat kedatangan istrinya ke rumah sakit. Padahal, Abi jelas-jelas tidak memberitahukan siapa pun, tentang kecelakaan yang menimpanya. Abi baru akan mengatakan semua itu, ketika sudah sampai di rumah agar Fika tidak khawatir sama sekali.Namun, siapa orang yang telah memberitahukan Fika?“Kamu … aku—”“Bu Vira baik-baik aja?” Fika kembali melanjutkan langkah, lebih dulu menghampiri Vira yang duduk bersandar di ranjang pasien. Sekilas, tatapan Fika tertuju pada Abi yang sudah berdiri dari kursi di samping ranjang, ketika melihatnya datang.“Baik,” angguk Vira. ”Cuma lecet, memar, sama terkilir sedikit di kaki.” Vira segera beralih pada Abi, karena
Read more
SP ~ 53
Fika segera memunggungi Abi, saat pria itu masuk ke kamar mereka. Selama perjalan pulang, suaminya tertidur begitu lelap dan memaksa Fika harus menahan kembali amarahnya. Ketika tiba di rumah, Abi pun tidak langsung pergi ke kamar, tetapi bertemu Rasyid terlebih dahulu.Sungguh, sangat menjengkelkan.“Sayang.” Abi menghampiri Fika dengan tergesa, setelah menutup pintu dan menguncinya. Ia mengitari tempat tidur, lalu duduk di tepi, tepat di samping sang istri. “Aku mau mandi.”“Mandi aja sendiri.” Fika kembali berbalik, memunggungi Abi. Pria itu bahkan tidak bertanya mengenai perasaan Fika saat ini. Abi hanya peduli dengan dirinya sendiri, dan tidak memikirkan Fika sama sekali.Sungguh keterlaluan.Sebentar lagi, resepsi pernikahan mereka akan digelar, tetapi Abi justru bersikap semakin menyebalkan. “Tolong bukain bajuku, Fik,” pinta Abi. “Sekalian mandiin. Aku nggak mungkin bisa—““Kalau lagi susah, baru ingat istrinya.” Fika memeluk guling, dan sudah enggan memedulikan Abi. Mau pria
Read more
SP ~ 54
“Nggak ada.” Fika menahan dada Abi, yang baru saja mencondongkan tubuh ke arahnya. Pria itu hendak memberi kecupan di pipi, tetapi Fika menolaknya. Ia masih sakit hati dengan perbuatan Abi kemarin, dan entah mengapa rasa itu tidak berkesudahan. Semakin ingin dilupakan, Fika semakin terngiang-ngiang adegan Abi yang tampak perhatian pada Vira kemarin sore. “Sudah kubilang, Mas Abi diem aja dan nggak usah minta macam-macam selama satu minggu ke depan.” Fika berbalik, kemudian mengambil salah satu ikat pinggan yang terpajang di dinding dengan rapi. Setelahnya, ia kembali ke hadapan Abi, lalu memakaikan ikat pinggan tersebut di pangkal celana sang suami. “Harusnya Mas Abi bersyukur, aku masih mau bantuin mandi, sama pake baju. Coba kalau nggak, mau minta tolong sama siapa? Sama bibik? Begini ini, kalau istrinya masih aja nggak dianggap, itu sama aja nggak tahu diri.” “Mi, sudah, Mi.” Mau sampai kapan Fika berceramah seperti ini. Abi sudah berulang kali minta maaf dari kemarin, tetapi Fi
Read more
SP ~ 55
“Ngapain ke sini?”Bening berdecak seraya menghampiri Fika yang sudah lebih dulu masuk dan merebahkan diri di kamar tamu. Kamar tempat gadis itu menginap, saat melarikan diri dan bersembunyi dari Abi tempo hari.Fika menoleh lesu, dengan tatapan sayu. “Aku dari rumah mama ngambil barang, terus mampir sini.”“Iya, tapi ngapain?” Bening kembali berdecak, saat meletakkan bokongnya di tepi ranjang dengan perlahan. “Mending ke salon, kek, luluran, pijat-pijat, buat persiapan malam resepsi.”“Mbak.” Fika memutar tubuh. Bertelungkup, mumpung perutnya belum membuncit seperti Bening. Ide pergi ke salon sebenarnya boleh juga, tetapi Fika hanya ingin bertemu kasur dan merebahkan diri di sana. “Kamu nggak pernah cemburu sama bu Vira? Kan, mas Aga sering ketemu kalau ngantar Awan? Nggak curiga mereka bakal gimana-gimana gitu?”“Duluuu, iya. Tapi, semakin ke sini udah nggak.” Fika tidak perlu tahu, hal apa saja yang dilakukan Bening agar suaminya itu bisa cepat pulang, dan menghabiskan banyak waktu
Read more
SP ~ 56
“Makasih …”Kendati tengah mengalami kantuk berat, Fika harus tetap berdiri dan tersenyum lebar, saat menyambut para tamu undangan resepsi pernikahannya dengan Abi. Benar-benar mewah, megah, dan sesuai dengan pernikahan impian Fika selama ini.Tidak seperti Abi, yang sedari tadi sibuk bertanya mengenai kondisi Fika. Istrinya itu, masih saja belum mengatakan tentang kehamilannya pada Abi. Padahal, Abi sudah bersikap baik selama beberapa hari ke belakang, tetapi Fika masih saja bungkam dan tidak mengatakan hal apa pun.“Sayang, sepatumu dilepas aja kalau capek,” ujar Abi bicara pelan di telinga Fika, saat masih menunggu tamu berikutnya yang akan bersalaman dengan mereka.Fika mengangguk lelah, serta mengantuk. Harusnya, Fika belajar dari resepsi pernikahan Bening kala itu. Kakak perempuannya itu mengeluh sangat lelah, karena harus berdiri dan menyalami tamu undangan yang datang tanpa henti. “Kayaknya masih lama, ya, Mas,” tanya Fika sembari mengeluh. Fika melepas sepatu dengan hak seti
Read more
SP ~ 57
Saat terbangun dari tidurnya, Fika buru-buru beranjak dan pergi ke kamar mandi. Membuka gaun pengantinya seorang diri, lalu membersihkan make up yang masih menempel di wajah. Semoga setelah ini, wajahnya tidak bermasalah karena tidak menghapus make up terlebih sebelum tidur. Ia sampai tidak memedulikan Abi, karena sudah terlalu lelah dan mengantuk karena resepsi panjang tadi malam. Setelah urusan dengan wajahnya selesai, Fika membuka beberapa jepit rambut yang juga masih berada di rambutnya. Tidak hanya itu, Fika juga melepas semua aksesoris yang menempel di tubuhnya. Bisa-bisanya Fika tidur dengan memakai semua itu di tubuhnya. Setelah tidak ada lagi yang menempel di tubuhnya, Fika segera mengguyur tubuhnya di bawah shower dengan air hangat. Sebenarnya, Fika ingin sekali berendam di bathtub, tetapi, ia tidak ingin berlama-lama di kamar mandi. Semakin lama berada di sana, entah mengapa perut Fika semakin mual saja. Setelah selesai membersihkan diri, Fika segera keluar dari kamar man
Read more
SP ~ 58
“Itu, Mas …”“Itu, Mas, itu, Mas, aja dari tadi.” Masih belum beranjak dari tempatnya, Abi menatap tajam dengan ekspresi datar pada Fika. Setelah beberapa waktu lalu, kepergian Fika terbongkar oleh Awan, kini kehamilan Fika terbongkar oleh Aga. Ayah dan anak itu, seolah menjadi kartu keberuntungan bagi Abi. “Ayo jelasin, kandungan apa yang dimaksud Aga tadi.”“Mas Aga, tadi itu …” Fika jadi terpojok, dan semua rencananya berakhir gagal. “Aku … sebenarnya … hamil.”Fika menggigit bibir bawahnya agak kuat, sembari menunggu respons suaminya. Abi pasti akan mengomelinya, karena sudah menyembunyikan berita sebesar ini. Fika tahu benar, Abi sangat menginginkan seorang anak di tengah pernikahan mereka. Untuk itulah, pria itu pasti akan kesal karena Fika tidak kunjung memberitahukan kehamilannya. Terlebih lagi, ada Aga yang ternyata tahu lebih dulu daripada Abi.“Hm, kenapa Aga bisa tahu duluan daripada aku, yang suamimu sendiri?” buru Abi.“Aku …”“Aku, aku.” Abi berdecak dan sengaja memasan
Read more
SP ~ 59
Abi terharu, melihat hasil USG Fika yang sejak tadi belum ia lepas-lepas. Memandang takjup, pada sebuah kantung berisi janin, yang ukurannya masih sangat kecil sekali. Kali ini, Abi berjanji akan menjaga istri dan calon bayinya dengan sepenuh jiwa. Karena itulah, Abi tidak lagi mengizinkan Fika membawa mobil sendiri. Harus ada yang menyopirinya, agar kejadian di masa lalu tidak terulang lagi.“Sudah mau punya anak, nggak usah lagi macem-macem di luar,” kata Fika sambil merebahkan diri dengan perlahan di tempat tidur.Ternyata menunggu antrean di dokter kandungan sangatlah melelahkan. Ini baru trimester pertama, dan perut Fika belum terlihat sama sekali. Fika tidak bisa membayangkan, bagaimana bila ia harus mengantre seperti ibu-ibu hamil lainnya, dengan membawa perut besarnya ke mana-mana. Sepertinya, Fika harus bertanya ke sana kemari, untuk mencari jalur VVIP agar tidak ikut mengantre seperti tadi.“Memangnya kapan aku pernah macam-macam di luar.” Abi menyanggah, tanpa melihat Fika
Read more
SP ~ 60
“Sehat, Ning?” tanya Rasyid ketika mereka berempat sudah berada di ruang keluarga kediaman pamungkas. Yakni Bening dan sang suami, serta Abi yang berada di samping Rasyid. “Sehat, Be.” Tatapan Bening sedari tadi berjalan ke sana kemari, karena tidak melihat sosok Fika sama sekali. Pergi ke mana adiknya itu? Apa Fika ada mata kuliah pagi, sehingga Bening tidak melihat adiknya itu muncul untuk menyambutnya sedari tadi. “Fika kuliah, Be?” “Fika tidur,” sahut Abi tidak bisa mencegah dan melakukan hal apa pun dengan istrinya. Daripada Fika ngambek dan berakhir menyalahkan Abi karena sudah membuat istrinya itu hamil. Maka dari itu, Abi tidak akan melempar protes sama sekali. “Bawaan bayi, katanya.” “Ya, sudah. Biarkan aja Fika istirahat mumpung masih bisa,” kata Rasyid. “Nanti kalau sudah hamil tua, pasti tidurnya mulai nggak enak, karena perutnya makin besar.” Bening sontak melihat perutnya yang sudah membuncit itu. Tidak perlu menunggu sampai hamil tua, saat ini pun, Bening sudah meras
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status